Al-Qur`an berasal dari kata qara`a-yaqra`u-qira`atan/qur`anan yang bermakna asal ‘mengumpulkan dan menghimpun’. Makna yang kemudian umum digunakan adalah ‘membaca’, sebab membaca adalah mengumpulkan huruf dan kalimat untuk diucapkan. Secara istilah, al-Qur`an adalah kalam(firman) Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, menjadi sebuah ibadah dengan membacanya.
Perintah cara membaca al-quran ini direkam dalam ayat berikut :{وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا}
Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (Al-Muzzammil: 4)
Maksudnya, bacalah Al-Qur'an dengan tartil (perlahan-lahan) karena sesungguhnya bacaan seperti ini membantu untuk memahami dan merenungkan makna yang dibaca, dan memang demikianlah bacaan yang dilakukan oleh Nabi Saw.
Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan melalui sahabat Anas r.a., bahwa ia pernah ditanya tentang bacaan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Maka ia menjawab, bahwa bacaan Al-Qur'an yang dilakukan oleh beliau panjang. Bila beliau membaca: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Al-Fatihah: 1) Maka beliau memanjangkan bismillah, dan memanjangkan Ar-Rahman dan juga memanjangkan bacaan Ar-Rahim.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Ummu Salamah r.a., bahwa ia pernah ditanya tentang qiraat Rasulullah Saw. Maka Ummu Salamah menjawab bahwa beliau membaca Al-Qur'an ayat demi ayat yang setiap ayatnya berhenti:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ ...الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ... الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ ...مالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segalapuji bagi Allah Tuhan semesta alam, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. (Al-Fatihah: 1-4)
Hadis-hadis yang menunjukkan anjuran membaca Al-Qur'an dengan bacaan tartil dan suara yang indah, sebagai berikut:
"زَيِّنوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ"
Hiasilah Al-Qur’an dengan suara kalian!
"لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ"
Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan bacaan Al-Qur’an.
Cara membaca tartil ini disebut oleh para ahli sebagai tajwid. Imam al-Jazari rahimahullah, salah seorang ulama pakar ilmu tajwid dan qiraat menegaskan dalam matannya : “Membaca al-Quran dengan tajwid adalah wajib, siapa yang tidak membacanya dengan tajwid ia berdosa. Karena Allah SWT menurunkannya dengan tajwid. Dan demikianlah al-Quran dari-Nya sampai kepada kita”.
Membaca Al-Quran tidak disertai tartil akan menyebabkan terjadinya kesalahan. Kesalahan membaca al-qur’an ada dua macam :
Al-Lahnul Jaliy
Al-Jaliy berarti terang atau jelas, yaitu kesalahan yang terlihat baik di kalangan awam maupun para ahli tajwid, seperti :
- Perubahan bunyi huruf dengan huruf lain
- Perubahan harakat dengan harakat lain, dan atau
- Memanjangkan huruf yang pendek atau sebaliknya
- Mentasydid-kan huruf yang tidak seharusnya dan sebaliknya
Al-Lahnul Khofiy
Al-khofiy artinya tersembunyi, yaitu kesalahan membaca al-qur’an yang tidak diketahui secara umum kecuali oleh orang yang memiliki pengetahuan mengenai kesempurnaan membaca al-quran. Kesalahan ini tergolong ringan karena berkenaan dengan hukum-hukum pembacaan seperti tidak tepat membaca harakat panjang pada mad wajib muttashil atau lazim dengan 2 atau 3 harakat atau tidak menahan ketukan ghunnah pada huruf-huruf yang seharusnya dibaca dengan ghunnah.Ketidakpedulian anda dalam memperbaiki kesalahan ini tidak menyebabkan berdosa, tetapi anda terjebak dalam perbuatan makruh [dibenci], maukah anda membaca al-qur’an tapi dibenci oleh Allah SWT.
Maman Abdurrahman, memaparkan pokok-pokok pikiran tentang bacaan al-Quran, sebagaiberikut:
Pertama, Dalil-dalil berkaitan dengan Bacaan Al-Quran
Dalil Al-Quran: surat al-Kahfi [18]: 1, al-Zumar [39]: 28, al-Muzammil [73]: 4, al-Furqan [25]: 32, al-Isra [17]: 106, Yusuf [12]: 2, danAz-Zukhruf [43]: 3.
Sementara dalil hadis dalam riwayat ath-Thabrani, dengan redaksi: “Bacalah Al-Quran dengan lagu dan suara orang Arab. Jauhilah lagu/irama ahli kitab dan orang orang fasiq…” ( al-Mu’jam al-Ausath , Juz 7, hlm. 183, No. Hadis 7223)
Kedua, Cara-Cara Pembaca Al-quran
Dengan merujuk penjelasan Dr. Yahya Abdurrazaq dalam kitabnya ‘Ilm al-Tajwiid , Prof.Maman menyatakan, bahwa ada tujuh macam lagu yang dimungkinkan dalam membaca Al-Quran yang dibaca dengan kelembutan dan mudah, seperti, Shaba, Nahawand, Ajam, Bayati, Sika, Hijaz, Wasat. Lebih lanjut Prof.Maman mengatakan, bacaan Al-Quran harus sesuai dengan nada atau langgam ‘Arabi apapun dari tujuh macam tersebut, serta terpelihara Izhar, Idgham, Ikhfa, dan Makhaarij al-Huruf, maddwal-qashnya .
Ketiga, Adab-adab Membaca Al-Quran
Dengan merujuk penjelasan Dr. Yahya Abdurrazaq, terdapat enam bentuk adab membaca Al-Quran, sebagai berikut:
Membaca Al-Quran harus tartil yang meliputi tiga hal, berdasar pada ayat: “ Warattilil Qur’aana tartiila. ”
Jauhi lagu-lagu, terlebih lagu-lagu musik
Tidak berlebihan, dan dilarang, dalam membaca harakat, sehingga menimbulkan huruf baru, seperti alaihim dengan alaihii Bismillahrahmanirrahiim , dengan bismiii illahi rahmaniirahim.
Dalam membaca dilarang adanya bacaan-bacaan yang menimbulkan perubahan (ikhtilas), karena adakalanya dengan kecepatan membaca atau kelambatan dapat mengganggu makna.
Jangan melagukan seperti orang fasiq
Pembacaan Al-Quran yang konsistem, iltizam dengan hokum tajwid, kaidah-kaidah, dan pedoman-pedoman yang diakui dan didahulukan dari lagu-lagu itu.
Keempat, Praktek Kaum Muslimin dalam Membaca Al-Quran
kaum muslimin membaca Al-Quran, sebagaimana yang sudah ada sekarang karena harus sesuai dengan tujuh macam lagu di atas dan perlunya memelihara tahsin Qiraa’atil Al-Quran dan mereka kaum muslimin di dunia membaca dengan lahn tersebut, sebagaimana di Indonesia saat ini. Dalam membaca Al-Quran kaum muslimin di dunia tidak ada perbedaan, sehingga di manapun seseorang tidak dinggap aneh dalam membacanya. Di dunia Arab, dunia Islam, bahkan di Eropa, Amerika, Rusia, dan Asia membacanya sama. Bagaimana jadi nya bila di suatu Negara bacaan Al-Qurannya berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya?
TAHFIDZ AL-QUR'AN
Menghafal al-Qur’an secara keseluruhan pada dasarnya bukan merupakan kewajiban setiap individu muslim, namun tuntutan untuk hafal Al-Qur’an berlaku pada setiap muslim berkaitan dengan kewajibannyadalam sholat untuk dapat membaca surat-surat lain setelah Al-Fatihah. Selain itu, Al-Qur’an menjadi minhajul Hayah dan sumber ilmu dan hukum, maka merupakan suatu keniscayaan bagi seorang muslim apalagi aktivis dakwah untuk menghafal al-Qur’an. Salah satu penelitian tentang mengahafal Al-Qur’an yang dikenal dengan Al-Qur’an Memorizating Program, menemukan bahwa ayat-ayat di Al-Qur’an akan aman ada di dalam pikiran kita jika sudah mengalami pengulanngan sampai 300 kali ulang.
DR. Ahmad Qosim Syurkhoti dalam salah satu kesempatan memaparkan hasil penelitiannya berkaitan dengan menghafal Al-Qur’an. Beliau menyatakan secara garis besar proses menghafal Al-Qur’an itu ada dua macam : 1) Hifdz Syudan, yaitu menghafal Al-Qur’an dengan tidak sengaja (jadi Hafal), 2) HIfdz Kardan, yaitu menghafal Al-Qur’an dengan sengaja (berusaha hafal).
- At-Tasmi’ (memperdengarkan)
- At-Tasmi’ wal Muroja’ah (Memperdengarkan dan mengulang kembali)
- Ta’limu At-Tajwid (Pengajaran Tajwid)
- At-Talqin Qobla Hifdz (Menuntun Sebelum Menghafal)
Beberapa Kekeliruan dalam Menghafal Al-Qur’an
- Terlalu banyak murid dalam satu halaqah
- Lemahnya Mutaba’ah (Kontrol dan pengawasan)
- Tidak adanya disiplin waktu
- Tidak adanya perhatian terhadap perbedaan individual
- Tingginya ketidakhadiran murid dan keterlambatan mereka dalam menghadiri halaqah
- Tidak adanya pemilihan guru yang cakap
Metode terbaik untuk mengajarkan Al-Qur’an dalam halaqah
- Penyiapan Tempat
- Memperhatikan sifat-sifat guru dalam halaqah al-Qur’an
- Empat aspek mendasar yang harus mendapatkan perhatian lebih dalam setiap halaqah al-Qur’an
- Tilawah
- Hafalan
- Muraja’ah
- Tafsir (kalimat gharib)
- Tsawwab
- “iqaab
- Taqwim
Menjaga Hafalan AL-Qur’an
Memang menjaga hafalan Al-Qur'an lebih berat ketimbang menghafalnya dari nol, namun jangan berkecil hati bahwa bila niat kita baik, ikhlas karena Allah, insya Allah Dia akan membimbing kita dalam menghafal dan menjaga kitab sucinya. kalau Allah ridha kepada kita, maka kemudahan-kemudahan yang akan kita dapati. Berikut adalah beberapa cara untuk menjaga hafalan Al-Qur’an :
Pengaturan waktu
Pandai mengatur waktu akan dapat membantu seorang penghafal Al-Qur’an dalam memelihara hafalannya. Mengatur waktu untuk mengulang-ulang hafalan yang senantiasa terus berkelanjutan, harus terus dilakukan oleh seorang penghafal Al-Qur’an. Biasakan jangan melewatkan waktu tanpa melakukan hal-hal yang bermanfaat.
Rasulullah SAW telah memperingatkan, bahwa hafalan Al-Qur’an akan lebih cepat hilang dan lepas bila dibandingkan dengan seekor onta yang terikat kuat apa bila dia tidak selalu mengulang-ulang hafalannya tersebut.
عَنْ أَبِى مُوسَى عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « تَعَاهَدُوا هَذَا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ الإِبِلِ فِى عُقُلِهَا »
“ Jagalah Al-Qur’an, demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, Al-Qur’an itu lebih cepat lepas dari pada seekor onta dari ikatannya” (H.R. Bukhari)
Menyediakan waktu khusus
Dalam proses muraja’ah (mengulang) hafalan, seorang penghafal Al-Qur’an harus menyediakan waktu khusus, misalnya sebelum atau sesudah subuh, sebelum tidur, sebelum dan sesudah shalar fardhu. Siapapun dia, bila mana sedang menekuni suatu pekerjaan dan memberikan porsi waktu yang khusus, maka dia akan mendapatkan hasil yang tidak akan mengecewakannya. Tengoklah bagaimana kehidupan para Ulama terdahulu dalam pengaturan waktu, sehingga mereka dapat mewariskan karya-karya besar mereka yang sampai hari ini masih menjadi rujukkan. Sabagian mereka wafat diusainya yang belum begitu lanjut, akan tetapi mereka dapat menulis dan menyusun banyak kitab.
Wirid Al-Qur'an
Selain menyediakan waktu khusus, seorang penghafal Al-Qur'an harus memperbanyak tilawah, dia harus memiliki wirid Al-Qur'an yang rutin dia lakukan setiap hari. Usahakan dapat membaca Al-Qur’an minimal satu juz setiap hari, sehingga dalam waktu tiga puluh hari / satu bulan anda akan mengkhatamkan tilawah Al-Qur’an. Sering membaca Al-Qur’an akan dapat memudahkan seseorang dalam menghafal Al-Qur’an.
Menjadi Imam Shalat
Hafalan anda akan selalu melekat dalam ingatan anda apabila selalu anda baca dalam shalat, khususnya saat shalat malam atau qiyamullail. Terlebih saat menjadi imam shalat tarawih di suatu masjid yang antara pengurus jamaah meresa tidak keberatan bila mana sang iman membaca satu juz untuk setiap malamnya.
Mengajarkan orang lain
Salah satu cara yang paling efektif dalam menjaga hafalan adalah mengajarkan orang lain, karena pada saat mendengarkan hafalan muridnya, maka secara tidak langsung dia sedang mengulang-ulang hafalan.
Mendengarkan bacaan orang lain
Banyak mendengar akan memudahkan kita menghafal, cepat hafal, selain sering membaca juga karena sering mendengar bacaan orang lain. Buatlah kesepakan atau janji bersama teman anda yang sedang menghafal Al-Qur’an untuk saling menyimak, sehingga bila mana anda atau teman anda keliru dalam membaca maka saat itulah anda berdua akan saling mengoreksi.
Mendengarkan kaset atau CD Al-Qur’an
Pilihlah salah satu bacaan syaikh terkenal, yang tilawahnya tersebar di seluruh dunia dan cenderung diminati lagunya dalam membaca Al-Qur’an, seperti Syaikh Mahmud Khalil Al-Hushari, Syaikh Muhammad Siddiq Al-Minsyawi, Syaikh Abdullah bin Ali Bashfar, Syaikh Abdurrahman Al-Hudzaifi, Syaikh Suud Syuraim, Syaikh Abdurrahman Al-Sudais dll.
Membaca sejarah para penghafal Al-Qur’an
Untuk memberikan motivasi dan semangat baru maka anda juga harus membaca perjalanan para ulama dan orang-orang yang menghafal Al-Qur'an, anda akan dapat mengambil pelajaran dari pengalaman mereka serta dapat memperbaharui semangat anda.
Membiasakan membaca tanpa melihat Mushaf
Biasakan mengulang hafalan tanpa melihat mushaf, karena bila mana membaca hafalan selalu melihat mushaf maka akan ada ketergantung selalu ingin melihatnya. Kecuali apa bila anda sudah tidak dapat melanjutkan bacaan, maka boleh anda melihat mushaf.
Menjauhi kemaksiatan
Jiwa yang selalu berlumuran kemaksiatan dan dosa, sulit untuk menerima cahaya Al-Qur'an, hati yang tertutup disebabkan dosa-dosa yang senantiasa dilakukannya, tidak mudah menerima kebaikan, mentadaburi ayat-ayat Al-Qur'an
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَا لُهَا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Q.S. Muhammad : 24)
Dalam sejarah tercatat bahwa Imam Syafi'i rahimuhullah tergolong ulama yang memiliki kecepatan dalam menghafal, bagaimana dia mengadu kepada gurunya, Waki', suatu hari dia mengalami kelambatan dalam menghafal. Maka gurunya lalu memberikan obat mujarrab, yaitu agar dia meninggalkan perbuatan maksiat dan mengosongkan hati dari setiap penghalang antara dia dan Tuhannya.
Imam Syafi'i rahimahullah berkata : Aku mengadu kepada (guruku) Waki' atas buruknya hafalanku. Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan. Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar