PENGUNJUNG

Minggu, 09 Mei 2021

Dilatih atau Diuji? (Persepsi terhadap Bulan Ramadhan)


Ada banyak predikat yang diberikan pada bulan romadlon. Mulai dari 'bulan penuh berkah', 'bulan penuh ampunan', 'bulan suci', sampai predikat-predikat yang bersifat anekdot sering terdengar di musim romadlon ini, seperti 'bulan marema (baca: segala laku)', 'bulan belanja' dan lain sebagainya. Penamaan tersebut tentu saja bukan tanpa alasan, namun merupakan refleksi dari keadaan yang biasa terjadi pada bulan romadlon ini. Memang pada bulan ini –jika melihat tradisi sebagian besar masyarakat kita- semua orang akan mengalami nuansa yang berbeda dari aktivitas kesehariannya. Intensitas pekerjaan meningkat karena ada target tertentu yang harus dipenuhi bagi diri dan keluarganya di hari raya 'iedul fitri.

Selain itu, berbagai amaliyah ibadah pun ikut mengalami peningkatan. Untuk bulan ini, minimal sekali atau dua kali, kita pernah mendatangi masjid untuk berjamaah sholat isya dan sholat tarowih (qiyam romadlon). Fenomena menjamurnya orang yang bershodaqoh sering juga terlihat pada bulan ini. Rosululloh saw pernah menyatakan: "Sungguh hina dan rugi orang yang mendapati romadlon  kemudian ia keluar dalam keadaan belum diampuni" [HR. At-Tirmidzi dari Abi Hurairoh]. Oleh karena itu, wajar jika pada bulan ini hampir semua umat Islam meningkatkan amaliyah ibadahnya, dan tentu saja itu yang diharapkan       

Ketika Bulan ramadhan Banyak juga yang menyebutkan bahwa Ramadhan merupakan bulan Tarbiyah (pendidikan), dimana pada bulan Ramadhan orang-orang  beriman dilatih dengan berbagai amalan seperti melaksanakan ibadah puasa, bangun pada 1/3 malam untuk melaksanakan ibadah sahur, membiasakan diri untuk melaksanakan sholat tarawaeh, Kemudian Mengisi waktu untuk senantiasa membaca Al-Quran  dan hal yang tidak kalah penting menurutnya, bersama - sama menuju mesjid untuk melaksanakan sholat berjemaah, Kemudian melatih untuk terbiasa sholat berjemaah di Masjid.

Pendidikan dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik; sedangkan latihan berarti pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan.

Tarbiyah dalam bahasa Arab paling tidak dari tiga suku kata yaitu tanmiyatun, tansyiatun, dan ishlahun adapun  maknanya adalah :

·         Tanmiyatun yang berarti penumbuhan, pengembangan, dan pembangunan, sehingga sasarannya adalah menumbuhkan, mengembangkan, dan membangun manusia.

·         Tansyiatun yang yang berarti peningkatan, pendidikan, penumbuhan, dan pengembangan.

·         Ishlahun yang berarti perbaikan.

Jadi Tarbiyah diharapkan mampu melakukan perbaikan dari pribadi yang kurang baik menjadi baik, pribadi yang baik dikembangkan dan dibangun. Dengan demikian Tarbiyah diibaratkan seperti sebuah pabrik untuk mengolah manusia. Sedangkan menurut Ar Raghib Al Asfahany beliau mengatakan : “Tarbiyah adalah menumbuhkembangkan sesuatu setahap demi setahap hingga mencapai kesempurnaan”. Al Baydhowy mendefinisikan Tarbiyah sebagai “sesuatu yang dapat mengantarkan sesuatu hingga mencapai kesempurnaan setahap demi setahap”

Jika ramadhan disebut sebagai bulan pendidikan, maka berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas berarti orang yang melakukan amaliah ramadhan diharapkan berubah sikap dan tata laku baik secara penumbuhan, peningkatan, atau pun perbaikan. Sedangkan jika dimaknai sebagai bulan latihan, orang yang melakukan amaliah ramadhan seharusnya setelah berlalu nya ramadhan ia mempunyai kemahiran dan kecakapan dari amaliah ramadhan tersebut, seperti cakap shalat malam, terampil tadarus quran, dan terbiasa melakukan shaum. Namun apakah ini berlaku di 11 bulan sisanya?

Ramadhan juga sering disebut sebagai bulan ujian, kata ujian berasal dari kata dasar uji, yaitu percobaan untuk mengetahui mutu sesuatu (ketulenan, kecakapan ketahanan, dan sebagainya); dimana konotasinya lebih kepada evaluasi. Ujian  dalam konotasi cobaan selalu berkaitan dengan kesabaran. Ramadhan yang disebut juga dengan syahrus shabr, bulan kesabaran. Rasul SAW bersabda :


وَالصَّوْمُ نِصْفُ الصَّبْرِ

Puasa itu setengah sabar (HR. Tirmidzi)

Ramadhan dalam konteks ujian beorientasi pada hasil percobaan untuk mengetahui mutu sesuatu (ketulenan, kecakapan ketahanan, dan sebagainya). Dan ini selaras dengan beberapa dalil sebagai berikut ;

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

183. Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,[ QS; al-Baqarah 183]

Nabi Saw. bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ -أخرجه البخاري و أحمد -

“Barangsiapa shaum Ramadan karena keimanan dan semata-mata mengharap rida Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” H.R.Al-Bukhari dan Ahmad

من أدرك شهر رمضان و صام نهاره و قام ليلته ثم مات و لم يغفر له فدخل النار فأبعده الله. البيهقي.

Seseorang sampai pada bulan Ramadhan, ia shaum di siang harinya dan shalat qiyam ramadhan malam harinya kemudian Ia meninggal dan Ia tidak diampuni (dosanya) lalu masuk neraka, kemudian Allah menjauhkannya.

يَا رَسُولَ اللَّهِ فِى كَمْ أَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَالَ « فِى شَهْرٍ ». قَالَ إِنِّى أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ وَتَنَاقَصَهُ حَتَّى قَالَ « اقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ ». قَالَ إِنِّى أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ. قَالَ « لاَ يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَهُ فِى أَقَلَّ مِنْ ثَلاَثٍ »

“Wahai Rasulullah dalam berapa hari aku boleh mengkhatamkan Al-Qur’an. Beliau menjawab, “Dalam satu bulan.” ‘Abdullah menjawab, “Aku masih lebih kuat dari itu.” Lantas hal itu dikurangi hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, “Khatamkanlah dalam waktu seminggu.” ‘Abdullah masih menjawab, “Aku masih lebih kuat dari itu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Tidaklah bisa memahami jika ada yang mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari.” (HR. Abu Daud no. 1390 dan Ahmad 2: 195. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Pada dasarnya hingga saat ini penulis belum menemukan dalil yang secara jelas menyebutkan bahwa Ramadhan adalah bulan pendidikan atau bulan ujian. Namun persepsi yang dibangun ini mempengaruhi bagaimana seseorang menjalani ramadhan.

Jika seseorang memersepsi bahwa Ramadhan adalah bulan latihan, maka 11 bulan lainnya adalah ujian atau pertandingannya. Namun sebaliknya jika seseorang memersepsi bahwa ramadhan adalah bulan ujian/evaluasi atau pertandingannya, maka 11 bulan sisanya adalah latihan dan pendidikannya dan 1 syawaal adalah hari kemenangannya, dan ini lebih mendekati kepada pengertian dalam surat al-Baqarah 183 .

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dzikrul Maut #5

  (Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) KO...