Rasulullah pernah terkecoh oleh
kebusukan hati orang munafik. Abdullah bin Ubay bin Salul[1],
yang Allah swt peringatkan kepada Rasulullah saw tentang bahaya mereka melalui
Qur’an surat Al-Munafiquun ayat : 1
“Apabila
orang-orang munafik itu datang kepadamu, mereka akan berkata : “Kami mengakui
bahwasannya engkau adalah pesuruh Allah swt. padahal Allah swt. mengetahui
bahwasannya engkau pesuruh-Nya; dan Allah swt. menyaksikan bahwasannya
munafiqin itu orang-orang yang berdusta.”
Dalam satu riwayat dikemukakan bahwa Zaid bin Arqam mendenagar Abdullah
bin Ubay , berkata kepada teman-temannya : “Kalian jangan memberi nafkah kepada
orang-orang yang dekat dengan Rasulullah saw sebelum mereka meninggalkan
agamanya, apabila kita kelak pulang ke Madinah, pasti orang yang mulia akan
mengusir orang yang hina.” Dari perkataan itu, kejadian ini di terangkan kepada pamannya dan pamannya menyatakan
kepada Rasulullah saw.[2]
Rasulullah saw memanggil Zaid bin
Arqam dan menerangkan kejadiannya , kemudian Rasulullah memanggil Abdullah bin
Ubay besrta kawan-kawannya. Akan tetapi mereka bersumpah di muka Rasulullah saw
mereka tidak berkata demikian, Rasulullah saw tidak mempercayai Zaid bin Arqam,
bahkan beliau lebih percaya kepada Abdullah bin Ubay, Zaid merasa sedih, kerena
belum pernah mendapat musibah seperti itu. Diapun menetap di rumahnya dan tidak
mau keluar. Temannya berkata : “Aku tidak bermaksud supaya Rasulullah saw
membenci dan tidak mempercayaimu,” maka Allah swt. menurunkan ayat ini.[3]
Yang menegaskan bahawa kaum munafiqin selalu berdusta dan membenarkan ucapan
Zaid bin Arqam, kemudian Rasulullah saw mengutus seorang kepada Zaid bin Arqam
untuk membacakan ayat itu dengan menegaskan bahwa sesungguhnya Allah swt.
membenarkan ucapannya.[4]
Secara bahasa kata munafik berasal dari kata naafaqa-nifaaqan, yang
mengandung arti tipu daya, mengadakan, mengambil bagian dalam, membicarakan,
yaitu membicarakan sesuatu yang dalam pandangan keagamaan, pengakuannya dari
satu orang berbeda-beda dengan yang lainnya.[5]
Oleh Ar-Raghib nifaq diartikan dengan masuk ke dalam syara’ (Agama) dari
satu pintu dan keluar darinya melalui pintu lain.[6]
Dan juga diartikan memperlihatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan sebenarnya,
hanya sebatas kata tanpa fakta, mengatakan ya padahal tidak. Dan juga nifaq
dapat diartikan salah satu kejahatan lisan karena di ketahuinya melalui
kata-kata yang tidak sesuai dengan kenyataan dan lebih luas pengertiannya dari
pada dusta, orangnya di sebut munafik.
Kata munafiqun juga terambil dari kata nafiqa al-yarbu’ yaitu lubang yang
di buat oleh sejenis tikus yang di gunakan untuk mengelabui siapa saja yang
bermaksud menangkapnya, menanti di lubang tempat dia masuk dengan harapan dia
pasti akan keluar melalui pintu itu, tetapi ternyata tidak, karena sang tikus
telah menempuhnjalan lain melalui salah satu lubang yang dibuatnya sebalum ini.
Orang-orang munafik demikian , itulah halnya mereka mengemukakan banyak dalih
dan cara untuk menghindar dari kecaman dan sanksi.[7]
Adapun dalam pengertian syara’ munafik adalah orang yang lahirnya
menyatakan beriman padahal hatinya kufur.[8]
Sedangkan menurut Al-Tabataba’I, nifaq dalam istilah Al-Qur’an adalah
menampakkan iman dan mennyembunyikan kekafiran. Orang-orang munafik pada
dasarnya adalah mereka yang ingkar kepada Allah swt. dan Rasul-Nya, kendatipun
secara lahir mereka memakai baju mukmin.[9]
Dalam hal Nifaq Ibnul Qoyyim membagi Nifaq menjadi dua macam, yaitu Nifaq
Akbar (besar) dan Nifaq Asghar (kecil).[10]
a. Nifaq Akbar (besar)
Nifaq Akbar ialah
menyatakan kepada kaum muslimin akan keimanannya kepada Allah swt.
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir, tetapi
hatinya sama sekali lepas dari semua itu, bahkan mendustakannya, tidak
mengimani bahwa Allah swt. telah berfirman dengan firman yang telah di
turunkan-Nya kepada manusia yang dijadikan-Nya sebagai rasul bagi seluruh umat
manusia, yang memberi petunjuk kepada mereka dengan izn-Nya, dan mengancam
mereka dengan berbagai siksaan-Nya. Dengan demikian Nifaq Akbar memastikan
pelakunya kekal di dalam neraka dan tempatkan di dasar neraka.[11]
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ
تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا(145)
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang
paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang
penolong pun bagi mereka."[12]
b. Nifak Asghar
Nifaq Asghar yaitu Nifaq ‘amali. Nifaq ini hanya hanya menyangkut
perbuatan, yaitu nifaq yang memiliki akhlak orang-orang munafik yang memberikan
loyalitas kepada orang-orang kafir, berkasih sayang kepada mereka, mendukung
perjuangan mereka, menyalahi janji, membiasakan mendusta, atau berkhianat dan
curang.[13]
Nifak Asghar (kecil) ini terbagi pada tiga bagian besar, sebagaimana
hadits dari Abi Hurairah :
Artinya : “Dari Abi Hurairah r.a. ia telah berkata telah bersabda
Rasulullah saw : Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga ; Apabila memberitakan
sesuatu ia berdusta, apabila ia berjanji ia menyalahinya dan apabila ia (di
beri amanat) ia berkhianat”.[14]
Ketiga tanda kejahatan tersebut, tidak lepas kaitannya dengan lisan yang
keluar dari mulut, walaupun sekali-kali kita tidak boleh memberinya gelar
munafik, sebab Nabi saw sendiri pernah mengatakan : “Siapa saja orang yang yang
berkata terhadap saudaranya; hai kafir (termasuk juga di dalamnya hai munafik)
maka sungguh telah kembali dengannya salah seorang dari keduanya”.[15]
Ciri-ciri Orang Munafik
Di antara cirri-ciri orang munafik yang dijelaskan dalam
Al-Qur'an adalah:
- Bermuka
Dua
Bermuka dua adalah ciri seseorang yang membentuk penampilan
lahiriyah dan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya,
misalnya, seseorang mungkian memberikan kesan persahabatan dan kasih saying
serta bersikaf tulus dan simpatik, padahal dalam hatinya dia menyembunyikan
perasaan yang sebaliknya.Orang itu menampakkan sikaf simpatik dan persahabatan
di hadapan orang lain, tetapi berbeda jika tidak ada orang yang dihadapannya.
Firman Allah SWT:
واذالقواالذين
امنواقالواأمناواذاخلوااليشياطينهم قالواانامعكم انمانحن مستهزئون
"Dan bila
mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: 'kami telah
beriman.' Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan:
'sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."[16]
- Berlidah
Dua
Berlidah dua adalah sifat orang yang memuju dan menyanjung
orang lain ketika ia berhadapan dengannya, tetapi mencela dan menyumpatnya bila
ia tidak ada.
- Berdusta
Tanaman nifaq tumbuh di atas dua perairan, perairan
dusta dan perairan riya. Sedangkan sumbernya dari dua mata air, yaitu mata air
kelemahan pandangan mata (Bashirah) dan kelemahan kemauan ('Azimah). Apabila
keempat rukun ini sudah terpenuhi, maka tumbuhan dan bangunan nifaq akan
berdiri tegak, tumbuh subur dan berkembang.
Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa perangai orang munafik
selalu berkhianat, tidak dapat dipercaya atas segala apa pun yang diamanatkan
kepadanya, berdusta bila berbicara dan tidak dapat dipercaya setiap perkataan
yang keluar dari penuturannya.[17]
- Sumpah
Palsu
Berdusta dan bersumpah palsu merupakan dua cirri kaum munafik
yang memiliki kaitan erat antara satu sama lain Adanya keterkaitan ini
dikarenakan orang-orang munafik tidak segan-segan bersumpah palsu untuk
menguatkan kebohongan-kebohongan yang mereka lakukan terhadap Nabi Muhammad SAW
dan kaum muslimin.
Murthada Muthahari menyimpulkan sifat dan cirri-ciri
orang-orang munafik sebagai berikut:[18]
- Mereka
suka berpura-pura
- Mereka
adalah para penipu
- Mereka
adalah kaum bermuka dua
- Mereka
menderita penyakit mental dan spiritual yang ingin mereka sembuhkan,
tetapi justru bertambah parah oleh sikap-sikap mereka sendiri.
D.Ancaman Terhadap Orang-orang Munafik
Al-Qur'an banyak menjelaskan tentang ancaman serta balasan
atas perbuatan orang-orang munafik. Sebagaimana firman-Nya dalam surat
At-Taubah ayat 68:
وعدالله المناقات والكفارنلرجهنم خلدين
فيهاهي حسبهم ولعنهم عذاب مقيم
"Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan
perempuan dan orang-orang kafir dengan nerakaJahannam. Mereka kekal di
dalamnya. Cukuplah mereka itu bagi mereka; dan Allah mela'nati mereka; dan bagi
mereka azab yang kekal."
Pada ayat tersebut, Allh SWT mengancam orang-orang munafik
yang menyembunyikan kekafiran mereka, baik lelaki maupun perempuan, dan
orang-orang kafir yang secara terang-terangan mengingkari Allah dan Rasul-Nya.
Terhadap mereka Allah menjanjikan siksa neraka jahannam. Mereka kekal
didalamnya dan sekali-kali tadak akan pernah dapat meninggalkannya. Cukuplah
neraka bagi mereka, dan disamping siksa itu Allah juga mengutuk mereka sehinnga
jauh dari rahmat Allah SWT, dan bagi mereka azab yang berkesinambungan.
Menurut Al-Baidhawi bahwasannya orang-orang munafik
ditempatkan di dasar neraka jahannam, hal tersebut disebabkan kemunafikan
merupakan kufur yang paling buruk karena terhimpun di dalamnya segala bentuk
kekafiran, mereka menghina islam dan membuat tipu daya terhadap kaum muslimin.[19]
Demikianlah balasan orang munapik baik di dunia maupun di
akhirat. Hal tersebut adalah akibat dari segala perbuatan mereka yang
mendatangkan kerugian begi tatanan kehidupan manusia di bumi ini.
3 prof. Dr. H. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta : Lentera Hati, 2000), vol. 5, hl. 660-661
4 Choiruddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an,(Jakarta : Gema Insani Press, 1993), hl.118
7 Ibnul Qayyim Al-Jauziah, MadarijusSalikin, Jenjang Spiritual Para Penempuh Jalan Rohani, (Jakarta : Rabbani Press, 1998), hl. 492
10 Said Hawwa, Mensucikan Jiwa; Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu, (Jakarta : Rabbani Press, 1998), hl. 182
[16] Q.S. Al-Baqarah (2): 14
[17] Ibid., h. 156
[18] Murthada Muthahari, Tafsir Surat-suratPilihan , (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000), h. 86
[19] Nashiruddin Abi Said Abdullah bin Umar bin Muhammad As-Syihrazi al-Baidhawi, Anwara At-Tanzil wa asrorut Ta'wil, (Beirut: Daar Shord, tt), Juz I, h. 125
Tidak ada komentar:
Posting Komentar