وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتْ امْرَأَتِي عَاقِراً فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيّاً (5)
“
Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku
adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang
putera”
Demikianlah
rintihan do’a Nabi Zakaria dalam suarat maryam ayat 5 ketika mengharapkan
diberi seorang anak. Pemberian dalam al-qur’an banyak sekali diungkapkan dalam
beberapa kalimat seperti rajaqa. ‘atho dan lain-lain. Namun dalam memberi
seorang anak Allah memakai kalimat wahaba, yang bukan hanya memberi tetapi
memberi atas dasar dan dengan kasih sayang.
Jika seseorang memberi dengan kasih sayang sudah pasti cara, apa yang
diberikan dan penerima berbeda dengan ketika memberi karena terpaksa seperti
kepada pengamen atau kasihan kepada pengemis. Maka seorang anak adalah anugerah
yang merupakan wujud kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنْ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنْ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ (14)
14.
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga). [ali-Imran ; 14]
Ibarat
perhiasan, seorang anak menjadi kebanggaan terutama diantara orang yang tidak
mempunyai anak. Namun ketika kita tidak sejalan dengan apa yang diperintahkan
Allah dalam memposisikan anak, maka
seorang anak hanya akan menjadi ujian belaka kepada orang tuanya.
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ
وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (15)
15.
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi
Allah-lah pahala yang besar. At-thagabun ;15
Jika tidak
lulus dalam ujian yang didapat hanya kerugian karena anak tersebut statusnya
bukan lagi ujian tetapi menjadi penghalang terhadap orangtuanya dalam beribadah
kepada Allah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الْخَاسِرُونَ (9)
9.
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang merugi. [al-Munafiqun :
9]
Jika
mengurus anak ayam saja ada caranya, apalagi mengasuh anak, oleh karena itu,
menurut Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan Abdullah Nasih ’Ulwan
(Tarbiyatul Aulad fil Islam), ada lima Metode Pendidikan dalam Islam yaitu:
1.
Keteladanan atau Qudwah,
Teladan
merupakan proses awal dari pendidikan anak, seorang anak akan dengan mudah
mengikuti perilaku orang tua walaupun orang tua tanpa berbicara kepada anak.
Orang tua tidak perlu berteriak-teriak kepada anaknya untuk menyuruh belajar
sholat, namun orang tua cukup hanya berpakaian sholat kemudian memakaikan
sarung atau mukena kepada anaknya lalu diajak sholat bersama, seorang anak
pasti dengan mudah mengikuti apa yang dikehendaki oleh orang tua apabila orang
tua tersebut juga melakukan hal yang sama.
2.
Pembiasaan atau Aadah,
Kekuatan
kebiasaan sangat besar dalam membentuk kepribadian dan kejiwaan seorang anak,
Kebiasaan akan memberikan efek yang tidak mudah hilang dari sanubari seorang
anak, sebab untuk menghapus kebiasaan juga harus dengan kebiasaan pula. Apabila
kebiasaan yang diberikan orang tua kepada anak itu baik, maka anak akan menjadi
dan bersikap baik pula, sebaliknya apabila orang tua memberikan teladan dan
kebiasaan yang buruk anak akan dengan mudah melakukan perbuatan buruk itu dan
menjadikan perbuatan itu suatu kebiasaan. Jika perbuatan buruk telah menjadi
kebiasaan, maka keburukan dapat berubah nilainya menjadi baik menurut pandangan
anak itu. Sehingga anak akan mengalami benturan-benturan psikologi, norma-norma
dan kebiasaan umum di masyarakat yang menjunjung tinggi nilai sosial.
3.
Nasehat atau Mau’izhoh,
Orang
tua hendaknya memberi nasehat kepada anak-anaknya dengan baik dan santun,
dengan kata-kata yang lembut dan penuh kasih sayang, kelembutan orang tua akan
membuka hati dan pikiran anak untuk melakukan dan mematuhi nasehat orang
tuanya. Sebaliknya bila nasehat dikemas dan dibingkai dengan kemarahan, anak
akan merasa terintimidasi sehingga anak akan belajar untuk bohong dan curang,
karena takut dimarahi jika tidak melakukan nesehat orang tuanya tersebut.
Nasehat diberikan kepada anak sebaiknya diucapkan dengan kata-kata positif,
seperti “Sayangilah Temanmu” dan tidak dengan kata-kata negatif seperti “Jangan
Pukul Temanmu”.
4.
Kontrol atau Mulahazhoh,
Apa
yang dilakukan oleh anak, orang tua seharusnya mengawasi dan memantaunya,
apakah anak melakukan kesalahan yang harus diperbaiki atau melakukan perbuatan
yang perlu disadarkan agar tidak mengulanginya. Ini perlu karena fungsi kontrol
adalah evaluasi sikap dan perilaku anak. Pendeteksian perilaku anak ini menjadi
penting karena apabila tidak dikontrol perilaku negatif anak bisa menjadi
karakter dan kepribadiannya kelak. Ketika melakukan kontrol perilaku pada anak,
orang tua harus memperhatikan kondisi anak, baik psikologis, motivasi, maupun
situasi anak. Kadang orang tua memaksakan keinginannya tanpa memperhatikan apa
sebenarnya motivasi dan situasi anak, sebagai contoh ketika anak pulang
terlambat dari sekolah, orang tua langsung marah-marah dan memakinya tanpa
menanyakan situasi anak mengapa ia terlambat.
5.
Sangsi atau Uqubah.
Sangsi dibutuhkan
dalam proses pendidikan anak. Fungsi adanya sangsi dalam pendidikan adalah
sebagai efek jera agar tidak melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan norma
sosial. Sebelum memberikan sangsi, orang tua harus memperhatikan dan memahami
apakah anak sebenarnya mengetahui bahwa perbuatan yang dilakukan itu salah,
bila anak belum bisa membedakan salah dan benar dalam perilakunya, maka anak
tidak dapat dihukum, maka ia membutuhkan perbaikan berupa penjelasan bahwa
perilaku anak tersebut salah dan penegasan bahwa perilaku itu tidak boleh
diulangi lagi.
Dalam melakukan
kelima metode tersebut, tentu sebagai orang tua harus mempunyai kemampuan untuk
menjadi orang tua yang lebih baik. Ada beberapa tips untuk menjadi orangtua
yang lebih baik sebagaimana diterangkan dalam modul pengasuhan anak dari
kementrian sosial republic Indonesia 2014 :
1. mengingat hal
yang membahagiakan sebagai orang tua
2. sejalan antara
perbuatan dan perkataan
3. selalu berusaha
memilik citra positif diri
4. bersikap dan
bertutur penuh kasih sayang dan jauh dari kekerasan
5. ayah dan ibu
bekerjasama dalam pengasuhan anak
6. ayah dan ibu
berdiskusi dan memutuskan bersama terkait pengasuhan anak
7. ayah dan ibu
menghindari pertengkaran di depan anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar