Membaca Al-Fatihah Dalam Shalat
1. Wajib membaca Al-Fatihah bagi imam, makmum, dan yang shalat sendiri.
لاَ صَلاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفاتِحَةِ الْكِتابِ
“Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Al-Fatihah.”
مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ غَيْرُ تَمَا
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat apa saja yang dia tidak membaca Al-Fatihah di dalamnya maka shalatnya itu cacat, tidak sempurna.”
لاَ تَجْزِئُ صَلاةٌ لاَ يُقْرَأُ فِيْها بِأُمِّ الْقُرْآنِ
“Tidak syah shalat yang di dalamnya tidak dibaca surah Al-Fatihah.”
2. Makmum wajib membaca Al-Fatihah pada shalat sirriah dan dia tidak wajib membacanya pada shalat jahriah. Hal ini berdasarkan hadits yang tsabit dalam Shahih Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ari dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إنَّما جُعِلَ الإمامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ: فَإِذا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإذا قَرَأَ فَأَنْصِتًوا
“Tidaklah imam itu diangkat kecuali untuk diikuti: Karenanya jika dia bertakbir maka bertakbirlah kalian, dan jika dia membaca maka diamlah kalian …”
"وإذا قرئ القرآن فاستمعوا له و أنصتوا لعلكم ترحمون
“Dan Apabila Dibacakan Al-Qur’an maka dengarkanlah dan diamlah supaya kalian dirahmati”
Sesungguhnya sesudah Rasulullah s.a.w. selesai dari¬pada satu shalat yang ia baca dengan nyaring, lalu ia bersabda : „Adakah siapa-siapa dari antara kamu baca bersama-sama aku tadi ?" Maka jawab seorang : „Ya, ya Rasulullah. Maka Rastilullah bersabda : „Aku mau bertanya : Mengapa aku dilawan baca Qur'an '?" Kata (Abu Hurairah) : Sesudah itu ber'henti orang-orang daripada membaca bersama Rasulullah di shalat yang Rasulullah baca dengan nyaring, ketika mereka dengar yang demikian itu dari Rasulullah s.a.w. (R. Abu Dawud, Nasai, Turmudzi, dan ia berkata : Hadiets itu baik, dan diriwayatkan pula oleh Malik di Mu-wath-tha', dan oleh Syafi'ie, Ahmad dan Ibnu Hibban).
3. Basmallah merupakan bagian dari Surat Al-Fatihah
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِّنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيْمَ (الحجر: 87).
Dan sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu (hai Muhammad) tujuh yang berulang-ulang danal-Qur’an yang agung". (QS. Al-Hijr: 87)
قالَ الشَّافِعِيُّ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اْلآيَةُ السَّابِعَةُ فَإِنْ تَرَكَهَا أَوْ بَعْضَهَا لَمْ تُجْزِهِ الرَّكْعَةُ الَّتِيْ تَرَكَهَا فِيْهَا
"Imam syafi’i berkata, Bismillahirrahmanirrahim adalah termasuk ayat tujuh dari fatihah, kalau ditinggalkan semuanya atau sebagiannya tidaklah cukup rakaat shalat yang tertinggal membaca bismillahirrahmanirrahim dalam rakaat itu". (al-Umm, juz I, hal. 107).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: إِذَا قَرَءْ تُمُ الْحَمْدُ ِللهِ فَاقْرَؤُوْا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ أَنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي وَبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ أَحَدُ آياَتِهَا.
"Dari Abu Hurairah ra, Nabi bersabda: Apabila kalian membaca surat al-Fatihah, maka bacalah basmalah. Sesungguhnya surat al-Fatihah adalah ummul qur’an, ummul kitab dan sab’ul matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang), sedangkan basmalah adalah termasuk satu ayat dari surat al-Fatihah". (Diriwayatkan oleh Dar al-Quthni dalam kitab Tafsir Ayatul Ahkam, juz I, hal. 34)
عَنْ أَبِيْ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْتَتِحُ الصَّلاَةَ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.
"Diceritakan dari Ibnu Abbas, Bahwasannya Rasulullah itu memulai shalat dengan bacaan basmalah". (Diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dalam kitab Tafsir Ayatul Ahkam, juz I, hal. 47).
4. Menjaharkan Basmallah
Qotadah, seorang tabiin, berkata:”Pernah Anas bin Malik ditanya perihal keadaan bacaan Rasulullah saw.
فَقَالَ كَانَتْ مَدًّا ثُمَّ قَرَأَ ( بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ) يَمُدُّ بِبِسْمِ اللهِ وَيَمُدُّ بِالرَّحْمَنِ وَيَمُدُّ بِالرَّحِيمِ
Maka telah berkata Anas,”Rasulullah membacanya dengan mad (irama panjang), kemudian membaca bismilahir rahmanir rahim, dengan me-mad-kan (memanjangkan) kata ar-rahman dan arrahim” (H.R. Al-Bukhari)
Dan lebih ganjil serta aneh pula sebab dalam satu riwayat diterangkan pula, bahwa Anas pernah ditanya oleh Abu Salamah,”apakah Rasulullah memulai dengan bismilahir rahmanir rahim’? pada waku itu Anas menjawab:
إِنَّكَ لَتَسْأَلُنِي عَنْ شَيْءٍ مَا أَحْفَظُهُ أَوْ مَا سَأَلَنِي أَحَدٌ قَبْلَكَ. رواه احمد والدراقطني
“Sesungguhnya angkau bertanya sesuatu yang aku tidak hafal (tidak ingat) dan belum pernah seorang pun bertanya hal ini kepadaku sebelum engkau”. (H.r. Ahmad dan Ad-Daraquthni)
Imam Ath-Thubraani dalam kitab Al-Kabir dan Al-Awsath, menerangkan
إِنَّهُ رَسُولُ اللهِ كَانَ يَجْهَرُ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ وَكَانَ الْمُشْرِكُونَ يَهْزَؤُونَ بِمُكَاءٍ وَتَصْدِيَةٍ وَيَقُولُونَ: مُحَمَّدٌ يَذْكُرُ إِلهَ الْيَمَامَةِ وَكَانَ مُسَيْلَمَةُ الْكَذَّابُ يُسَمَّى رَحْمنَ. فَأَنْزَلَ اللهُ وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ فَتُسْمِعَ الْمُشْرِكِينَ فَيَهْزَؤُوا بِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا عَنْ أَصْحَابِكَ فَلاَ تُسْمِعُهُمْ.
“Sesungguhnya Nabi Muhammad saw membaca dengan nyaring (menjaharkan) bacaan “bismillahir rahmanir rahim” dan adalah keadaan orang-orang musyrikin mencemoohkannya dengan siul dan tepuk tangan, mereka berkata, “Muhammad menyebut-nyebut Tuhan orang Yamamah” dan di Yamamah terdapat Nabi palsu bernama Musailamah yang pendusta yang menamakan dirinya ar-Rahman. Maka turunlah ayat Al-Qur’an (surat Al-Isra : 110) yang berbunyi :
وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا
“Dan janganlah kamu menjaharkan salat kamu”, yang akibatnya dapat terdengar kaum musyrikin dan mereka berkesempatan untuk memperolok-olok kamu, “Dan janganlah kamu menyembunyikannya”, hingga tidak terdengar oleh sahabat-sahabatmu”.
فَيُبَيَّنُ اْلأَخْذُ بِحَدِيثِ مَنْ أَثْبَتَ الْجَهْرَ
“Maka dapat dipastikan untuk berpegang pada hadis yang menetapkan basmalah dengan jahar”.(Ibnu Hajar)
Membaca Surat Setelah Al Fatihah
Setelah membaca Al Fatihah disunnahkan membaca surat-surat Al Qur’an,dan ini terbatas pada dua roka’at yang pertama bagi sholat yang roka’atnya lebih dari dua,sekaligus sholat yang roka’atnya dua saja.Diantara dalil-dalil yang menunjukan kesunnahan membaca surat setelah Al Fatihah hadits riwayat Bukhori dan muslim dari Abu Qotadah ra :
روى مسلم عن أبى قتادة قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصلي بنا فيقرأ في الظهر والعصر في الركعتين الاوليين بفاتحة الكتاب وسورتين، ويسمعنا الآية أحيانا، وكان يطول في الركعة الاولى من الظهر ويقصر الثانية، وكذلك في الصبح.
“Sesungguhnya Rosululloh SAW adalah Beliau membaca dalam sholat dhuhur pada dua roka’at yang pertama dengan Fatihatul kitab dan surat pada setiap roka’at,dan adalah beliau mendengarkan kepada kita ayat itu kadang-kadang,dan adalah beliau memanjangkan pada roka’at yang pertama dari shalat dzhuhur dan memendekkan rakaat kedua dan demikian pula ketika shubuh”( (HR. Al-Bukhari no. 759 dan Muslim no. 451)
Dari Jabir bin Samurah -radhiallahu anhu- dia berkata:“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca pada shalat shubuh, ‘Qaf wal Qur’an al-Majid’ (surah Qaf).” (HR. Muslim no. 458)
Dari Abu Barzah Al-Aslami -radhiallahu anhu- dia berkata:“Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bisa membaca dalam shalat shubuh antara enam puluh hingga seratus ayat.” (HR. Al-Bukhari no. 508 dan Muslim no. 461)
Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat subuh membaca: “ALIF LAAM MIIM TANZIIL AS-Sajadah (Surah As-Sajadah), dan ‘HAL ATAA ‘ALAL INSAANI HIINUM MINAD DAHRI (Surah Al-Insaan).” (HR. Al-Bukhari no. 891 dan Muslim no. 879)
Dari seorang laki-laki dari Juhainah dia berkata: “Bahwa dia telah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca dalam shalat subuh: “IDZA ZULZILATIL-ARDHU ZILZALAHA,” pada kedua rakaatnya.” (HR. Abu Daud no. 816 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Sifatush Shalah hal. 110)
Dari Jubair bin Muth’im -radhiallahu anhu- berkata: “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam membaca surat Ath-Thur dalam shalat Maghrib.” (HR. Al-Bukhari no. 765 dan Muslim no. 463)
Membaca Al-Quran, baik ketika shalat atau di luar shalat, harus dilakukan dengan tartil. Sesuai dengan ilmu tajwid. Berhenti di setiap ayat. Memperhatikan kaidah waqaf. Allah berfirman:
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا “Bacalah Al-Quran dengan tartil.” (QS. Al-Muzammil: 4)
Ibnu katsir mengatakan: Maknanya adalah bacalah Al-Quran secara perlahan, karena itu akan sangat membantu memahami maknanya. (Tafsir Ibn Katsir, 8/250
Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah lupa ketika membaca Al-Quran pada saat shalat. Seusai shalat, beliau bertanya kepada Ubay bin Ka’ab (sahabat yang pandai Al-Quran): “Mengapa engkau tidak mengingatkan aku?” (HR. Abu Daud, Ibn Hibban, At-Thabrani dan dishahihkan Al-Albani).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar