Diantara kenikmatan hidup di dunia, adalah memiliki jodoh atau pasangan yang kita kenal dengan suami atau istri. Jodoh ini ibarat hubungan memiliki sesuatu, ada yang panjang atau lama ada yang pendek, ada yang sekali ada yang lebih dari sekali, ada yang memiliki satu ada yang memiliki lebih dari satu. Selama ia pernah menikah dan tidak bercerai dengannya maka ia adalah jodohnya.
Atas dasar kenikmatan dan kesenangan memiliki pasangan inilah manusia berjuang, bahkan berkorban demi pasangannya, bahkan celakanya banyak yang lupa dengan Pemberi pasangannya itu sendiri.
Karena kenikmatan dunia adalah adalah gambaran kecil dari besarnya kenikmatan surga, maka jodoh di surga adalah salah satu kenikmatan yang akan didapatkan orang beriman kelak disana, firman Allah Swt :
لَهُمْ فِيها أَزْواجٌ مُطَهَّرَةٌ
mereka di dalamnya mempunyai istri-istri yang suci. (An-Nisa: 57).
Imam ibnu katsir menerangkan bahwa pasangan di surga itu suci dari haid, nifas, dan segala penyakit, akhlak-akhlak yang buruk dan sifat-sifat yang kurang. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud ialah suci dari semua kotoran dan penyakit. Hal yang sama dikatakan oleh Ata, Al-Hasan, Ad-Dahhak, An-Nakha'i, Abu Saleh, Atiyyah, dan As-Saddi.
Mujahid mengatakan makna yang dimaksud ialah suci dari air seni, haid, dahak, ludah, mani, dan anak (yakni tidak beranak).
Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud ialah suci dari penyakit, dosa-dosa, dan tiada haid serta tiada beban.
Para Muslimah tersebut akan kembali muda dan perawan seperti ditegaskan oleh Rasul. Muslimah yang bersuami akan kembali ke pangkuan suaminya, bila belum bersuami selama di dunia, maka Allah akan memberikan pendamping yang terbaik kelak di akhirat. “Tak ada yang membujang di akhirat,” sabda Rasul.
Jika kita rinci perihal keadaan wanita di dunia berkaitan dengan jodohnya, maka mereka tidak lepas dari enam keadaan:
1. Wanita yang meninggal sebelum menikah.
2. Wanita yang meninggal setelah ditalak suaminya dan dia belum sempat menikah lagi sampai meninggal.
3. Wanita yang sudah menikah, hanya saja suaminya tidak masuk bersamanya ke dalam surga, wal’iyadzu billah.
4.Wanita yang meninggal setelah menikah baik suaminya menikah lagi sepeninggalnya maupun tidak (yakni jika dia meninggal terlebih dahulu sebelum suaminya).
5. Suaminya meninggal terlebih dahulu, kemudian dia tidak menikah lagi sampai meninggal.
6. Suaminya meninggal terlebih dahulu, lalu dia menikah lagi setelahnya.
Sedangkan laki-laki keadaannya diantara mereka ada yang meninggal sebelum menikah, di antara mereka ada yang mentalak istrinya kemudian meninggal dan belum sempat menikah lagi, dan di antara mereka ada yang istrinya tidak mengikutinya masuk ke dalam surga
Maka, wanita pada keadaan pertama, kedua, dan ketiga, Allah -’Azza wa Jalla- akan menikahkannya dengan laki-laki dari anak Adam yang juga masuk ke dalam surga tanpa mempunyai istri karena tiga keadaan tadi. Yakni laki-laki yang meninggal sebelum menikah, laki-laki yang berpisah dengan istrinya lalu meninggal sebelum menikah lagi, dan laki-laki yang masuk surga tapi istrinya tidak masuk surga.
Ini berdasarkan keumuman sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- dalam hadits riwayat Muslim no. 2834 dari sahabat Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu-: مَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبٌ “Tidak ada seorangpun bujangan dalam surga”.
Adapun wanita pada keadaan keempat dan kelima, maka dia akan menjadi istri dari suaminya di dunia.
