Manusia melewati tiga masa dalam hidupnya. Satu masa kekuatan yang diapit oleh dua masa kelemahan. Masa kekuatan itu adalah masa remaja yang diapit oleh masa kecil dan masa tua yang penuh kelemahan. Allah swt berfirman,
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفاً وَشَيْبَةً
“Allah-lah yang Menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia Menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia Menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.” (QS.ar-Rum:54)
Tua adalah pasti dan hal itu memang benar tak terbantahkan. Secara biologis, mau tidak mau, setiap orang akan beranjak tua dengan berbagai proses biologis yang mengikutinya, kulit mulai keriput, mata mulai rabun, jalan mulai bungkuk dan lain-lain. Itu adalah proses alamiah yang tidak bisa dihindari oleh teknologi apapun (teknologi hanya membantu memperlambat, mempersehat ataupun membantu metabolisme agar dapat berjalan lebih baik lagi). Di dunia Barat seseorang dianggap tua ketika mereka mencapai umur 60-65 tahun.
Marhalah syaikhûhah (masa tua) merupakan fase terakhir yang akan dihadapi dan dialami manusia. Fase ini telah disinggung dalam Al-Qur`ân pada Surat Al-Mukmin/40 :67 yang telah dikemukakan sebelumnya:
هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوٓا۟ أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا۟ شُيُوخًا وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّىٰ مِن قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوٓا۟ أَجَلًا مُّسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya).
Mengenai batasan usia tua, Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Syaikh (orang yang tua) adalah orang yang telah melewati 40 tahun”. Berdasarkan ini, maka siapa saja yang telah melewati usia 40 tahun hingga akhir hayatnya, ia telah berada dalam fase terakhir kehidupannya. Kehidupan manusia akan berakhir umumnya pada kisaran usia 60 hingga 70 tahun.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “أَعْمَارُ أُمَّتـِيْ مَا بَيــْنَ سِتِّيْنَ وَسَبْعِيْنَ. وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذَلِكَ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Usia umatku (umat Islam) antara 60 hingga 70 tahun. Dan sedikit dari mereka yang melewatinya”. [HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah. ShahîhulJâmi’ 1073]
Dalam satu ayat Allah menyebut “masa tua” dengan istilah yang menarik dan penuh makna.
وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِن بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئاً
“Dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua, sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya.” (QS.al-Hajj:5)
Masa tua dalam ayat ini disebut (أَرْذَلِ الْعُمُرِ) yang memiliki arti “masa yang tidak bernilai”. Mengapa disebut tidak bernilai?.Kita akan temukan jawabannya pada penggalan ayat selanjutnya yaitu, “sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya.” Ya, usia tua disebut dengan “masa yang tidak bernilai” karena disaat itu sebagian manusia mengalami pikun atau lupa dengan sesuatu yang penah ia ketahui. Karena hilangnya pengetahuan itulah maka masa ini tidak berarti dan tak memiliki nilai.
Tapi hal ini tidak berlaku untuk semua orang yang berada pada usia tua. Karena orang-orang usia lanjut yang masih aktif dan senantiasa melakukan kebaikan umurnya masih sangat bernilai. Bahkan mereka tergolong ke dalam sabda nabi Muhammad saw,
خَيْرُكُمْ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَ حَسُنَ عَمَلُهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang umurnya panjang dan amalnya baik.”
Maka dapat kita simpulkan bahwa nilai umur manusia bergantung kepada pengetahuan yang ia miliki. Tanpa pengetahuan maka kehidupannya tak bernilai sama sekali. Karena itulah masa terbaik manusia adalah masa yang selalu bergandengan dengan ilmu dan pengetahuan.
أَعْذَرَ اللهُ إِلَى امْرِئٍ أَخَّرَ أَجَلَهُ حَتَّى بَلَغَ سِتِّيْنَ سَنَةً
Allâh tidak akan menerima argumen kepada seseorang yang Allâh tunda ajalnya hingga mencapai 60 tahun [HR. Al-Bukhâri no.641]
Namun meskipun sudah mengalami masa tua, ada dua hal yang harus diwaspadai oleh manusia ketika sudah tua.
حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكْبَرُ ابْنُ آدَمَ وَيَكْبَرُ مَعَهُ اثْنَانِ حُبُّ الْمَالِ وَطُولُ الْعُمُرِ رَوَاهُ شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَة
Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Hisyam telah menceritakan kepada kami Qatadah dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Anak Adam akan semakin tua dan semakin besar pula bersamanya dua perkara, yaitu; cinta harta dan panjang umur." Diriwayatkan pula oleh Syu'bah dan Qatadah.
Tentang orang yang tidak menyadari usia tua ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan sebuah peringatan dalam hadits berikut:
ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ : شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ
Ada tigagolongan, Allah tidak berbicara kepada mereka pada hari Kiamat, tidak membersihkan mereka, dan tidak melihat kepada mereka. Dan bagi mereka siksa pedih : orang yang sudah tua tapi berzina, penguasa yang suka bohong dan orang miskin yang sombong [HR. Muslim, Kitabul Iman no. 172]
[2:266] Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.
Adakah orang yang menginginkan masa tuanya sengsara? Adakah seseorang yang saat dia muda, punya banyak perusahaan dan kekayaan, lalu menginginkan agar nanti tatkala tua seluruh perusahaannya hancur tanpa dapat menikmatinya? Dan saat dia tidak mampu lagi untuk membangun perusahaannya itu? Pada saat bersamaan keturunannya belum bisa mandiri dan masih bergantung kepadanya? Lalu apakah yang dapat dia perbuat dengan tubuhnya yang sudah renta itu, dengan kemampuannya yang sudah mulai sirna itu? Sebuah gambaran yang seorang paling bodoh sekali pun tidak menginginkannya!
Itulah gambaran akhirat! jika demikian khawatirnya manusia terhadap bayangan kebangkrutan masa tua di dunia, maka selayakanya mereka lebih khawatir lagi dengan "masa tua akhirat". Dan itulah yang terjadi pada kaum salaf, para shahabat, tabi'in, para imam dan orang-orang shalih yang menempuh jalan mereka. Jika mereka ditaqdirkan oleh Allah subhanahu wata’ala dengan rizki yang lapang (kaya), maka mereka sangat khawatir jika harta itu kelak akan mengurangi "jatah" mereka di akhirat. Sehingga mereka buru-buru menginfaqkan harta tersebut untuk sabilillah dan jalan-jalan kebaikan. Kesadaran mereka terhadap kebutuhan di akhirat sudah sedemikian besar, sehingga seluruh kemampuan mereka di dunia mereka gunakan untuk berbekal menyongsong kehidupan akhirat. Mereka telah menjual diri dan dunia mereka kepada Allah subhanahu wata’ala demi “masa tua” di akhirat, masa ketika mereka sudah tidak mampu lagi untuk beramal dan berbuat, masa ketika mereka menikmati usaha dan jerih payah di dunia. Mereka sangat khawatir jika di masa-masa ini, justru terjerumus dalam kebangkrutan dan kerugian yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar