وَعَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ : ( لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله
عليه وسلم اَلنَّائِحَةَ , وَالْمُسْتَمِعَةَ ) أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ
Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaknat wanita yang meratapi orang mati dan sengaja mendengarkannya. Dikeluarkan oleh Abu Dawud.
قال جريربن عبدالله البجلي : كنانعدالاجتماع الى اهل الميت وصنعةالطعام بعد د فنه من النياحة
Artinya : Adalah kami menganggap, bahwa berkumpul-kumpul di rumah ahli maiyit dan mereka membuat rnakanan sesudah di tanam maiyit itu, setengah daripada meratap.
Adapun perkataan itu, diriwayatkan oleh Ahmad daripada Jabir bin Abdullah
Al-Bajali, dan sanad dari riwayat itu, adalah shahih.Perkataan itu bukan
Hadiets, hanya menunjukkan, bagaimana anggapan Shahabat dan Tabi'ien tentang
hal itu. Maksud perkataan ini, bahwa berkumpul-kumpul di rumah ahli maiyit dan
mereka membuat makanan untuk orang yang datang itu, oleh Shahabat-shahabat dan
Tabi'ien, dianggap meratap.
Alhasil bikin kenduri yang dikatakan oleh orang sebelah sini, malam dua,
tiga, tujuh, seratus hari, dan lain-lainnya, adalah masuk dalam ratapan yang di
haramkan oleh Nabi sendiri, dan diriwayatkan :
َوَعَنْ عَبْدِ
اَللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: ( لَمَّا جَاءَ نَعْيُ
جَعْفَرٍ -حِينَ قُتِلَ- قَالَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم "اصْنَعُوا
لِآلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا, فَقَدْ أَتَاهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ" )
أَخْرَجَهُ الْخَمْسَةُ, إِلَّا النَّسَائِيّ
Artinya : Berkata 'Abdullah bin
Ja'far : Tatkala datung khabar, bahwa Ja'far telah terbunuh, berkata Nabi
s.a.w. Bikinlah makanan untuk ahli rumah Ja'far, karena sesungguhnya telah
datang, kepada mereka itu, satu perkara yang mendukacitakan mereka". (H.S.R. Syafi'ie dan Ahmad).
Maksud Hadiets ini, bahwa tatkala datang khabar
kematian Ja'far, maka Nabi menyuruh supaya orang lain membuat makanan untuk
ahli rumah Ja'far, bukanlah ahli maiyit itu, yang akan memberi makanan-makanan
buat orang-orang yang datang.
روي ان جريراوفدعلى عمرفقال:هل يناح على ميتكم؟ قال:
لا. قال: وهل يجتمعونءنداهل الميت ويجعلن الطعام؟ قال: نعم. قال: ذلك النوح.
(المغني لابن قدامة)۴۱۳:۲
(Telah diriwayatkan, bahwa Jarier pernah datang kepada Umar, lalu Umar bertanya: Adakah diratapkan atas mayit di kaum kamu? Menjawab dia (Jarier): Tidak! Lalu bertanya pula (Umar): Adakah orang-orang berkumpul di rumah ahlulmayit dan membuat makanan? Menjawab dia (Jarier): Ya! Maka berkata Umar: Yang demikian itu ratapan. (Mughni Ibnu Qudamah))
MAKSUD DARI UPACARA KEMATIAN : MENGHADIAHKAN PAHALA BAGI YANG SUDAH MATI
Menurut ayat-ayat Qur-an, bahwa pahala Qur-an atau Tahliel atau lain-lain
'amalan yang di buat oleh orang yang hidup untuk orang yang mati itu, tidak
sampai kepada simati itu. Dengarlah sabda Nabi s.a.w. :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله
عليه وسلم قَالَ : ( إِذَا مَاتَ اَلْإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا
مِنْ ثَلَاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ
صَالَحٍ يَدْعُو لَهُ ) رَوَاهُ مُسْلِمÉ
Artinya : Apabila anak Adam itu
mati, maka putuslah 'amalannya, kecuali tiga perkara. Pertama shadakah jariah
(waqaf), kedua ilmu yang orang ambil munfa'at daripadanya, ketiga anak yang
shalih yang mendo'akan dia. (H.S.R. Abu Dawud).
Maqshud daripada Hadiets itu, bahwa 'amalan simati
itu, tidak akan bertambah, kecuali dengan tiga yang disebut itu ; dan yang
disebutkan itu adalah dari usaha sendiri pada waqtu hidupnya. Dan firman Allah :
وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى
Artinya : Dan sesungguhnya manusia tidak akan dapat (ganjaran) melainkan (dari) apa ia kerjakan (sendiri). (Q. An-Najm, 39)
Dan firman Allah ;
فَالْيَوْمَ لا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَلا تُجْزَوْنَ إِلا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya : Maka pada hari (Qiamat) ini, tidaklah seseorang akan
dianiaya sedikit juapun, dan tidak dibalas kamu, kecuali apa yang kamu telah
kerjakan.(Qs. Yasin, 54).
Maksud Ayat ini, menyatakan dengan terang bahwa pada hari Qiamat itu, tidaklah seorang akan dianiaya ; dan manusia itu tidaklah akan dapat upah (ganjaran), melainkan dari apa yang diusahakannya di atas dunia ini. Usaha orang lain, seperti membaca Qur-an, Tahliel dan sebagainya itu, tidaklah si mati akan dapat pahalanya. Lagi, kalau sampai pahala Qur-an atau Tahliel itu kepada si mati, tentulah dikerjakan oleh Nabi s.a.w. atau oleh shahabat-shahabatnya, dan tentulah diriwayatkan dari padanya, padahal satu patah kalimatpun tidak menunjukkan kepada yang demikian itu.
Adapun juga orang meriwayatkan Hadiets-hadiets tentang anak menghajjikan orang tuanya dan juga tentang orang hidup bersedekah untuk orang yang sudah mati, tetapi oleh sebab sekalian itu berlawanan dengan ayat-ayat Qur-an yang begitu kuat dan tegas, maka tak dapatlah kita katakan Hadits-hadits itu shahih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar