PENGUNJUNG

Selasa, 16 Februari 2021

Kebaikan dan Berbuat Baik

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat baik, berbuat baik kepada Allah, sesama manusia dan makhluk lainnya. Ada banyak istilah yang digunakan di dalam Al-Qur’an untuk mengungkapkan perbuatan baik, salah satu diantaranya adalah al-husn.  Menurut Al-Raghib al-Ashbihaniy, al-husn merupakan suatu istilah yang digunakan untuk mengungkapkan perkara yang menggembirakan dan keberadaannya sangat diharapkan.

فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (148)

Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.(Ali-Imran 148)

Manusia terdiri dari 3 (tiga) unsur utama, akal, hawa nafsu dan pancaindra. Ketiga unsur ini akan mempengaruhi manusia dalam menentukan atau menilai sesuatu itu baik atau tidak.

Oleh karena itu, dilihat dari ketiga unsure tadi, kebaikan (al-husn ) dapat dibedakan  3 (tiga) macam;

Pertama, baik persepsi akal. Akal memiliki kekuatan yang terbatas. Tidak setiap masalah bisa dipecahkan dan diselesaikan oleh akal. Oleh karena itu ada ungkapan “ghair ma’qûl)”, tidak masuk akal. Akan tetapi, bukan berarti sesuatu itu tidak dapat dibenarkan atau tidak ada. Mungkin saja, akal belum mampu untuk memahaminya. Saat akal kepayahan untuk menerima dan belum sampai pada perkara yang tidak bisa dipahaminya, maka ia akan mengembalikannya kepada sesuatu yang Maha Ada, Tuhan, se-atheis apapun orang itu. Tentu saja, bagi kita yang beriman kepada Allah, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.kita mesti menyerahkan dan mengembalikan segala urusan itu sepenuhnya kepada Allah ”innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn.

Kedua, baik menurut hawa nafsu. Hawa nafsu yang bersemayam di dalam diri setiap orang tidaklah sama. Oleh karena itu, jika kebaikan diserahkan kepada masing-masing orang maka akan mucul berjuta persepsi kebaikan, untuk satu perkara saja. Inilah mungkin yang menjadi kelemahan dan keterbatasan hawa nafsu dalam menilai dan menentukan suatu kebaikan.

Ketiga, baik menurut hawa pancaindra. Kemampuan pancaindra dalam melihat kebaikan sangat terbatas. Mungkin yang dikatakan baik itu, terbatas kepada apa yang bisa dilihat, dirasa dan diraba. Di luar itu semua, tidak akan dianggap baik.

Persepsi ini digambarkan dalam ayat berikut :

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (201)

Dan diantara mereka ada yang berdo’a,”Hai Tuhan kami berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jagalah kami dari ancaman neraka.” (QS al-Baqarah [2]:201)  

Ibnu Katsir (1/243) menyebutkan bahwa Do’a yang terkandung dalam ayat di atas, merangkum setiap kebaikan dan menyimpangkan dari setiap keburukan di dunia. Maka sesungguhnya kebaikan di dunia mencangkup setiap yang dicari masalah dunawi berupa ‘afiat, tempat luas (yang baik), istri yang baik, rejeki yang luas lagi bermanfaat, amal yang shalih, kendaraan yang menyenangkan, sebutan yang baik dan sebagainya.

Itulah kebaikan yang kita harapkan di dunia. Tentunya kita tidak ingin dan tidak dianjurkan untuk meminta kebaikan di satu alam saja. Kita harus selalu berusaha untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas yang dimaksud kebaikan dunia akhirat itu adalah al- shihah wal ‘afiyat.

وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77)

Dan carilah olehmu kebahagiaan negeri akhirat pada apa yang telah anugerahkan kepadamu dan jangan melupakan bagianmu dari dunia, dan hendaklah berbuat baik sebagaimana Allah telah berbuat baik terhadapmu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS al-Qashash: 77)

Selain al-hasanah, dari kata al-husn juga lahir kata al-Ihsân. Kata ini digunakan untuk mengungkapkan dua hal, yaitu,

(1) memberi nikmat kepada orang lain; dan

(2) berbuat baik dalam pekerjaannya. Hal itu akan terjadi apabila ia mengetahui ilmu yang baik atau mengamalkan amal yang baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dzikrul Maut #5

  (Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) KO...