PENGUNJUNG

Jumat, 18 Desember 2020

Kenikmatan Menjadi Orang Tua

 

وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتْ امْرَأَتِي عَاقِراً فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيّاً (5)


“ Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera”

 

Demikianlah rintihan do’a Nabi Zakaria dalam suarat maryam ayat 5 ketika mengharapkan diberi seorang anak. Pemberian dalam al-qur’an banyak sekali diungkapkan dalam beberapa kalimat seperti rajaqa. ‘atho dan lain-lain. Namun dalam memberi seorang anak Allah memakai kalimat wahaba, yang bukan hanya memberi tetapi memberi atas dasar dan dengan kasih sayang.  Jika seseorang memberi dengan kasih sayang sudah pasti cara, apa yang diberikan dan penerima berbeda dengan ketika memberi karena terpaksa seperti kepada pengamen atau kasihan kepada pengemis. Maka seorang anak adalah anugerah yang merupakan wujud kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

 

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنْ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنْ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ (14)


14. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). [ali-Imran ; 14]

 

Ibarat perhiasan, seorang anak menjadi kebanggaan terutama diantara orang yang tidak mempunyai anak. Namun ketika kita tidak sejalan dengan apa yang diperintahkan Allah dalam memposisikan anak,  maka seorang anak hanya akan menjadi ujian belaka kepada orang tuanya.


إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (15)

15. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. At-thagabun ;15

 

Jika tidak lulus dalam ujian yang didapat hanya kerugian karena anak tersebut statusnya bukan lagi ujian tetapi menjadi penghalang terhadap orangtuanya dalam beribadah kepada Allah.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الْخَاسِرُونَ (9)

9. Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.  [al-Munafiqun : 9]

 

Jika mengurus anak ayam saja ada caranya, apalagi mengasuh anak, oleh karena itu, menurut Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam), ada lima Metode Pendidikan dalam Islam yaitu:

 

1.                Keteladanan atau Qudwah,


Teladan merupakan proses awal dari pendidikan anak, seorang anak akan dengan mudah mengikuti perilaku orang tua walaupun orang tua tanpa berbicara kepada anak. Orang tua tidak perlu berteriak-teriak kepada anaknya untuk menyuruh belajar sholat, namun orang tua cukup hanya berpakaian sholat kemudian memakaikan sarung atau mukena kepada anaknya lalu diajak sholat bersama, seorang anak pasti dengan mudah mengikuti apa yang dikehendaki oleh orang tua apabila orang tua tersebut juga melakukan hal yang sama.

 

2.                Pembiasaan atau Aadah,


Kekuatan kebiasaan sangat besar dalam membentuk kepribadian dan kejiwaan seorang anak, Kebiasaan akan memberikan efek yang tidak mudah hilang dari sanubari seorang anak, sebab untuk menghapus kebiasaan juga harus dengan kebiasaan pula. Apabila kebiasaan yang diberikan orang tua kepada anak itu baik, maka anak akan menjadi dan bersikap baik pula, sebaliknya apabila orang tua memberikan teladan dan kebiasaan yang buruk anak akan dengan mudah melakukan perbuatan buruk itu dan menjadikan perbuatan itu suatu kebiasaan. Jika perbuatan buruk telah menjadi kebiasaan, maka keburukan dapat berubah nilainya menjadi baik menurut pandangan anak itu. Sehingga anak akan mengalami benturan-benturan psikologi, norma-norma dan kebiasaan umum di masyarakat yang menjunjung tinggi nilai sosial.

 

3.                Nasehat atau Mau’izhoh,


Orang tua hendaknya memberi nasehat kepada anak-anaknya dengan baik dan santun, dengan kata-kata yang lembut dan penuh kasih sayang, kelembutan orang tua akan membuka hati dan pikiran anak untuk melakukan dan mematuhi nasehat orang tuanya. Sebaliknya bila nasehat dikemas dan dibingkai dengan kemarahan, anak akan merasa terintimidasi sehingga anak akan belajar untuk bohong dan curang, karena takut dimarahi jika tidak melakukan nesehat orang tuanya tersebut. Nasehat diberikan kepada anak sebaiknya diucapkan dengan kata-kata positif, seperti “Sayangilah Temanmu” dan tidak dengan kata-kata negatif seperti “Jangan Pukul Temanmu”.

 

4.                Kontrol atau Mulahazhoh,


Apa yang dilakukan oleh anak, orang tua seharusnya mengawasi dan memantaunya, apakah anak melakukan kesalahan yang harus diperbaiki atau melakukan perbuatan yang perlu disadarkan agar tidak mengulanginya. Ini perlu karena fungsi kontrol adalah evaluasi sikap dan perilaku anak. Pendeteksian perilaku anak ini menjadi penting karena apabila tidak dikontrol perilaku negatif anak bisa menjadi karakter dan kepribadiannya kelak. Ketika melakukan kontrol perilaku pada anak, orang tua harus memperhatikan kondisi anak, baik psikologis, motivasi, maupun situasi anak. Kadang orang tua memaksakan keinginannya tanpa memperhatikan apa sebenarnya motivasi dan situasi anak, sebagai contoh ketika anak pulang terlambat dari sekolah, orang tua langsung marah-marah dan memakinya tanpa menanyakan situasi anak mengapa ia terlambat.

 

5.                Sangsi atau Uqubah.


Sangsi dibutuhkan dalam proses pendidikan anak. Fungsi adanya sangsi dalam pendidikan adalah sebagai efek jera agar tidak melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial. Sebelum memberikan sangsi, orang tua harus memperhatikan dan memahami apakah anak sebenarnya mengetahui bahwa perbuatan yang dilakukan itu salah, bila anak belum bisa membedakan salah dan benar dalam perilakunya, maka anak tidak dapat dihukum, maka ia membutuhkan perbaikan berupa penjelasan bahwa perilaku anak tersebut salah dan penegasan bahwa perilaku itu tidak boleh diulangi lagi.


Dalam melakukan kelima metode tersebut, tentu sebagai orang tua harus mempunyai kemampuan untuk menjadi orang tua yang lebih baik. Ada beberapa tips untuk menjadi orangtua yang lebih baik sebagaimana diterangkan dalam modul pengasuhan anak dari kementrian sosial republic Indonesia 2014 :

 

1. mengingat hal yang membahagiakan sebagai orang tua

2. sejalan antara perbuatan dan perkataan

3. selalu berusaha memilik  citra positif diri

4. bersikap dan bertutur penuh kasih sayang dan jauh dari kekerasan

5. ayah dan ibu bekerjasama dalam pengasuhan anak

6. ayah dan ibu berdiskusi dan memutuskan bersama terkait pengasuhan anak

7. ayah dan ibu menghindari pertengkaran di depan anak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dzikrul Maut #5

  (Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) KO...