Adapun wanita yang menikah lagi setelah suaminya pertamanya meninggal, maka ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sebagian ulama -seperti Syaikh Ibnu ‘Ustaimin- berpendapat bahwa wanita tersebut akan dibiarkan memilih suami mana yang dia inginkan.
Syekh Jibrin menerangkan, jika seorang wanita pernah menikah dua kali di dunia maka ia diperbolehkan memilih siapa yang akan menjadi pendampingnya di surga.
Ini merupakan pendapat yang cukup kuat, seandainya tidak ada nash tegas dari Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- yang menyatakan bahwa seorang wanita itu milik suaminya yang paling terakhir. Beliau -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
اَلْمَرْأَةُ لِآخِرِ أَزْوَاجِهَا
“Wanita itu milik suaminya yang paling terakhir”.(HR. Abu Asy-Syaikh dalam At-Tarikh hal. 270 dari sahabat Abu Darda` dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah: 3/275/1281)
Dan juga berdasarkan ucapan Hudzaifah -radhiyallahu ‘anhu- kepada istri beliau
: إِنْ شِئْتِ أَنْ تَكُوْنِي زَوْجَتِي فِي الْجَنَّةِ فَلاَ تُزَوِّجِي بَعْدِي. فَإِنَّ الْمَرْأَةَ فِي الْجَنَّةِ لِآخِرِ أَزْوَاجِهَا فِي الدُّنْيَا. فَلِذَلِكَ حَرَّمَ اللهُ عَلَى أَزْوَاجِ النَّبِيِّ أَنْ يَنْكِحْنَ بَعْدَهُ لِأَنَّهُنَّ أَزْوَاجُهُ فِي الْجَنَّةِ
“Jika kamu mau menjadi istriku di surga, maka janganlah kamu menikah lagi sepeninggalku, karena wanita di surga milik suaminya yang paling terakhir di dunia. Karenanya, Allah mengharamkan para istri Nabi untuk menikah lagi sepeninggal beliau karena mereka adalah istri-istri beliau di surga”. (HR. Al-Baihaqi: 7/69/13199 )
Ada juga riwayat yang menerangkan jika seorang wanita ditinggal wafat suami atau dicerai, ia menikah lagi maka suami yang terakhir yang akan menjadi pasangannya kelak. Wanita manapun yang ditinggal mati suaminya, kemudian si wanita menikah lagi, maka dia menjadi istri bagi suaminya yang terakhir. (HR Thabrani).
Imam Al Qurthuni di dalam At Tadzkirah meriwayatkan bahwa Hudzaifah Ibnul Yaman RA berujar kepada istrinya, “Jika engkau ingin menjadi istriku di surga, janganlah engkau menikah lagi setelah aku. Karena, wanita adalah milik suaminya yang terakhir. Karena itulah, para istri Rasulullah tidak menikah lagi setelah ditinggal wafat Rasulullah SAW.”
Muawiyah bin Abi Sufyan pernah melamar Ummu Darda. Namun, Ummu Darda menolak sembari berkata, “Aku pernah mendengar Abu Darda menceritakan sebuah hadis yang menyatakan, ‘Sesungguhnya wanita akan menjadi istri dari suami terakhirnya kelak di surga’.”
Begitu juga halnya dengan Ummahatul Mukminin, kata Abu Muhammad Jamal dalam buku Imra’atus Sami’in bi Aushafil Huril Iin, kelak di surga akan menjadi istri-istri Rasulullah, meskipun sebelum dinikahi Rasulullah mereka pernah dinikahi orang lain.
Jika ada pertanyaan saat seorang wanita bersanding lagi dengan suaminya di dunia, di sisi lain suaminya mendapat pasangan bidadari surga, bukankah muncul rasa cemburu? Allah SWT akan menghilangkan semua rasa cemburu dan kenikmatan surga lebih dari cukup dari kenikmatan apa pun.
Allah SWT berfirman, “Kami hilangkan segala rasa kebencian yang berada dalam hati mereka. Mereka semua merasa bersaudara. Mereka duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (QS al-Hijr [15]: 47). Wallahu a’lam.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar