Rasulullah saw bersabda, "Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada para pembacanya." (HR. Imam Muslim).
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,Al-Qur'an akan datang pada hari kiamat, lalu dia berkata, “Ya Allah, berikan dia perhiasan.” Lalu Allah berikan seorang hafiz Al-Qur'an mahkota kemuliaan. Al-Qur'an meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan untuknya.” Lalu dia diberi pakaian perhiasan kemuliaan. Kemudian dia minta lagi, “Ya Allah, ridai dia.” Allah pun meridainya. Lalu dikatakan kepada hafiz Al-Qur’an, “Bacalah dan naiklah, akan ditambahkan untukmu pahala dari setiap ayat yang kamu baca." (HR. Turmudzi 3164 dan beliau menilai Hasan shahih).
Al-Qur'an kelak akan datang kepada pemiliknya dalam rupa seorang pemuda yang pucat warna (kulit)nya. Maka pemiliknya bertanya, "Siapakah kamu?" Ia menjawab, "Aku adalah Al-Qur'an yang membuatmu tidak dapat tidur di malam harimu dan membuatmu haus di siang harimu."
Oleh karena Al-Qur'an bukanlah sebuah benda yang sembarangan, maka sudah seyogianya kita memperlakukan Al-Qur’an dengan cara yang arif, karena ia akan menjadi penolong yang memberikan syafaat dan amal sholeh yang akan menemani kita setelah meninggal dunia.
Imam Nawawi dalam kitab At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur'an menyebutkan diantara adab-adab menghafal Al-Qur’an ialah:
Orang yang membaca Al-Quran mesti berada dalam keadaan paling sempurna dan perilaku paling mulia, hendaklah dia menjauhkan dirinya dari segala sesuatu yang dilarang Al-Qur’an, hendaklah dia terpelihara dari pekerjaan yang rendah, berjiwa mulia, lebih tinggi derajatnya dari para penguasa yang sombong dan pencinta dunia yang jahat, merendahkan diri kepada orang-orang sholeh dan ahli kebaikan, serta kaum miskin, hendaklah dia
seorang yang khusyuk memiliki ketenangan dan wibawa.
Hal yang perlu diberi penekanan dari apa yang diperintahkan kepada penghafal Al-Qur’an ialah agar menghindarkan diri dari perbuatan menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber penghasilan atau pekerjaan dalam kehidupannya.
Hendaklah dia memelihara bacaan Al-Qur’an dan memperbanyak bacaanya. Ulama salaf mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang berlainan tentang tempo dan jangka masa mengkhatamkan Al-Qur’an. Ibnu Abi Dawud meriwayatkan dari sebagian ulama Salaf bahawa mereka mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam setiap dua bulan, manakala setengah dari mereka mengkhatamkan Al-Qur’an dalam setiap bulan.
Memelihara membaca Al-Qur’an pada waktu malam. Hendaklah seorang penghafal Al-Qur’an lebih banyak membaca Al-Qur’an pada waktu malam dan dalam sembahyang malam.
Jika mulai membaca, hendaklah bersikap khusyuk dan merenungkan maknanya ketika membaca.
As-Sayyid yang mulia dan pemilik berbagai anugerah serta makrifat, Ibrahim Al-Khawash ra.a berkata: “obat penyembuh hati ada lima perkara, yaitu:
1. Membaca Al-Qur’an dan merenungi maknanya.
2. Perut yang kosong.
3. Sembahyang malam.
4. Berdoa dengan penuh tawadhuk di hujung malam.
5. Duduk bersama orang-orang sholeh.
Dianjurkan untuk mengulang-ulang ayat untuk direnungkan, bahkan jika memungkinkan kita bisa menangis ketika membaca Al-Qur’an.
Imam Abu Hamid Al-Ghazali berkata: “Menangis itu disunahkan pada waktu membaca Al-Qur’an. Cara dapat menangis adalah menghadirkan kesedihan di dalam hati dengan merenungkan peringatan dan ancaman keras serta janji-janji yang terdapat di dalamnya, kemudian merenungi dosa-dosa yang terlanjur diperbuat.” Jika tidak boleh menimbulkan kesedihan dan tangisan sebagaimana dialami oleh orang-orang terpilih, maka hendaklah dia menangis atas kegagalan itu kerana hal itu termasuk musibah yang besar.
Hendaklah membaca Al-Qur’an dengan tartil. Para ulama telah sependapat atas anjuran melakukan tartil
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra Dia berkata: “Aku lebih suka membaca satu surah secara tartil daripada membaca Al-Qur’an seluruhnya.”
Diutamakan jika melalui ayat yang mengandung rahmat agar memohon kepada Allah s.w.t dan apabila melalui yang mengandung siksaan agar memohon perlindungan kepada Allah s.w.t dari kejahatan dan siksaan. Atau berdoa: “Ya Allah, aku mohon kesehatan kepada-Mu atau keselamatan dari setiap bencana.”
Hal yang perlu diperhatikan dan amat ditekankan adalah memuliakan AlQur’an dari hal-hal yang kadang-kadang diabaikan oleh sebagian orang yang lalai ketika membaca bersama-sama. Diantaranya menghindari tertawa, berbuat bising dan bercakap-cakap di tengah pembacaan, kecuali perkataan yang perlu diucapkan.
Para ulama berkata: “Pendapat yang lebih terpilih adalah membaca menurut tertib Mushaf, maka dia baca Al-Fatihah, kemudian Al-Baqarah, kemudian Ali-Imran, kemudian surah-surah sesudahnya menurut tertibnya, sama saja dia membaca dalam sembahyang atau di luarnya. Salah seorang
sahabat kami mengatakan: “Jika dia membaca pada rakaat pertama surah Qul A’Udzu bi rabbin Naas, maka dia baca ayat sesudah Al-Fatihah dari surah Al-Baqarah.”
Membaca Al-Qur’an dari Mushaf lebih utama dari pada membacanya dengan hafalan kerana memandang dalam Mushaf adalah ibadah yang diperintahkan, maka berkumpullah bacaan dan pandangan itu. AL-Qadhi Husain dan Abu Hamid Al-Ghazali menulis dalam Al-Ihya bahawa banyak sahabat Nabi saw dulu membaca dari Mushaf. Mereka tidak suka keluar suatu hari tanpa memandang ke dalam Mushaf. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dawud
pembacaan dalam Mushaf dari banyak ulama Salaf dan saya tidak melihat adanya perselisihan berkenaan dengan perkara tersebut.
Membaca Al-Qur’an dengan suara kuat. Ini merupakan fasal yang penting dan patut diperhatikan. Ingatlah bahawa banyak hadith dalam kitab Sahih dan lainnya menunjukkan anjuran menguatkan suara ketika membaca. Terdapat beberapa athar yang menunjukkan anjuran memperlahankan (merendahkan) suara, di antaranya akan saya sebut.
Teknik Sederhana Cepat Menghafal Al-Qur’an
Menghafal al-Qur’an secara keseluruhan pada
dasarnya bukan merupakan kewajiban setiap individu muslim, namun tuntutan untuk
hafal Al-Qur’an berlaku pada setiap muslim berkaitan dengan kewajibannya dalam
sholat untuk dapat membaca surat-surat lain setelah Al-Fatihah.
Salah satu penelitian tentang mengahafal
Al-Qur’an yang dikenal dengan Al-Qur’an Memorizating Program, menemukan bahwa
ayat-ayat di Al-Qur’an akan aman ada di dalam pikiran kita jika sudah mengalami
pengulanngan sampai 300 kali ulang.
Rasulullah SAW telah memperingatkan, bahwa
hafalan Al-Qur’an akan lebih cepat hilang dan lepas bila dibandingkan
dengan seekor onta yang terikat kuat apa bila dia tidak selalu mengulang-ulang
hafalannya tersebut.
عَنْ أَبِى مُوسَى
عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «
تَعَاهَدُوا
هَذَا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ
تَفَلُّتًا مِنَ الإِبِلِ فِى عُقُلِهَا »
“ Jagalah
Al-Qur’an, demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, Al-Qur’an itu lebih cepat
lepas dari pada seekor onta dari ikatannya” (H.R. Bukhari)
DR.
Ahmad Qosim Syurkhoti dalam salah satu kesempatan memaparkan hasil
penelitiannya berkaitan dengan menghafal Al-Qur’an. Beliau menyatakan secara
garis besar proses menghafal Al-Qur’an itu ada dua macam : 1) Hifdz Syudan,
yaitu menghafal Al-Qur’an dengan tidak sengaja (jadi Hafal), 2) HIfdz Kardan,
yaitu menghafal Al-Qur’an dengan sengaja (berusaha hafal).
Ribuan
metode menghafal Al-Qur’an telah diteliti dan diterapkan di berbagai belahan
dunia, Negara yang concern terhadap hafalan Al-Qur’an saat ini adalah Negara
Iran, hal ini dibuktikan dengan jumlah penghafal terbanyak di dunia ada di Iran
yang mencapai 1.000.000 orang. Bahkan khoemaeni sebagai pemimpin Negara
mentargetkan 7:1 dimana penduduk Iran sekitar 70 juta orang. Bahkan perhatian
pemerintah juga terlihat dengan memberikan Ijazah strata 1 bagi siapa pun yang
telah hafal 30 Juz tanpa mengikuti studi. Bagaimana dengan Indonesia? Dari 250
juta penduduk, 86,5 % atau sekitar 216.250.00 Muslim Indonesia, hanya 6000
orang yang hafal Al-Qur’an.
Metode
Gabungan Syudan dan Kardan
Tahapan
menghafal Al-Qur’an berdasarkan kolaborasi 2 metode di atas, terdiri dari
beberapa tahap :
1.
Menghafal
Metode
drai atau mengikuti bacaan bisa dilaksanakan kepada santri dengan cara;
- Ustadzd dansantri membaca 3-5 kali surat secara keseluruhan
- Ustadz membaca 3-5 kali untuk 1 ayat secara benar kemudian diikuti
oleh santri
- Santri menghafal sendiri ayat yang baru diberikan kemudian secara
oral melafalkannya
2.
Menyetorkan Hafalan
Setelah
santri menghafalkan secara oral, santri menyetorkan ayat pertama kepada ustadz,
setelah itu mengulangi langkah pertama untuk ayat ke-2. Dan seterusnya.
3.
Mengulangi Hafalan
- Setelah santri menghafal dan menyetorkan keseluruhan surat, santri
mengulangi secara oral surat tersebut 3-5 kali
- Setelah mengulang 3-5 kali, santri menyetorkan secara keseluruhan
surat kepada ustadz
4.
Menuliskan hafalan
Setelah
santri menyetorkan secara keseluruhan, ustadz membimbing santri untuk
menuliskan hafalan surat tersebut baik dalam tulisan Arab atau tulisan latin.
5.
Menjaga Hafalan
Untuk
menjaga hafalan yang telah disetorkan guru memberikan format pengulangan harian
untuk kemudian disetor ulang pada pertemuan selanjutnya sebelum menghafal surat
baru.
Variasi
Menghafal kelas dapat dilakukan dengan saling setor berpasangan, Hafal
berurutan, Meneruskan potongan ayat, Mengundi ayat atau surat, Menebak surat,
dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar