LAILATUL QADAR
Pengertian Lailatul qadar
Secara bahasa Lailatul Qadar
berarti "Malam Yang Agung", malam yang besar nilainya. Sedangkan
secara istilah Lailatul Qadar adalah nama bagi dua malam:
Pertama: malam
diturunkannya Alquran untuk pertama kali secara sekaligus dari Lauhul Mahfuzh
ke Baitul Izzah di langit dunia pada bulan Ramadhan, tanggalnya tidak ada
yang tahu secara pasti. Lailatul Qadar inilah yang dimaksud oleh ayat-ayat
sebagai berikut:
إِنَّا
أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ # وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَـيْلَةُ القَدْرِ #
لَـيْلَةُ القَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْـفِ شَـهْرٍ # تَنَـزَّلُ المَلآئِكَةُ
وَالرُّوحُفِـيهَا بِـإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ # سَلاَمٌ هِيَ حَـتَّى
مَطْلَـعِاْلـفَجْرِ
1. Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan, 2. dan tahukah kamu
Apakah malam kemuliaan itu?, 3. malam kemuliaan itu lebih baik dari
seribubulan, 4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril
dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan, 5. malam itu (penuh)
Kesejahteraan sampai terbit fajar. [1]
شَهْرُرَمَضَانَ
الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى
وَاْلفُرْقَانِ
Bulan Ramadan yang diturunkan padanya
Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia,keterangan-keterangan petunjuk itu, dan
pemisah antara yang haq dan yang batal.[2]
إِنَّاأَنْزَلْنَاهُ
فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
Sesungguhnya
Kami menurunkannya (Al-Quran) pada malam yang diberkahi.[3]
Sehubungan dengan ini Ibnu Abbas pernah
ditanya oleh Athiyyah bin al-Aswad:
أَوَقَعَفِي
قَلْبِي الشَّكُ قَوْلُهُ تَعَالَى - شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ
اْلقُرْآنُ- وَقَوْلُهُ : إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ القَدْرِوَهذَا
أُنْزِلَ فِي شَوَّالٍِ وَذِي القَعْدَةِ وَذِي الحِجَّةِ وَفِيالمُحَرَّمِ
وَالصَّفَرِ وَشَهْرِ رَبِيْعٍ، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: إِنَّهُأُنْزِلَ فِي
رَمَضَانَ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ جُمْلَةً وَاحِدَةً ثُمَّ أُنْزِلَعَلَى
مَوَاقِعِ النُّجُومِ رَسَلاً فِي الشُّهُورِ وَالأَيَّامِ.
Aku ragu-ragu
tentang firman Allah swt.-Syahru Ramadan alladzi unzila fihi al-Quran- dan
Firman Allah-Inna anzalnahu fi lailatil qadr- turunnya itu pada bulan Syawal,
Dzul qa'dah,Dzul hijjah, Muharam, Shafar, dan Rabi' ?" Ibnu Abas menjawab,
"Bahwa (al-Quran) itu diturunkan pada bulan Ramadhan pada malam lailatul
qadr secara sekaligus,kemudian diturunkan lagi atas kejadian-kejadian
bintang-bintang secara berangsur pada bulan-bulan dan hari-harinya.[4]
Perlu diterangkan di sini bahwa proses penurunan Alquran terjadi sebanyak
tiga kali: Pertama, Alquran diturunkan dari Allah ke Lauhul Mahfudz, lalu
dari Lauhul Mahfudz ke samaad-dunya (langit dunia) secara sekaligus, dan
terakhir dari samaad-dunya ke dunia ini dengan cara berangsur selama masa
kenabian + 23 tahun, 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah.
Lailatul qadar dalam pengertian
pertama hanya terjadi satu kali, tidak akan terjadi setiap bulan Ramadhan,
karena Alquran telah sempurna dan tidak ada lagi wahyu setelah Nabi
Muhamad meninggal.
Kedua: salah satu malam yang terjadi
pada setiap bulan Ramadhan. Dalam konteks inilah Rasulullah menganjurkan
umatnya untuk mempersiapkan diri menyambut malam yang mulia itu. Memang Rasul
tidak menerangkan secara pasti tanggal berapa, hanya ada anjuran agar lebih
diperhatikan malam setelah tanggal 20 Ramadhan
Apabila jiwa telah siap,
kesadaran telah mulai bersemi, dan lailatul qadar datang menemuinya, maka malam
kehadirannya menjadi saat menentukan bagi perjalanan sejarah hidupnya di
masa-masa mendatang. Saat itu, bagi yang bersangkutan adalah titik tolak guna
meraih kemuliaan dan kejayaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Dan sejak
saat itu malaikat akan turun guna menyertai dan membimbingnya menuju
kebaikan sampai terbitnya fajar kehidupannya yang baru kelak di kemudian hari.
Inilah inti dari keagungan
lailatul qadar yang akan terjadi setiap bulan Ramadhan. Mudah-mudahan Allah swt
senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita, sehingga kita menjadi
salah seorang yang layak ditemui oleh Tamu Agung Tersebut.
Kapan Lailatul Qadar 2 itu terjadi?
Di dalam hadis-hadis diterangkan bahwa Nabi
saw. bersabda:
إِلْتَمِسُوهَا
فِي العَشْرِالأَوَاخِرِ.
"Maka
carilah oleh kalian pada sepuluh (malam) terakhir"H.r. Muslim dan
Abu Daud.[5]
Maksudnya: cari dari tanggal 21 sampai
29/30 Ramadhan. Hadis ini tidak menginformasikan ketentuan harinya, bisa jadi
21, 22, 23, dan seterusnya.
عَنْ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَاأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ تَحَرَّوْالَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
مِنْ رَمَضَانَ –البخاري –
Dari Aisyah
bahwasannya Nabi saw. bersabda, "Carilah lailatul qadar itu pada
malam-malam ganjil dari10 terakhir bulan Ramadhan". H.r.
al-Bukhari
Pada hadis ini terdapat qayyid
(pembatas), yaitu malam-malam ganjil. Maksudnya, carilah pada tanggal 21, 23,
25, 27, atau 29.
عَنِ ابْنِ
عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَاعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْا لَيْلَةَالْقَدْرِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ – مسلم –
Dari Ibnu Umar, dari Nabi saw. beliau
bersabda, "Carilah lailatul qadar
itu pada 7 terakhir (bulanRamadhan). H.r. Muslim
Maksudnya:kalau ramadhan 30 hari,
carilah dari tanggal 24 hingga 30 = 7 hari. Kalau 29,cari dari 23 hingga 29 = 7
hari
عَنْ ابْنِ
عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ الْتَمِسُوهَافِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ
الْقَدْرِ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى –
البخاري –
Dari Ibnu Abas bahwa Nabi saw. bersabda,
"Carilah dia (lailatul qadar) pada
10 terakhir bulan Ramadhan. Lailatul qadar itu tetap (ada) pada ke 9, malam ke
7, malam ke 5. H.r. al-Bukhari
Yang dimaksud dengan ungkapan yang ke-9
dari 10 akhir itu adalah malam ke-21. Maksud yang ke-7 dari10 akhir adalah
malam ke-23.Maksud yang ke-5 dari 10 akhir adalah malam ke-25. Dengan demikian,
maksud hadis itu adalah: "Carilah pada tanggal 21, 23, 25".
Keterangan ini tidak bertentangan dengan petunjuk umum, karena tidak membatasi
hanya pada tanggal-tanggal tersebut saja yang harus dicari itu.
عَنِ ابْنِ
عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُاللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ
مُتَحَرِّيَهَافَلْيَتَحَرَّهَا لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَقَالَ تَحَرَّوْهَا
لَيْلَةَسَبْعٍ وَعِشْرِينَ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ – أحمد –
Dari Ibnu Umar, ia berkata, Rasulullah
saw. bersabda,"Barangsiapa
mencarinya, maka carilah ia (lailatul qadar) pada malam ke-27,dan beliau
bersabda, "Carilah ia pada malam ke-27,yakni lailatul qadar".
H.r. Ahmad
Hadis ini tidak membatasi bahwa
terjadinya lailatul qadar itu hanya pada tanggal 27 saja, namun keterangan ini
termasuk salah satu afrad (satuan) dari petunjuk umum.
Mengapa Nabi tidak Menjelaskan Secara
detail?
عَنْ عُبَادَةَ
بْن ِالصَّامِتِ (رضه) قَالَ : خَرَجَ نَبِـيُّ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْه ِوَسَلَّمَ
فَقَالَ : خَرَجْتُ ِلأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، فَتَلاَحَىرَجُلاَنِ مِنَ
اْلمُسْـلِمِينَ فَتَلاَحَى فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ فَرُفِعَتْ،وَعَسَى أَنْ يَكُونَ
خَيْرًا لَكُمْ فَالتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَ الخَامِسَةِ. -
رواه البخاري -
Dari Ubadah bin
Shamit ra, ia mengatakan, "Nabi Allah saw. keluar untuk memberi tahu kami
tentang lailatul Qadar, namun dua orang dari muslimin bertengkar. Beliau
bersabda,'Saya keluar untuk memberi tahu kalian tentang lailatul qadr, tetapi
si fulan dan si fulan bertengkar. Maka diangkatlah dariku, tetapi mudah-mudahan
jadi lebih baik bagi kamu. Maka carilah pada malam kesembilan, ketujuh dan
kelima".
H.r. al-Bukhari.[6]
Lailatul qadr yangdimaksud tidak
sempat dijelaskan dengan lebih terperinci oleh Rasulullah saw.sehinggga hal itu
senantiasa dipertanyakan. Tetapi yang jelas mengenai fadhilah dan keutamaannya
tergambar pada sikap beliau ketika menghadapi sepuluh malam terakhir bulan
Ramadan, yang padanya akan terdapat lailatul qadr. Maka dapat disimpulkan bahwa Rasululah saw. sendiri tidak diberi tahu
kapan tepatnya terjadi lailatul qadr.
Informasi tentang lailatul qadr
diangkat kembali dengan sebab perkelahian antara dua orang laki-laki dihadapan
Rasululah saw. Hal ini menunjukkan bahwa
lailatul qadr tidak layak hadir di antara orang yang sedang berbuat maksiat.Sehubungan
dengan itu, Al-Bukhari menetapkan di dalam kitab shahihnya,"Bab
diangkatnya lailatul qadr disebabkan pertengkaran manusia"
Dengan demikian kita dapat mengambil
pelajaran bahwa dengan tidak dijelaskannya kepastian waktu terjadi lailatul
qadr, Rasulullah saw.berharap bahwa hal
itu akan lebih baik untuk kita. Karena itu,marilah kita perhatikan lagi
sabda Rasulullah saw.
عَنْ أَبِى
هُرَيْرَةَ (رضه)أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الصِّـيَامُ جُنَّة ٌفَإِذَا كَانَ
أَحَدُكُمْ صَائِماً فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْـهَلْ فَإِنِ امْرُؤٌقَـاتَلَهُ
أَوْشَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَتَيْنِ. وَالَّذِي نَـفْسُ مُحَمَّدٍ
بِـيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ الله ِمِنْ رِيحِ اْلمِسْكِ،
يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي،اَلصِّياَمُ لىِ
وَأَناَ أَجْزِيْ بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا.-رواه البخارى
-
Dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah saw.bersabda, "Saum itu adalah perisai. Bila
seseorang sedang saum, maka jangan rafats (kotor dalam kata-kata) dan jangan
yajhal (bersikap bodoh), bila ada seseorang yang mau berkelahi atau
memarahinya, maka hendaklah ia katakan 'Sesungguhnya 'Saya sedang shaum' dua
kali. Dan demi yang diri Muhammad pada tangan kekuasaan-Nya, pastilah mulut
yang saum itu lebih wangi menurut pandangan Allah daripada minyak misk
(kasturi), karena ia meninggalkan makanan,minuman, dan syahwatnya karena-Ku.
Saum itu untuk-Ku dan Akulah yang memberi pahalanya, dan kebaikan itu
(dipahalai) dengan sepuluh kali lipat. H.r. al-Bukhari.[7]
Sikap Rasululah saw. dalam
mencari dan mendapatkan lailatul qadr pada sepuluh hari terakhir setiap
bulan Ramadan, lebih tampak lagi dengan ajakan beliau kepada keluarganya untuk bangun melaksanakan ibadah
yang lebih giat dari malam-malam sebelumnya.
عَنْ عَائِشَةَأَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَادَخَلَ العَشْرُ َشَدَّ
مِئْزَرَهُ وأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ - متفق عليه
Dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah saw.
apabila memasuki sepuluh terakhir Ramadan,beliau tidak tidur dan membangunkan
keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya. Muttafaq Alaih.[8]
Tanda-tanda alam Terjadinya Lailatul qadar
إنَّ
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُا مَنْ قَامَ السَّنَةَ أَصَابَ
لَيْلَةَالْقَدْرِ فَقَالَ أُبَيٌّ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
إِنَّهَالَفِي رَمَضَانَ يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي وَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ
أَيُّلَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍوَعِشْرِينَ
وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَابَيْضَاءَ لَا
شُعَاعَ لَهَا -رواه مسلم –
Bahwa Ibnu Masud berkata,
"Barangsiapa yang beribadah pada tahun ini, ia akan mendapatkan lailatul
qadar. Ubay berkata,'Demi Allah yang tidak ada tuhan melainkan Dia, bahwa
lailatul qadar itu terjadi pada bulan Ramadhan, ia bersumpah dengan sesuatu
yang ia sanjung, dan demi Allah sesungguhnya aku tahu malam apakah dia itu? Dia
adalah malam yang kita diperintahkan oleh Rasulullah untuk beribadah padanya,
yaitu malam ke-27 yang cerah, dan tandanya adalah matahari terbit pada
kecerahan harinya, putih tiada bayangan. H.r. Muslim
Tanda kehadiran
Lailatul qadar adalah keesokan harinya matahari terlihat putih tanpa sinar pada
pagi hari, tetapi tanda ini bukan merupakan kepastian tapi kebetulan pada saat
turun lailatul qadar ciri yang terjadi seperti itu. Karena jika kemarau selama
sepuluh hari terakhir, apakah tahun ini tidak turun atau jika tanda tersebut
terjadi tiap malam sepuluh terakhir apakah lailatul qadar turun setiap malam.
Salat Lailatul Qadar
Sebagian kalangan meyakini bahwa pada
malam Lailatul Qadr disyariatkan salat dengan tatacara sebagai berikut: Jumlah
raka'atnya dua raka'at. Setiap raka'at setelah Al-Fatihah membaca al Ikhlas 7
X. Sedangkan berdasarkan perkataan Abu Laits :
Salat Lailatul Qadar itu paling sedikit
dua raka'at dan paling banyak 1000 raka'at. Adapun pertengahannya 100 raka'at.
Pada setiap raka'at setelah Al-Fatihah, membaca alZalzalah 1 X dan al Ikhlas 3
X. Setelah salam bersalawat atas Nabi saw. 1000 X.
Namun sangatdisayangkan ibadah ini tidak
memiliki landasan hukum yang jelas. Karena itu, IbnuTaimiyyah ketika ditanya
tentang shalat lailatul Qadar, beliau menjawab, "Salat ini tidak ada
seorang pun di antara imam kaum muslimin yang mensunatkannya,bahkan termasuk
bid'ah yang tercela. Alangkah pantasnya untuk ditinggalkan dan dilarang
mengerjakannya" [9]
[1] Q.s. Al-Qadr:1-5
[2] Q.s. Al-Baqarah:185
[3] Q.s. Ad-Dukhan:3
[4] H.r. al-Baihaqi dan al-Mardawaih,
Lihat, al-Itqan fi Ulum al-Quran, ha. 118.
[5] Lihat, Shahih Muslim, I:523,
No.1165, Sunan Abu Daud, I : 324
[6] Lihat, Fath al-Bari,IV:337, No.
2023. Dan masih ada beberap riwayatal-Bukhari yang menerangkan dihilangkannya
rincian keterangan tentang lailatulqadr dari ingatan Nabi saw. antara lain
dengan kata-kata sudahdiperlihatkan kepadaku kemudian aku dilupakannya, No.
2018.
[7] Lihat, Fath Al-Bari, IV : 130
[8] Lihat, al-Fath al-Rabani, X :263.
No. 318. Fath al-Bari, IV : 338. No. 2024. Shahih Muslim, I : 528.No. 1176
[9] Lihat, as-Sunanwa al-Mubtada'at:108
Tidak ada komentar:
Posting Komentar