Ada
banyak predikat yang diberikan pada bulan romadlon. Mulai dari 'bulan penuh
berkah', 'bulan penuh ampunan', 'bulan suci', sampai predikat-predikat yang
bersifat anekdot sering terdengar di musim romadlon ini, seperti 'bulan marema
(baca: segala laku)', 'bulan belanja' dan lain sebagainya. Penamaan tersebut
tentu saja bukan tanpa alasan, namun merupakan refleksi dari keadaan yang biasa
terjadi pada bulan romadlon ini. Memang pada bulan ini –jika melihat tradisi
sebagian besar masyarakat kita- semua orang akan mengalami nuansa yang berbeda
dari aktivitas kesehariannya. Intensitas pekerjaan meningkat karena ada target
tertentu yang harus dipenuhi bagi diri dan keluarganya di hari raya 'iedul fitri.
Selain
itu, berbagai amaliyah ibadah pun ikut mengalami peningkatan. Untuk bulan ini,
minimal sekali atau dua kali, kita pernah mendatangi masjid untuk berjamaah
sholat isya dan sholat tarowih (qiyam romadlon). Fenomena menjamurnya orang
yang bershodaqoh sering juga terlihat pada bulan ini. Rosululloh saw pernah
menyatakan: "Sungguh hina dan rugi orang yang mendapati romadlon kemudian ia keluar dalam keadaan belum
diampuni" [HR. At-Tirmidzi dari Abi Hurairoh]. Oleh karena itu, wajar jika
pada bulan ini hampir semua umat Islam meningkatkan amaliyah ibadahnya, dan
tentu saja itu yang diharapkan
Ketika
Bulan ramadhan Banyak juga yang menyebutkan
bahwa Ramadhan merupakan bulan Tarbiyah (pendidikan), dimana pada bulan
Ramadhan orang-orang beriman dilatih dengan berbagai amalan seperti
melaksanakan ibadah puasa, bangun pada 1/3 malam untuk melaksanakan ibadah
sahur, membiasakan diri untuk melaksanakan sholat tarawaeh, Kemudian Mengisi
waktu untuk senantiasa membaca Al-Quran dan hal yang tidak kalah penting menurutnya,
bersama - sama menuju mesjid untuk melaksanakan sholat berjemaah, Kemudian melatih
untuk terbiasa sholat berjemaah di Masjid.
Pendidikan dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik; sedangkan latihan berarti pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan.
Tarbiyah
dalam bahasa Arab paling tidak dari tiga suku kata yaitu tanmiyatun,
tansyiatun, dan ishlahun adapun maknanya adalah :
·
Tanmiyatun yang berarti penumbuhan,
pengembangan, dan pembangunan, sehingga sasarannya adalah menumbuhkan,
mengembangkan, dan membangun manusia.
·
Tansyiatun yang yang berarti peningkatan,
pendidikan, penumbuhan, dan pengembangan.
· Ishlahun yang berarti perbaikan.
Jadi Tarbiyah diharapkan mampu melakukan perbaikan dari pribadi yang kurang baik menjadi baik, pribadi yang baik dikembangkan dan dibangun. Dengan demikian Tarbiyah diibaratkan seperti sebuah pabrik untuk mengolah manusia. Sedangkan menurut Ar Raghib Al Asfahany beliau mengatakan : “Tarbiyah adalah menumbuhkembangkan sesuatu setahap demi setahap hingga mencapai kesempurnaan”. Al Baydhowy mendefinisikan Tarbiyah sebagai “sesuatu yang dapat mengantarkan sesuatu hingga mencapai kesempurnaan setahap demi setahap”
Jika ramadhan disebut sebagai bulan pendidikan, maka berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas berarti orang yang melakukan amaliah ramadhan diharapkan berubah sikap dan tata laku baik secara penumbuhan, peningkatan, atau pun perbaikan. Sedangkan jika dimaknai sebagai bulan latihan, orang yang melakukan amaliah ramadhan seharusnya setelah berlalu nya ramadhan ia mempunyai kemahiran dan kecakapan dari amaliah ramadhan tersebut, seperti cakap shalat malam, terampil tadarus quran, dan terbiasa melakukan shaum. Namun apakah ini berlaku di 11 bulan sisanya?
Ramadhan juga sering disebut
sebagai bulan ujian, kata ujian berasal dari kata dasar uji, yaitu percobaan untuk mengetahui mutu sesuatu (ketulenan,
kecakapan ketahanan, dan sebagainya); dimana konotasinya lebih kepada
evaluasi. Ujian dalam konotasi cobaan selalu
berkaitan dengan kesabaran. Ramadhan yang disebut juga dengan syahrus shabr, bulan kesabaran. Rasul SAW bersabda :
وَالصَّوْمُ نِصْفُ الصَّبْرِ
Puasa itu setengah sabar (HR. Tirmidzi)
Ramadhan dalam konteks ujian beorientasi pada hasil percobaan untuk mengetahui mutu sesuatu (ketulenan,
kecakapan ketahanan, dan sebagainya). Dan ini selaras dengan beberapa dalil
sebagai berikut ;
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
183. Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,[ QS; al-Baqarah 183]
Nabi Saw. bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ -أخرجه البخاري
و أحمد -
“Barangsiapa shaum Ramadan karena keimanan dan
semata-mata mengharap rida Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.” H.R.Al-Bukhari dan Ahmad
من أدرك شهر رمضان و صام نهاره و قام
ليلته ثم مات و لم يغفر له فدخل النار فأبعده الله. البيهقي.
Seseorang sampai pada bulan
Ramadhan, ia shaum di siang harinya dan shalat qiyam ramadhan malam harinya kemudian
Ia meninggal dan Ia tidak diampuni (dosanya) lalu masuk neraka, kemudian Allah
menjauhkannya.
يَا رَسُولَ اللَّهِ فِى كَمْ أَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَالَ « فِى
شَهْرٍ ». قَالَ إِنِّى أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ وَتَنَاقَصَهُ حَتَّى قَالَ «
اقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ ». قَالَ إِنِّى أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ. قَالَ « لاَ يَفْقَهُ
مَنْ قَرَأَهُ فِى أَقَلَّ مِنْ ثَلاَثٍ »
“Wahai
Rasulullah dalam berapa hari aku boleh mengkhatamkan Al-Qur’an. Beliau
menjawab, “Dalam satu bulan.” ‘Abdullah menjawab, “Aku masih lebih kuat dari
itu.” Lantas hal itu dikurangi hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan,
“Khatamkanlah dalam waktu seminggu.” ‘Abdullah masih menjawab, “Aku masih lebih
kuat dari itu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,
“Tidaklah bisa memahami jika ada yang mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga
hari.” (HR. Abu Daud no. 1390 dan Ahmad 2: 195. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa hadits ini shahih).
Pada dasarnya hingga saat ini penulis belum menemukan dalil yang secara jelas menyebutkan bahwa Ramadhan adalah bulan pendidikan atau bulan ujian. Namun persepsi yang dibangun ini mempengaruhi bagaimana seseorang menjalani ramadhan.
Jika seseorang
memersepsi bahwa Ramadhan adalah bulan latihan, maka 11 bulan lainnya adalah
ujian atau pertandingannya. Namun sebaliknya jika seseorang memersepsi bahwa
ramadhan adalah bulan ujian/evaluasi atau pertandingannya, maka 11 bulan
sisanya adalah latihan dan pendidikannya dan 1 syawaal adalah hari
kemenangannya, dan ini lebih mendekati kepada pengertian dalam surat al-Baqarah
183 .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar