PENGUNJUNG

Jumat, 12 Februari 2021

Tafakur Sebelum Tidur

Tidur itu walau pun sebuah kenikmatan pada dasarnya ia adalah bentuk kekurangan dan kelemahan tubuh manusia yang selalu memerlukan istirahat. Karena ia merupakan kekurangan, maka tidur tidak akan dirasakan oleh penghuni surga kelak. Hal ini sebagaimana ditanyakan kepada Rasulullah SAW :

عن جابر قال : قيل : يا رسول الله هل ينام أهل الجنة ؟ قال : ” لا ، النوم أخو الموت “

Dari Jabir RA, ia berkata: telah ditanya Rasulullah SAW, apakah penghuni surga akan tidur? Rasul menjawab, Tidak, Tidur itu adalah saudaranya kematian. (HR. Al-Bazzar : no 3517)

Setiap manusia harus menghabiskan sebagian waktu hariannya untuk tidur. Tidak peduli seberapa banyaknya pekerjaan yang ia miliki atau hindari, ia tetap akan jatuh tertidur dan berada di tempat tidur untuk sedikitnya seperempat hari. Karenanya, manusia sadar hanya delapan belas jam sehari; ia menghabiskan sisa waktunya minimal rata-rata 6 jam per hari dalam ketidaksadaran total. Jika dinilai dari sisi ini, kita menjumpai gambaran yang mengejutkan: ¼ dari rata-rata 60 tahun kehidupan dihabiskan dalam ketidaksadaran total.

Apakah kita memiliki alternatif selain tidur? Apa yang akan terjadi pada seseorang yang berkata, “Saya tidak ingin tidur?”

Pertama, matanya akan menjadi merah dan warna kulitnya memucat. Jika jangka waktu tidak tidurnya bertambah, ia akan kehilangan kesadaran. Menutup mata dan ketidakmampuan untuk memfokuskan perhatian adalah fase awal tertidur. Ini adalah proses yang tidak dapat dielakkan, baik cantik atau jelek, kaya atau miskin, setiap orang mengalami proses yang sama.

Mirip dengan kematian, tepat sebelum tertidur seseorang mulai tidak sensitif terhadap dunia luar dan tidak memberikan respon terhadap rangsangan apa pun. Indra yang sebelumnya amat tajam mulai tidak dapat bekerja. Sementara itu, daya persepsi berubah. Tubuh mengurangi seluruh fungsinya menjadi minimum, membawa kepada disorientasi ruang dan waktu serta pergerakan tubuh yang lebih lambat.

Keadaan ini, pada satu hal, merupakan bentuk lain kematian, yang didefinisikan sebagai keadaan di mana jiwa meninggalkan tubuh. Dalam Quran surat Az-Zumar ayat  Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.”

surah Al-An’am ayat 60-61 disebutkan:

(وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰ أَجَلٌ مُسَمًّى ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ)

“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.

Memang, saat tidur tubuh berbaring di ranjang sementara ruh mengalami hidup yang sangat berbeda di tempat yang sangat berbeda. Dalam mimpi, seseorang mungkin merasa berada di pantai pada suatu hari yang terik di musim panas, tanpa menyadari bahwa ia tengah terlelap di tempat tidur.

Kematian pun memiliki tampilan luar yang serupa: ia memisahkan jiwa dari tubuh yang digunakannya di dunia dan membawanya ke dunia yang lain dalam tubuh yang baru. Untuk ini Allah berulangkali mengingatkan kita dalam Al Quran, satu-satunya wahyu sejati yang tersisa dan menuntun manusia ke jalan yang benar — akan kesamaan tidur dengan kematian. ini menjelaskan perbedaan antara mengantuk dan tidur. Mengantuk adalah keadaan ketika kita mengalami kehilangan kesadaran terhadap keadaan di sekitar selama beberapa saat, tetapi akan segera kembali sadar dan tidak terus tenggelam dalam keadaan tidur.

Sementara mengenai tidur, mengutip buku Mukjizat Kesehatan Ibadah dituliskan beberapa jenis tidur yang disebut dalam Alquran, di antaranya:

1. Al nuas, atau tidur ringan yang disebutkan dalam firman Allah:

{إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ ... (11)

(Ingatlah) Ketika Allah menjadikanmu tidur (al-nuas) sebagai penenteraman dari-Nya. (QS.Al-Anfal:11).

Dalam ayat tersebut al-nuas berarti tidur ringan yang tidak memunculkan mimpi atau igauan.

2. Al-Subat yang berarti tidur pulas ketika seseorang sepenuhnya kehilangan kesadaran.

وَجَعَلْنا نَوْمَكُمْ سُباتاً (9)

dan Kami jadikan tidur kalian untuk istirahat (QS. an-Naba : 9)

3. Al-Manam atau tidur biasa yang disebutkan dalam firman Allah: (Yaitu) Ketika Allah menampakkan mereka kepadamu dalam tidur (al-manam) dalam jumlah yang sedikit.

إِذْ يُرِيكَهُمُ اللَّهُ فِي مَنَامِكَ قَلِيلا وَلَوْ أَرَاكَهُمْ كَثِيرًا لَفَشِلْتُمْ وَلَتَنَازَعْتُمْ فِي الأمْرِ وَلَكِنَّ اللَّهَ سَلَّمَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (43)

(yaitu) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit. Dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepada kamu (berjumlah) banyak, tentu saja kamu menjadi gentar dan tentu saja kamu akan berbantah-bantahan dalam urusan itu, tetapi Allah telah menyelamatkan kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati (QS. Al-Anfal : 43) juga firman Allah pada surah Al-Shaffat : 102.

Al-Manam yang disebutkan dalam ayat-ayat itu berarti salah satu episode tidur yang memungkinkan seseorang mengalami mimpi.

4. Istilah lain untuk tidur yang disebutkan dalam Al-Quran adalah al-riqad atau tidur yang sangat pulas yang hanya digunakan dalam dua keadaan, yaitu keadaan para pemuda yang tidur dalam gua (ashhab al-kahf ) sebagaimana disebut Allah dalam firman pada surah Al-Kahfi ayat 18.

وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظًا وَهُمْ رُقُودٌ وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيدِ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا (18) }

Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang­kan anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka, tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka.

Kata riqad juga dipergunakan untuk menyebutkan kedaan manusia setelah mereka mati, sebagaimana firman Allah dalam Yasin ayat 51-52.

{وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الأجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ (51) قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ (52)

Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata, "Aduhai, celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah rasul-rasul-(Nya).

Itulah beberapa istilah tidur yang disebutkan Allah dalam Alquran. Ketika tidur kita kehilangan total seluruh fungsi indra, dengan kata lain, “dalam ketidaksadaran sebenarnya”, seorang manusia menghabiskan hingga 1/3 hidupnya dalam tidur. Namun, ia sedikit sekali merenungkan fakta ini, tidak pernah menyadari bahwa ia meninggalkan segala yang dianggap penting di dunia ini.

Ujian yang penting, banyaknya uang yang hilang dalam perdagangan saham atau permasalahan pribadi, singkatnya segala yang tampak penting sehari-hari menghilang begitu seseorang tertidur. Singkatnya, hal ini berarti kehilangan hubungan sepenuhnya dengan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dzikrul Maut #5

  (Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) KO...