PENGUNJUNG

Selasa, 13 April 2021

HIPOKRIT BIN MUNAFIK


Rasulullah pernah terkecoh oleh kebusukan hati orang munafik. Abdullah bin Ubay bin Salul[1], yang Allah swt peringatkan kepada Rasulullah saw tentang bahaya mereka melalui Qur’an surat Al-Munafiquun ayat : 1

            “Apabila orang-orang munafik itu datang kepadamu, mereka akan berkata : “Kami mengakui bahwasannya engkau adalah pesuruh Allah swt. padahal Allah swt. mengetahui bahwasannya engkau pesuruh-Nya; dan Allah swt. menyaksikan bahwasannya munafiqin itu orang-orang yang berdusta.”

 

Dalam satu riwayat dikemukakan bahwa Zaid bin Arqam mendenagar Abdullah bin Ubay , berkata kepada teman-temannya : “Kalian jangan memberi nafkah kepada orang-orang yang dekat dengan Rasulullah saw sebelum mereka meninggalkan agamanya, apabila kita kelak pulang ke Madinah, pasti orang yang mulia akan mengusir orang yang hina.” Dari perkataan itu, kejadian ini di terangkan  kepada pamannya dan pamannya menyatakan kepada Rasulullah saw.[2]

 

Rasulullah saw memanggil Zaid bin Arqam dan menerangkan kejadiannya , kemudian Rasulullah memanggil Abdullah bin Ubay besrta kawan-kawannya. Akan tetapi mereka bersumpah di muka Rasulullah saw mereka tidak berkata demikian, Rasulullah saw tidak mempercayai Zaid bin Arqam, bahkan beliau lebih percaya kepada Abdullah bin Ubay, Zaid merasa sedih, kerena belum pernah mendapat musibah seperti itu. Diapun menetap di rumahnya dan tidak mau keluar. Temannya berkata : “Aku tidak bermaksud supaya Rasulullah saw membenci dan tidak mempercayaimu,” maka Allah swt. menurunkan ayat ini.[3] Yang menegaskan bahawa kaum munafiqin selalu berdusta dan membenarkan ucapan Zaid bin Arqam, kemudian Rasulullah saw mengutus seorang kepada Zaid bin Arqam untuk membacakan ayat itu dengan menegaskan bahwa sesungguhnya Allah swt. membenarkan ucapannya.[4]

 

Secara bahasa kata munafik berasal dari kata naafaqa-nifaaqan, yang mengandung arti tipu daya, mengadakan, mengambil bagian dalam, membicarakan, yaitu membicarakan sesuatu yang dalam pandangan keagamaan, pengakuannya dari satu orang berbeda-beda dengan yang lainnya.[5] Oleh Ar-Raghib nifaq diartikan dengan masuk ke dalam syara’ (Agama) dari satu pintu dan keluar darinya melalui pintu lain.[6] Dan juga diartikan memperlihatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan sebenarnya, hanya sebatas kata tanpa fakta, mengatakan ya padahal tidak. Dan juga nifaq dapat diartikan salah satu kejahatan lisan karena di ketahuinya melalui kata-kata yang tidak sesuai dengan kenyataan dan lebih luas pengertiannya dari pada dusta, orangnya di sebut munafik.

Kata munafiqun juga terambil dari kata nafiqa al-yarbu’ yaitu lubang yang di buat oleh sejenis tikus yang di gunakan untuk mengelabui siapa saja yang bermaksud menangkapnya, menanti di lubang tempat dia masuk dengan harapan dia pasti akan keluar melalui pintu itu, tetapi ternyata tidak, karena sang tikus telah menempuhnjalan lain melalui salah satu lubang yang dibuatnya sebalum ini. Orang-orang munafik demikian , itulah halnya mereka mengemukakan banyak dalih dan cara untuk menghindar dari kecaman dan sanksi.[7]

Adapun dalam pengertian syara’ munafik adalah orang yang lahirnya menyatakan beriman padahal hatinya kufur.[8] Sedangkan menurut Al-Tabataba’I, nifaq dalam istilah Al-Qur’an adalah menampakkan iman dan mennyembunyikan kekafiran. Orang-orang munafik pada dasarnya adalah mereka yang ingkar kepada Allah swt. dan Rasul-Nya, kendatipun secara lahir mereka memakai baju mukmin.[9]

Dalam hal Nifaq Ibnul Qoyyim membagi Nifaq menjadi dua macam, yaitu Nifaq Akbar (besar) dan Nifaq Asghar (kecil).[10]

a. Nifaq Akbar (besar)

Nifaq Akbar ialah menyatakan kepada kaum muslimin akan keimanannya kepada Allah swt. malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir, tetapi hatinya sama sekali lepas dari semua itu, bahkan mendustakannya, tidak mengimani bahwa Allah swt. telah berfirman dengan firman yang telah di turunkan-Nya kepada manusia yang dijadikan-Nya sebagai rasul bagi seluruh umat manusia, yang memberi petunjuk kepada mereka dengan izn-Nya, dan mengancam mereka dengan berbagai siksaan-Nya. Dengan demikian Nifaq Akbar memastikan pelakunya kekal di dalam neraka dan tempatkan di dasar neraka.[11] 

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا(145)

 “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka."[12]

b. Nifak Asghar

Nifaq Asghar yaitu Nifaq ‘amali. Nifaq ini hanya hanya menyangkut perbuatan, yaitu nifaq yang memiliki akhlak orang-orang munafik yang memberikan loyalitas kepada orang-orang kafir, berkasih sayang kepada mereka, mendukung perjuangan mereka, menyalahi janji, membiasakan mendusta, atau berkhianat dan curang.[13]

Nifak Asghar (kecil) ini terbagi pada tiga bagian besar, sebagaimana hadits dari Abi Hurairah :

 

Artinya : “Dari Abi Hurairah r.a. ia telah berkata telah bersabda Rasulullah saw : Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga ; Apabila memberitakan sesuatu ia berdusta, apabila ia berjanji ia menyalahinya dan apabila ia (di beri amanat) ia berkhianat”.[14]

 

Ketiga tanda kejahatan tersebut, tidak lepas kaitannya dengan lisan yang keluar dari mulut, walaupun sekali-kali kita tidak boleh memberinya gelar munafik, sebab Nabi saw sendiri pernah mengatakan : “Siapa saja orang yang yang berkata terhadap saudaranya; hai kafir (termasuk juga di dalamnya hai munafik) maka sungguh telah kembali dengannya salah seorang dari keduanya”.[15]

 

Ciri-ciri Orang Munafik

 

Di antara cirri-ciri orang munafik yang dijelaskan dalam Al-Qur'an adalah:

  1. Bermuka Dua

Bermuka dua adalah ciri seseorang yang membentuk penampilan lahiriyah dan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya, misalnya, seseorang mungkian memberikan kesan persahabatan dan kasih saying serta bersikaf tulus dan simpatik, padahal dalam hatinya dia menyembunyikan perasaan yang sebaliknya.Orang itu menampakkan sikaf simpatik dan persahabatan di hadapan orang lain, tetapi berbeda jika tidak ada orang yang dihadapannya.

Firman Allah SWT:

واذالقواالذين امنواقالواأمناواذاخلوااليشياطينهم قالواانامعكم انمانحن مستهزئون

"Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: 'kami telah beriman.' Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan: 'sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."[16]

  1. Berlidah Dua

Berlidah dua adalah sifat orang yang memuju dan menyanjung orang lain ketika ia berhadapan dengannya, tetapi mencela dan menyumpatnya bila ia tidak ada.

  1. Berdusta

Tanaman nifaq tumbuh di atas dua perairan, perairan dusta dan perairan riya. Sedangkan sumbernya dari dua mata air, yaitu mata air kelemahan pandangan mata (Bashirah) dan kelemahan kemauan ('Azimah). Apabila keempat rukun ini sudah terpenuhi, maka tumbuhan dan bangunan nifaq akan berdiri tegak, tumbuh subur dan berkembang.

Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa perangai orang munafik selalu berkhianat, tidak dapat dipercaya atas segala apa pun yang diamanatkan kepadanya, berdusta bila berbicara dan tidak dapat dipercaya setiap perkataan yang keluar dari penuturannya.[17]

  1. Sumpah Palsu

Berdusta dan bersumpah palsu merupakan dua cirri kaum munafik yang memiliki kaitan erat antara satu sama lain Adanya keterkaitan ini dikarenakan orang-orang munafik tidak segan-segan bersumpah palsu untuk menguatkan kebohongan-kebohongan yang mereka lakukan terhadap Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin.

Murthada Muthahari menyimpulkan sifat dan cirri-ciri orang-orang munafik sebagai berikut:[18]

  1. Mereka suka berpura-pura
  2. Mereka adalah para penipu
  3. Mereka adalah kaum bermuka dua
  4. Mereka menderita penyakit mental dan spiritual yang ingin mereka sembuhkan, tetapi justru bertambah parah oleh sikap-sikap mereka sendiri.

 

D.Ancaman Terhadap Orang-orang Munafik

Al-Qur'an banyak menjelaskan tentang ancaman serta balasan atas perbuatan orang-orang munafik. Sebagaimana firman-Nya dalam surat At-Taubah ayat 68:

وعدالله المناقات والكفارنلرجهنم خلدين فيهاهي حسبهم ولعنهم عذاب مقيم

 "Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan nerakaJahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah mereka itu bagi mereka; dan Allah mela'nati mereka; dan bagi mereka azab yang kekal."

Pada ayat tersebut, Allh SWT mengancam orang-orang munafik yang menyembunyikan kekafiran mereka, baik lelaki maupun perempuan, dan orang-orang kafir yang secara terang-terangan mengingkari Allah dan Rasul-Nya. Terhadap mereka Allah menjanjikan siksa neraka jahannam. Mereka kekal didalamnya dan sekali-kali tadak akan pernah dapat meninggalkannya. Cukuplah neraka bagi mereka, dan disamping siksa itu Allah juga mengutuk mereka sehinnga jauh dari rahmat Allah SWT, dan bagi mereka azab yang berkesinambungan.

Menurut Al-Baidhawi bahwasannya orang-orang munafik ditempatkan di dasar neraka jahannam, hal tersebut disebabkan kemunafikan merupakan kufur yang paling buruk karena terhimpun di dalamnya segala bentuk kekafiran, mereka menghina islam dan membuat tipu daya terhadap kaum muslimin.[19] 

Demikianlah balasan orang munapik baik di dunia maupun di akhirat. Hal tersebut adalah akibat dari segala perbuatan mereka yang mendatangkan kerugian begi tatanan kehidupan manusia di bumi ini.

 

 



1 Yaitu seorang munafik pada zaman Rasulullah saw.

2 K.H. Qomarudin shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, 1990 : hl. 525

3 Q.S. Al-Munafikun (63) : 1

4 K.H. Qomarudin Shaleh, dkk, op.cit., hl. 256

1Abdullah Abbas, Qamus Al-Fadzil Qur’an, (Beirut : Daarul Fikr, tt), hl. 254

2 Al-Raghib al-Asfahani, Mu’jam Mufradati al-Fadzil Qur’an, (Beirut : Daarul Fikr, tt)

3 prof. Dr. H. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta : Lentera Hati, 2000), vol. 5, hl. 660-661

4 Choiruddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an,(Jakarta : Gema Insani Press, 1993), hl.118

5Dr. Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-Qur’an,(Jakarta : Bulan Bintang, 1991), hl. 124

7 Ibnul Qayyim Al-Jauziah, MadarijusSalikin, Jenjang Spiritual Para Penempuh Jalan Rohani, (Jakarta : Rabbani Press, 1998), hl. 492 

8Ibid.,

9 Q.S. An-Nisa (4) : 145

10 Said Hawwa, Mensucikan Jiwa; Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu, (Jakarta : Rabbani Press, 1998), hl. 182

11 H.R. Bukhari dan Muslim

12 H.R. Ahmad

[16] Q.S. Al-Baqarah (2): 14

[17] Ibid., h. 156

[18] Murthada Muthahari, Tafsir Surat-suratPilihan , (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000), h. 86

 

[19] Nashiruddin Abi Said Abdullah bin Umar bin Muhammad As-Syihrazi al-Baidhawi, Anwara At-Tanzil wa asrorut Ta'wil, (Beirut: Daar Shord, tt), Juz I, h. 125

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dzikrul Maut #5

  (Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) KO...