Miftah Husni
البَيْع: إعطاء المثمن وأخذ الثّمن، والشراء: إعطاء الثمن وأخذ المثمن.وبَايَعَ السلطان: إذا تضمّن بذل الطاعة له بما رضخ له، ويقال لذلك: بَيْعَة ومُبَايَعَة.
Al Ba'i (menjual): Memberikan yang dihargakan dan mengambil harga, sedangkan. As-syira (membeli) adalah memberikan harga dan mengambil yang dihargakan. Dan bai'at kepada pemimpin apabila mencakup pencurahan ketaatan kepadanya, disebabkan ia merasa menyerah atau mengalah, dan disebut juga dengan bai'at dan Muba'iat.
البيعة هي العهد على الطاعة، كأن المبايع يعاهد أميره على أنه يسلم له النظر في أمر نفسه وأمور المسلمين، لا ينازغه في شيء من ذلك، ويطيعه فيما يكلفه به من الأمر على المنشط والمكره
”Bai’at adalah janji untuk taat. Seolah orang yang berbai’at itu berjanji kepada pemimpinnya untuk menyerahkan kepadanya segala kebijakan terkait urusan dirinya dan urusan kaum muslimin. Tanpa sedikitpun berkeinginan menentangnya. Serta taat kepada perintah pimpinan yang dibebankan kepadanya, suka maupun tidak.”
فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بايَعْتُمْ بِهِ [التوبة/ 111]. إشارة إلى بيعة الرضوان المذكورة في قوله تعالى: لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ [الفتح/ 18]
Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung. (At-Taubah : 111) Ini adalah isyarat kepada bai'at Ar-Ridhwan yang telah disebutkan dalam surat Al Fathu :18. “Sungguh, Allah telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat”.
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ كَعْبٍ القُرَظي وَغَيْرُهُ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -يَعْنِي لَيْلَةَ العقبةِ -: اشْتَرِطْ لِرَبِّكَ وَلِنَفْسِكَ مَا شِئْتَ! فَقَالَ: "أَشْتَرِطُ لِرَبِّي أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَشْتَرِطُ لِنَفْسِي أَنْ تَمْنَعُونِي مِمَّا تَمْنَعُونَ مِنْهُ أَنْفُسَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ". قَالُوا: فَمَا لَنَا إِذَا فَعَلْنَا ذَلِكَ؟ قَالَ: "الْجَنَّةُ". قَالُوا: رَبِح البيعُ، لَا نُقِيل وَلَا نَسْتَقِيلُ، فَنَزَلَتْ: {إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ} الْآيَةَ.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi dan lain-lainnya mengatakan bahwa Abdullah ibnu Rawwahah r.a. pernah berkata kepada Rasulullah Saw. dalam malam 'Aqabah, "Berilah persyaratan bagi Tuhanmu dan bagi dirimu sesuka hatimu." Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Aku memberikan syarat bagi Tuhanku, hendaklah kalian menyembah-Nya dan janganlah kalian mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun. Dan aku memberikan syarat bagi diriku, hendaklah kalian membelaku sebagaimana kalian membela diri dan harta benda kalian sendiri. Mereka (para sahabat) bertanya, "Apakah yang akan kami peroleh jika kami mengerjakan hal tersebut?" Rasulullah Saw. menjawab, "Surga." Mereka berkata, "Jual beli yang menguntungkan, kami tidak akan mundur dan tidak akan mengundurkan diri." Lalu turunlah firman-Nya: Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri. (At-Taubah: 111), hingga akhir ayat.
Menurut Ibnu Khaldun, “Dahulu, kalau mereka membaiat seorang amir dan mengadakan perjanjian dengannya, mereka berjabat tangan satu sama lain, sebagai penekanan akan absahnya aqad itu, sehingga terlihat mirip dengan perbuatan yang dilakukan oleh seorang pembeli dan penjual. Karena itu, prosedur ini disebut bai’at, dari kata ba’a (menjual).”
مَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِ فَلْيُطِعْهُ إِنِ اسْتَطَاعَ فَإِنْ جَاءَ آخَرُ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوا عُنُقَ الْآخَر
“Barangsiapa berbai’at kepada seorang imam (penguasa), ia memberikan telapak tangannya dan buah hatinya, maka hendaklan ia mentaatinya sesuai dengan kemampuannya, jika kemudian ada orang lain yang menentangnya, maka penggallah leher orang itu”.
Dari hadits ini dapat difahami bahwa bai’at sifatnya mengikat dan menutup. Mengikat yang berbai’at setelah mereka berbai’at agar tidak melepaskan bai’atnya dan menutup terjadinya bai’at yang baru.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( يَمِينُكَ عَلَى مَا يُصَدِّقُكَ بِهِ صَاحِبُكَ ) َوَفِي رِوَايَةٍ ( اَلْيَمِينُ عَلَى نِيَّةِ اَلْمُسْتَحْلِفِ ) أَخْرَجَهُمَا مُسْلِمٌ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sumpahmu haruslah apa yang dibenarkan oleh temanmu." Riwayat Muslim. Dalam suatu riwayat: "Sumpah menurut niat orang yang meminta sumpah." Riwayat Muslim.
Dalam tradisi Persis, format pelantikan itu berupa ikrar bai’at dan Ijab-Qabul perjuangan. Format ini tampaknya merujuk kepada suatu rumusan fiqih yang berbunyi: “Sesungguhnya imamah itu identik dengan ‘aqdun (kontrak) antara umat dengan imam.” Aqad merupakan salah satu di antara bentuk kesepakatan yang ditimbulkan oleh keinginan manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti jual-beli, penyewaan, hibah, dan seterusnya. Hanya saja ‘aqad imamah dalam sistem sosial dapat disebut sebagai kontrak pertama dan terbesar, yaitu menjadi acuan semua bentuk aqad lainnya, serta melegitimasi terjadinya aqad-aqad yang lain. Lebih jauh dari itu, aqad imamah menjadi pilar yang menopang berjalannya sistem pemerintahan. Karena itu, aqad tersebut menjadi sumber yang dijadikan landasan bagi seorang imam untuk memperoleh kekuasaannya. Adapun prosedur yang menjadi jalan terselesaikannya aqad itu dinamakan bai’at.
Dalam perjuangan Islam diperlukan sebuah tekad yang kuat dan ghirah amal yang terus berkobar untuk segera diwujudkan dalam realita kehidupan. Bagi Pemuda Persis, tekad dan ghirah ini selalu terkait dengan ikrar perjuangan melalui bai'at keanggotaan sebagai berikut:
BAI’AT ANGGOTA
بسم الله الرّحمن الرّحيم
رضيت بالله ربّا وبا إ لسلم دينا وبمحمّد نبّيّا و رسول وبالقر أن إ اماما وّحكما
Sadar akan hukum dan tanggung jawab Pemuda Persatuan Islam terhadap Islam, maka dengan ini saya berikrar:
Senantiasa bersedia menjadi hamba Allah yang mengamalkan syari’ah Islam dengan semestinya, penuh tanggung jawab, menjadi uswatun hasanah bagi keluarga dan masyarakat dalam aqidah, ibadah dan muamalah
Bersedia menjadi mujahid da’wah yang akan memelihara dan memakmurkan masjid serta membasmi munkarat, bid’ah, khurafat, takhayul, taqlid, dan syirik, demi pemurnian ajaran Islam berdasarkan al-Qur’an dan As-Sunnah.
Memelihara dan mengembangkan ruh jihad dengan melakukan amar ma’ruf nahyi munkar dalam segala ruang dan waktu, membela dan menyelamatkan ummat Islam dari gangguan lawan-lawan Islam atau aliran/gerakan yang mengancam Islam dan umat Islam dengan cara yang haq dan ma’ruf sesuai dengan al-Qur’an dan As-Sunnah.
Bersedia menjadi Ashhabun dan Hawariyyun Islam, dengan menyediakan harta dan jiwa untuk berjuang di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Akan senantiasa ta’at kepada Allah, Rasul, dan pemimpin kami selama tidak menyimpang dari al-Qur’an dan As-Sunnah.
Mendahulukan kepentingan Islam dan umat Islam, sesuai motto kami “Ana muslimun qabla kulli syai’in”. (Saya Muslim sebelum melaksanakan sesuatu)
الله يأخذ بايدينا الى ما فيه خير للاسلام والمسلمين
انا مسلم قبل كلّ شيئ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar