Sabda Rasulullah s.a.w. :
ان المسلم اذا عاد اخاه المسلم لم يزل فى مخرفة الجنة حتى يرجع
“Sesungguhnya seorang Muslim apabila melawat saudaranya seorang Muslim lagi yang sakit, berarti ia tetap duduk didalam surga sehingga ia pulang”.
-H.R. Muslim-
Didalam kitab “Hadyu Rasul”, diterangkan bahwasannya Rasulullah pernah melawat orang yahudi; Rasulullah kala itu memberikan anjuran kepada orang yahudi itu serta menasehatinya, agar ia masuk Islam. Mendengar nasehat serta anjuran Rasulullah orang itu menatap orangtuanya, orangtuanya memberi isyarat agar mengikuti ajakan Rasulullah termaksud. Maka kemudian orang sakit itupun masuk Islam dan tidak lama kemudian ia menemui ajalnya.
Seorang sahabat bernama Sa’ad, pernah ditengok Rasulullah; Rasulullah meletakkan tangan beliau diatas dahinya, kemudian beliau menyapu dadanya serta perutnya, serta beliau berdo’a :
اللهم اشف سعدا واتمم هجرته
“Ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad dan sempurnakanlah hijrahnya”. Al-Bukhari-
Yang perlu ditengok itu, bukanlah hanya orang yang sakit parah atau keras saja, tapi juga orang yang sakit sekedarnya juga, seperti sakit mata, sakit gigi atau penyakit lainnya yang semacam, sunnat kita untuk melawatnya ; Rasulullah melawat Zaid bin Arqam, ketika Zaid menderita sakit mata, demikian menurut riwayat Abu Daud.
Hukum Makan Dan Minum Ketika Melawat Orang Sakit
Dalam melawat orang sakit, dianjurkan agar kita mengirim makanan yang diinginkannya atau yang disenanginya, yang sekiranya tidak akan memudlaratkan dirinya atau menjadi pantangan penyakitnya (athTabrani) ; bagi yang menjenguk tidak mengapa jika disuguhi makanan dan minuman untuk mencicipinya, karena hadits yang melarangnya tidak dapat dijadikan hujjah karena kelemahannya.
عن أبي أمامة رضي الله عنه في حديث مرفوع: إذا عاد أحدكم مريضاً، فلا يأكل عنده شيئاً، فإنه حظه من عيادته.
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda: “Jika salah seorang diantara kamu menjenguk orang sakit, maka janganlah ia makan sesuatu di sisinya, karena barangsiapa memakan sesuatu di sisinya, berarti makanan itu merupakan bagian pahala dari kunjungannya.” (Dikeluarkan oleh Ad-Dailami di dalam Musnad Al-Firdaus)
(*) Akan tetapi derajat hadits ini adalah DHO’IF JIDDAN (sangat lemah), karena di dalam sanadnya ada seorang periwayat hadits yang bernama Utsman bin Abdurrahman Al-Waqqoshi, ia seorang yang Matruk (ditinggalkan dan tidak diterima riwayatnya). Dan Yahya bin Ma’in rahimahullah telah menilainya sebagai Pendusta sebagaimana disebutkan dalam kitab Taqriib At-Tahdziib karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqolani rahimahullah.
» Dan syaikh Al-Albani rahimahullah menyebutkan hadits ini di dalam kitab Silsilah Al-Ahaadits Adh-Dho’iifah nomor.2288, dan beliau mengatakan, “DHO’IF JIDDAN (sangat lemah).”
(*) Dengan demikian, maka hukum makan dan minum sesuatu di sisi orang sakit ketika menjenguknya adalah BOLEH dan HALAL. Dan hal ini tidak mengurangi pahala orang yang menjenguknya. Dan bisa jadi makan dan minum sesuatu yang disediakan keluarga orang sakit itu hukumnya dianjurkan jika bisa membuat senang perasaan orang sakit yg dijenguknya.
Mentalqinkan yang menjelang ajalnya
وَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ اَلْمَوْتَ لِضُرٍّ يَنْزِلُ بِهِ, فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مُتَمَنِّيًا فَلْيَقُلْ: اَللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ اَلْحَيَاةُ خَيْرًا لِي, وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ اَلْوَفَاةُ خَيْرًا لِي ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu menginginkan mati karena kesusahan yang menimpanya, bila ia benar-benar menginginkannya hendaknya ia berdoa: Ya Allah hidupkanlah aku selama kehidupan itu lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku jika sekiranya itu lebih baik bagiku." Muttafaq Alaihi.
Bila orang sakit yang kita tengok berada dalam keadaan hendak melepaskan nafasnya terahhir, menjelang ajalnya, maka dianjurkan agar si sakit itu dibantu untuk mengucapkan “La ilaha illallah”. Perbuatan semacam ini lazim disebut mentalqinkan (Muslim) ; Ucapan ini sungguh perlu diucapkan orang pada akhir hayatnya, sebab barang siapa yang akhir hayatnya mengucapkan kalimat syahadat, pastilah ia masuk surga (Ibnu Hibban).
وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَا: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ, وَالْأَرْبَعَةُ
Dari Abu Said dan Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tuntunlah orang yang hampir mati di antara kamu dengan Laa ilaaha illallah." Riwayat Muslim dan Imam Empat.
Adapun mentalqinkan tersebut, tidaklah perlu berulang-ulang terus menerus pada saat itu, akan tetapi hanyalah sekedar membantu untuk mengucapkan “La ilaha illallah” ; Oleh karena itu janganlah sampai menjemukannya atau membingungkannya tersebut kalimat syahadat termaksud (Ibnu Hibban).
Kedudukan Membaca Surat Yasin Bagi Orang Yang Menjelang Kematian
وَعَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( اقْرَؤُوا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّان
Dari Ma'qil Ibnu Yasar bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Bacakanlah surat Yasin atas orang yang hampir mati di antara kamu." Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.
Keterangan : Hadits ini Lemah.
Diantara yang meriwayatkan hadits ini adalah Ibnu Abi Syaibah (4:74 cet. India), Abu Daud No. 3121. Hadits ini lemah karena Abu Utsman, di antara perawi hadits ini adalah seorang yang majhul (tidak diketahui), demikian pula dengan ayahnya. Hadits ini juga mudtharib (goncang sanadnya/tidak jelas).
"Artinya : Tidak seorang pun akan mati, lalu dibacakan Yasin di sisinya (maksudnya sedang naza') melainkan Allah akan memudahkan (kematian itu) atasnya".
Keterangan : Hadits ini Palsu.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam kitab Akhbaru Ashbahan I :188. Dalam sanad hadits ini terdapat Marwan bin Salim Al Jazari. Imam Ahmad dan Nasa'i berkata, ia tidak bisa dipercaya. Imam Bukhari, Muslim dan Abu Hatim berkata, ia munkarul hadits. Kata Abu 'Arubah Al Harrani, ia sering memalsukan hadits. (Periksa : Mizanul I'tidal IV : 90-91).
Penjelasan
Abdullah bin Mubarak berkata : Aku berat sangka bahwa orang-orang zindiq (yang pura-pura Islam) itulah yang telah membuat riwayat-riwayat itu (hadits-hadits tentang fadhilah surat-surat tertentu). Dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata : Semua hadits yang mengatakan, barangsiapa membaca surat ini akan diberikan ganjaran begini dan begitu SEMUA HADITS TENTANG ITU ADALAH PALSU.
Sesungguhnya orang-orang yang memalsukan hadits-hadits itu telah mengakuinya sendiri. Mereka berkata, tujuan kami membuat hadits-hadits palsu adalah agar manusia sibuk dengan (membaca surat-surat tertentu dari Al-Qur'an) dan menjauhkan mereka dari isi Al-Qur'an yang lain, juga kitab-kitab selain Al-Qur'an. (Periksa : Al-Manarul Munffish Shahih Wadh-Dha'if, hal. 113-115).
Perlakuan setelah meninggal
Bila keadaan si mayit itu meninggal dengan mata terbuka, hendaklah kita tutupkan matanya, sebagaimana halnya dilakukan Rasulullah terhadap Abi Salamata (Muslim) ; Kemudian mayit itu ditutup dan ditempatkan pada tempat yang layak dengan dihadapkan kearah kiblat.
َوَعَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: ( دَخَلَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى أَبِي سَلَمَةَ رضي الله عنه وَقَدْ شُقَّ بَصَرُهُ فَأَغْمَضَهُ, ثُمَّ قَالَ: "إِنَّ اَلرُّوحَ إِذَا قُبِضَ, اتَّبَعَهُ الْبَصَرُ" فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ أَهْلِهِ, فَقَالَ: "لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ. فَإِنَّ اَلْمَلَائِكَةَ تُؤَمِّنُ عَلَى مَا تَقُولُونَ". ثُمَّ قَالَ: "اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأَبِي سَلَمَةَ, وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي اَلْمَهْدِيِّينَ, وَافْسِحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ, وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ, وَاخْلُفْهُ فِي عَقِبِهِ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Ummu Salamah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam masuk ke rumah Abu Salamah sewaktu matanya masih terbuka, lalu beliau memejamkan matanya. Kemudian berkata: "Sesungguhnya ruh itu bila dicabut maka pandangannya mengikutinya." Maka menjeritlah orang-orang dari keluarganya, lalu beliau bersabda: "Janganlah kamu berdoa untuk dirimu sendiri kecuali demi kebaikan, karena sesungguhnya malaikat itu mengamini apa yang kamu ucapkan." Kemudian beliau berdoa: "Ya Allah berilah ampunan kepada Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya ke tingkat orang-orang yang mendapat petunjuk, lapangkanlah baginya dalam kuburnya, terangilah dia didalamnya, dan berilah penggantinya dalam turunannya." Riwayat Muslim.
َوَعَنْهَا ( أَنَّ أَبَا بَكْرٍ اَلصِّدِّيقَ رضي الله عنه قَبَّلَ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم بَعْدَ مَوْتِهِ ) رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Abu Bakar Radliyallaahu 'anhu mencium Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setelah beliau wafat. Riwayat Bukhari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar