PENGUNJUNG

Rabu, 19 Mei 2021

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM MELESTARIKAN TRADISI ILMIAH DI KALANGAN SANTRI


 Santri dan Tradisi Ilmiah

Kata ilmu terulang lebih dari 800 kali dalam Al-Qur’an. Rasulullah saw. menyebutnya sebagai syarat untuk merebut dunia dan akhirat sekaligus. Itulah sebabnya Imam Ahmad bin Hambal mengatakan, kebutuhan manusia terhadap ilmu pengetahuan sama besarnya dengan terhadap makan dan minum. Atau, bahkan lebih besar lagi.

Perkembangan zaman berlangsung begitu cepat. Masyarakat berjalan secara dinamis mengiringi perkembangan zaman tersebut. Seiring dengan hal itu, filsafat sebagai suatu kajian ilmu juga berkembang dan melahirkan tiga dimensi utama sekaligus sebagai obyek kajiannya. Ketiga dimensi utama filsafat ilmu ini adalah ontologi (apa yang menjadi obyek suatu ilmu), epistemologi (cara mendapatkan ilmu), dan aksiologi (untuk apa ilmu tersebut).

I.  Ontologi merupakan hakikat yang ada (being, sein) yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran.

II. Epistemologi adalah sarana, sumber, tata cara untuk menggunakannya dengan langkah-langkah progresinya menuju pengetahuan(ilmiah).

III. Adapun aksiologi adalah nilai-nilai (value) sebagai tolok ukur kebenaran(ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normatif dalam penelitian dan penggalian serta penerapan ilmu.

Tradisi ilmiah adalah adat atau kebiasaan untuk menjalani kehidupan dengan moda-moda keilmuan yang ditandai dengan kegiatan-kegiatan ilmiah seperti penerjemahan, diskusi, riset ilmiah, dan penyelenggaraan pendidikan (Poetrabumi :2011)

Annis Matta (2009) mengatakan bahwa tradisi ilmiah bukanlah sekedar kebiasaan-kebiasaan ilmiah yang baik tapi lebih merupakan standar mutu yang menjelaskan kepada kita diperingkat mana peradaban suatu bangsa atau suatu komunitas itu berada. Tradisi ilmiah bukanlah gambaran dari suatu kondisi permanen. Namun, lebih mengacu kepada suatu proses yang dinamis dan berkembang secara berkesinambungan. Tradisi ilmiah mengakar kepada cara pandang kita terhadap ilmu pengetahuan. Tentang fungsi dan perannya dalam membentuk kehidupan kita. Tentang seberapa besar kita memberinya ruang dan posisi dalam kehidupan kita. Tentang sejauh mana kita bersedia mengikuti kaidah-kaidahnya. Tentang berapa banyak harga yang dapat kita bayar untuk memperolehnya.

Tradisi ilmiah selanjutnya dibentuk oleh susunan pengetahuan yang benar. Sebab, pengetahuan yang terserap dengan susunan yang salah akan membuat kita mengalami keracunan dalam berpikir. Tradisi ilmiah selanjutnya dibentuk oleh sistematika pembelajaran yang benar.

Tapi tradisi ilmiah yang kokoh, yang merupakan salah satu faktor yang dapat mengubah keragaman menjadi sumber produktivitas kolektif kita, tidak hanya ditandai oleh ciri di atas. Ia juga ditandai oleh banyak ciri.

Ciri

1. berbicara atau bekerja berdasarkan ilmu pengetahuan.

2. tidak bersikap apriori dan tidak memberikan penilaian terhadap sesuatu sebelum mengetahuinya dengan baik dan akurat.

3. selalu membandingkan pendapatnya dengan pendapat kedua dan ketiga sebelum menyimpulkan atau mengambil keputusan.

4. mendengar lebih banyak daripada berbicara.

5. gemar membaca dan secara sadar menyediakan waktu khusus untuk itu.

6. Lebih banyak diam dan menikmati saat-saat perenungan dalam kesendirian.

7. selalu mendekati permasalahan secara komprehensif, integral, objektif, dan proporsional.

8. gemar berdiskusi dan proaktif dalam mengembangkan wacana dan ide-ide, tapi tida suka berdebat kusir.

9.berorientasi pada kebenaran dalam diskusi dan bukan pada kekenangan.

10.berusaha mempertahankan sikap dingin dalam bereaksi terhadap sesuatu dan tidak bersikap emosional dan meledak-ledak.

11. berpikir secara sistematis dan berbicara secara teratur.

12. tidak pernah merasa berilmu secara permanen dan karenanya selalu ingin belajar

13. menyenangi hal-hal yang baru dan menikmati tantangan serta perubahan.

14. rendah hati dan bersedia menerima kesalahan

15. lapang dada dan toleran dalam perbedaan.

16. memikirkan ulang gagasannya sendiri atau gagasan orang lain dan senantiasa menguji kebenaran.

17. selalu melahirkan gagasan-gagasan baru secara produktif.

 

Salah satu jalan datangnya ilmu adalah membaca. Bahkan cara inilah yang diajarkan Allah kepada Nabi Muhammad untuk mendatangkan ilmu ketika menerima wahyu pertama. Maka jika minat baca rendah akan berimplikasi terhadap keilmuan seseorang bahkan suatu bangsa.

Hasil survei Unesco menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan minat baca masyarakat paling rendah di Asean. Peningkatan minat baca masyarakat akan mempercepat kemajuan bangsa Indonesia, karena tidak ada negara yang maju tanpa buku, kata panitia pameran Tri Bintoro di Solo (Republika, Rabu (26/1)

  1. Berdasarkan  studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa sekolah dasar (SD), hanya menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. Posisi Indonesia itu lebih baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan,” ujar Ketua Center for Social Marketing (CSM), Yanti Sugarda di Jakarta, Rabu (7/7).
  2. Penelitian Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP untuk melek huruf pada 2002 menempatkan Indonesia pada posisi 110 dari 173 negara. Posisi tersebut kemudian turun satu tingkat menjadi 111 di tahun 2009
  3. Berdasarkan data CSM, yang lebih menyedihkan lagi perbandingan jumlah buku yang dibaca siswa SMA di 13 negara, termasuk Indonesia. Di Amerika Serikat, jumlah buku yang wajib dibaca sebanyak 32 judul buku, Belanda 30 buku, Prancis 30 buku, Jepang 22 buku, Swiss 15 buku, Kanada 13 buku, Rusia 12 buku, Brunei 7 buku, Singapura 6 buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0 buku
  4. Kompas (Kamis, 18 Juni 2009) Budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerja sama Ekonomi (OECD), kata Kepala Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya Arini. Saat berbicara dalam seminar “Libraries and Democracy”  digelar Perpustakaan Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya bersama Goethe-Institut Indonesien dan Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) di Surabaya, Rabu, dia mengatakan, OECD juga mencatat 34,5 persen masyarakat Indonesia masih buta huruf.

B.     Pemanfaatan Teknologi dan Internet Dalam Tradisi Ilmiah

Teknologi merupakan budidaya dan inovasi manusia, kemajuan dan perkembangannya akan terus terjadi selama kehidupan di dunia ini berlangsung. Teknologi berhubungan dengan berbagai bidang kehidupan, seperti; transportasi, komunikasi, informasi, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dst.

Pada dasarnya tujuan pengembangan teknologi adalah untuk mempermudah gerak hidup manusia. Dengan sebuah mesin cuci, seseorang bisa mencuci pakaian hanya dengan menekan tombol-tombol tertentu, tidak perlu mengeluarkan tenaga dan keringat. Dengan sepeda motor, seseorang bisa menempuh jarak puluhan kilometer dalam waktu yang singkat, tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra. Dengan pesawat terbang, seseorang bisa nyaman melancong ke Negara atau Benua lain dalam hitungan jam. Dengan jaringan internet, seseorang dapat mengakses berbagai persitiwa yang terjadi di belahan dunia manapun.

Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.

Kita bisa melihat dengan mudah fase perkembangan teknologi (dalam hal ini teknologi informasi dan komunikasi) pada deskripsi sederhana berikut, pada beberapa dekade yang silam, seseorang hanya bisa mengirim pesan / surat melalui kurir manusia ataupun hewan (burung), pesan akan sampai ke tujuan dalam waktu yang lama, kemudian berkembang dengan melalui jasa pos, ini pun masih membutuhkan waktu berhari-hari. kemudian ditemukan telegram atau faximail, yang hanya membutuhkan beberapa menit untuk menyampaikan pesan, dan akhir-akhir ini kita mengenal fasilitas SMS (Short Message Service) dan EMAIL (Electronic Mail) yang hanya membutuhkan beberapa detik untuk mengirim pesan ke manapun.

Namun, bagi kita sebagai komunitas relegius, kemajuan teknologi ibarat pedang bermata dua, di satu sisi ia mempermudah gerak dan fasilitas hidup, di sisi lain ia memberikan dampak negatif yang tidak bisa dianggap remeh. Paling tidak, sinyal ini ditemukan pada apa yang diungkapkan oleh pemikir asal Perancis Jacques Ellul bahwa: “teknologi akan menyebabkan rekayasa teknis atas manusia, hasinya adalah L’homme-Machine (manusia mesin) yang sudah kehilangan kemanusiaannya” (1964).

Secara harfiah, Internet (kependekan dari interconnection-networking) ialah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia. Manakala Internet (huruf 'I' besar) ialah sistem komputer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet. Cara menghubungkan rangkaian dengan kaedah ini dinamakan internetworking.

C.    Sikap Santri Terhadap Kemajuan Teknologi

Kita jangan pernah membayangkan untuk dapat membendung kemajuan teknologi, berupaya dan berfikir untuk membendungnya sama saja dengan berupaya dan berfikir untuk menghentikan kehidupan ini, suatu hal yang musthail. Seorang pakar menulis: “Perkembangan teknologi sekarang ini bagaikan air sungai yang terus mengalir, tidak akan pernah habis, dan tidak bisa dibendung. Selama kebutuhan manusia akan sesuatu tidak pernah berhenti, maka ilmu teknologi juga tidak akan berhenti berinovasi”

Sebagaimana saya paparkan di atas, bahwa inovasi dalam dunia teknologi –saat ini- didominasi dan dimotori oleh komunitas non muslim, seperti bangsa Jepang, Korea Selatan, Amerika, Perancis, Jerman, dst. Konsekeunsinya adalah; inovasi dan pengembangan teknologi seringkali tidak mengindahkan norma dan etika agama, atau bahkan berbenturan dengan ajaran agama dan nilai sosial masyarakat relegius.

Mengacu pada apa yang disampaikan oleh pakar Maqasid Syari’ah Abu Ishak as Syatibi (w: 790 H) bahwa: “Dunia ini disempurnakan dengan perpaduan dan percampuran antara kemaslahatan dan kemafsadatan” (al Muwafaqat)

Maka, ada dua hal yang patut dijadikan sebagai acuan dalam berinteraksi dengan kemajuan teknologi.

Pertama: memetakan / memilah, mana yang bermanfaat dan mana yang mendatangkan madarat. Hal-hal yang bermanfaat bisa kita gunakan, seperti mengkases internet (Facebook, email) untuk berkomunikasi dengan kerabat, sahabat dan membuat jaringan sosial / persahabatan untuk sesuatu yang bermanfaat. Atau mengikuti perkembangan informasi dan berita yang akan menambah cakrawala pengetahuan.

Kedua, membatasi penggunaan sesuai kebutuhan. Misalnya mengakses internet, kita harus mampu membatasinya dengan waktu, jangan sampai terlena sehingga menghambur-hamburkan banyak waktu untuk hal-hal yang tidak prinsip dan tidak mendukung proses belajar (bagi kalangan santri dan pelajar). Karena membuka jaringan internet sama dengan menjelajah seluruh dunia, kita bisa mengkases apapun dari belahan dunia manapun hanya dengan duduk santai di depan computer atau melalu telepon genggam.

 

Berikut ini adalah beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bagi santri dengan adanya model Pemanfaatan teknologi dan internet :

1.      Membangun interaksi ketika santri melakukan diskusi secara on line.

2.      Mengakomodasi perbedaan santri.

3.      Santri dapat mengulang materi belajar yang sulit berkali-kali, sampai pemahaman diperoleh.

4.      Kemudahan akses, kapan saja dan di mana saja.

5.      Santri dapat belajar dalam suasana yang ‘bebas tanpa tekanan’, tidak malu untuk bertanya (secara on line).

6.      Mereduksi waktu dan biaya perjalanan.

7.      Mendorong santri untuk menelusuri informasi ke situs-situs pada world wide web.

8.       Memungkinkan santri memilih target dan materi yang sesuai pada web.

9.      Mengembangkan kemampuan teknis dalam menggunakan internet.

10.  Mendorong santri untuk bertanggung jawab terhadap belajarnya dan membangun self-knowledge dan self-confidence.

Wallahu’a’lam bisshowwab

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

-          Matta, Anis, Mengokohkan Tradisi Ilmiah, 2010, online, www.bit.lipi.go.id/masyarakat.../56-mengokohkan-tradisi-ilmiah, Tanggal 22 Desember 2011

-          Mulyadi, Kertanegara, Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam, Jakarta: Baitul Ihsan, 2006, hal.30.

-          Munir, Dr.,M.IT.”Dampak Teknologi Informasi dalam pendidikan”.(http//munir.staf.upi.edu)

-          Pribadi, P.A., dan Rosita, T., 2003,  Prospek Komputer sebagai Media Pembelajaran Berbantuan Komputer, 2005,Online:http://www1.bpkpenabur.or.id/jelajah/02/sosial.htm tanggal, 22Desember 2011.

-          ______, Fakta: Rendahnya Minat Baca Masyarakat Indonesia, 2009, online http://library.narotama.ac.id, tanggal, 22Desember 2011

-          Syaeroji, Arwani, Kemajuan Teknologi di Mata Santri, 2010, online http://arwani-syaerozi.blogspot.com, tanggal, 22Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dzikrul Maut #5

  (Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) KO...