Kalimat indah pertama yang diucapkan ketika masuk Islam adalah tahlil yang dibarengi dengan iman kepada apa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, kedua kalimat indah ini diikrarkan dalam bentuk pernyataan kesaksian yang kita kenal dengan syahadat.
Tugas berat dan panjang selanjutnya adalah pemahaman dan pengamalan terhadap dua kalimat tersebut, sehingga landasan ilmu menjadi kewajiban dalam pengamalannya. Memahami makna لاَ إِلهَ إِلاَّ الله merupakan perkara yang diwajibkan oleh Allah atas setiap muslim, sebagaimana dalam firman-Nya :
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله
“Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan ( yang haq) melainkan Allah.” (QS. Muhammad : 19)
Al Imam Al Biqo’i berkata: “Sesungguhnya ilmu tentang (لاَ إِلهَ إِلاَّ الله) ini merupakan ilmu yang paling agung yang dapat menyelamatkan dari kengerian di hari kiamat (Fathul Majid hal. 54)
Kedalaman Pemahaman dapat tergambar dari pengamalan dan juga pertanyaan. Pengamalan menunjukkan sejauh mana pemahaman itu memberikan arahan dalam beramal dan atsar terhadap diri. Sedangkan pertanyaan merupakan timbal balik atas ilmu dan pengamalan yang didapat seiring dengan meningkatnya pemahaman tersebut.
Pertanyaan pertama, mengapa kalimat tahlil tidak dimaknakan dengan لاَ إِلهَ مَوْجُوْدٌ إِلاَّ الله “Tiada tuhan melainkan Allah” ? maka jawabnya adalah, karena tidak sesuai dengan realita yang ada, yaitu adanya Tuhan-Tuhan di dalam semesta ini yang diibadahi selain Allah, seperti pohon, batu, manusia dan lain sebagainya
Allah berfirman :
ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ ما يَدْعُوْنَ مِن دُوْنِهِ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq (Tuhan yang sebenarnya, yang wajib diibadahi, yang berkuasa dan sebagainya), dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru (ibadahi) selain Allah itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar” (Q.S. Luqman:30)
Allahlah yang menciptakan mereka. Allah berfirman :
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيُقُوْلُنَّ اللهُ
“Dan sesungguhnya jika kamu bertanya kepada mereka :”Siapakah yang menciptakan mereka? niscaya mereka menjawab : “Allah.” (Q.S. Az Zukhruf : 87
Namun disaat kalimat tauhid ini berkonsekuensi untuk meninggalkan segala bentuk peribadatan kepada selain Allah, dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang diibadahi, maka terjadilah apa yang terjadi antara Rosululloh dengan kaum Quraisy, bahkan antara para Rosul dengan kaum mereka.
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيْل لَهُم لاَ إِلهَ إِلاَّ الله يَسْتَكْبِرُوْنَ وَيَقُوْلُوْنَ أَئِنَّا لَتَارِكُواْ ءَالِهَتِنا لِشَاعِرٍ مَجْنُوْنٍ
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan (kepada mereka) : لاَ إِلهَ إِلاَّ الله(tiada Tuhan yang berhak diibadahi melainkan Allah) mereka menyombongkan diri dan mereka berkata :”ِِApakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila?” (Q.S. Ash Shooffaat : 35-36)
Pertanyaan kedua adalah apa pentingnya kalimat tahlil ini sehingga menjadi syarat pembuktian keislaman seseorang?
Kalimat‘Laa Ilaha Illallah’ adalah Kunci 8 Pintu Surga, orang yang mengucapkannya bisa masuk lewat pintu mana saja yang dia sukai. Dari ’Ubadah bin Shomit radhiyallahu ’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَابْنُ أَمَتِهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ
”Barangsiapa mengucapkan ’saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa ’Isa adalah hamba Allah dan anak dari hamba-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari-Nya, dan (bersaksi pula) bahwa surga adalah benar adanya dan neraka pun benar adanya, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga dari delapan pintu surga yang mana saja yang dia kehendaki.” (HR. Muslim no. 149)
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ
”Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih
Hal ini mengindikasikan bahwa tiket dari diterimanya kebaikan manusia adalah kalimat tahlil, dan tiket untuk mendapatkan balasannya juga adalah kalimat tahlil, maka sebanyak dan sebaik apa pun kebaikan orang kafir tidak ada yang membuatnya dapat mengambil balasannya dikarenakan keyakinan pertama ia melakukan dan tujuan serta maksud yang akan mengganti balasannya memang bukan Allah SWT. Maka lucu sekali jika bekerja untuk perusahaan A sedangkan minta gajian ke perusahaan B.S
Selanjutnya bagi orang yang beriman pun, harus istiqomah menjaga dan mengamalkan kalimat tahlil ini, karena semakin besar keyakinan terhadap sesuatu semakin mudah dan bertambah lah kebaikan yang dirasakan.
« مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ ، وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِىَ ، وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ ، إِلاَّ أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ » .
”Barangsiapa mengucapkan ’laa il aha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ’ala kulli syay-in qodiir’ [tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu] dalam sehari sebanyak 100 kali, maka baginya sama dengan sepuluh budak (yang dimerdekakan, pen), dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus darinya 100 kejelekan, dan dia akan terlindung dari setan pada siang hingga sore harinya, serta tidak ada yang lebih utama darinya kecuali orang yang membacanya lebih banyak dari itu.” (HR. Bukhari no. 3293 dan HR. Muslim no. 7018)
Mengakui Allah Sebagai Tuhan saja tidak cukup, karena itu membuka peluang adanya pengakuan terhadap tuhan tuhan batil yang diadakan hawa nafsu manusia, maka tuntutan penolakan terhadap tuhan tuhan batil adalah bentuk peng Esaan Allah SWT yang kita kenal sebagai Tauhid.
Maka biasakanlah dalam sholat membaca surat al-kafirun dan al Ikhlas, karena kedua surat tersebut adalah ajaran keikhlasan manusia untuk menge Esakan Allah dan selalu menolak selain-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar