Bulan Ramadhan kita pada tahun ini bukanlah yang pertama, namun jika kita mau jujur pada diri kita. dari kesekian kali Ramadhan yang telah kita lalui, berapa kali Ramadhan yang dapat kita banggakan?
Setiap Ibadah mempunyai kenikmatan rasa dalam pelaksanaanya, sebagaimana shalat menjadiqurrata ‘ain dan nikmatnya umrah dan haji di tengah kesusahpayahan pelaksanaannya dengan mengucapkan Talbiyah “labbaika Allohumma Labaik” (aku datang memenuhi panggilanmu Ya Allah). Kita sepakat bagaimana manisnya rasa gula, namun apakah manisnya gula juga masih berlaku bagi orang yang sakit giginya? Demikian pula Shaum Ramadhan kenikmatannya tidak akan terasa bagi mereka yang sakit hati dan jiwanya.
Apa yang menjadi indikasi kita telah merasakan kenikmatan Shaum Ramadhan? Ibarat orang yang telah mencicipi enaknya suatu hidangan, maka ia akan selalu ingin merasakannya kembali, demikian pula kenikmatan shaum Ramadhan, telah didapatkan oleh orang-orang yang selalu ingin merasakan nikmatnya melalui ibadah shaum sunnat walau pun bukan pada Bulan Ramadhan.
Ibadah shaum berbeda dengan shalat dimana tuntutannya melaksanakan, Ibadah shaum sebagaimana pengertian yang terkandung dalam penamannya bermakna menahan atau meninggalkan. Ibadah shaum seolah menggambarkan kepada kita bahwa ada orang yang mampu melaksanakan dan mampu meninggalkan, inilah orang yang shaum dan shalat. Di sisi lain ada orang yang mampu meninggalkan tetapi tidak mampu melaksanakan, inilah orang yang shaum tetlpi tidak shalat, ada yang shalat tetapi tidak shaum, merekalah yang hanya mampu melaksanakan tetapi tidak mampu meninggalkan.
Shaum merupakan ibadah yang menuntut meninggalkan, namun apa yang ditinggalkan bukanlah sesuatu yang haram, Apa yang ditinggalkan ketika shaum adalah sesuatu yang dihalalkan. Berdasarkan hal ini dapat kita fahami bahwa orang yang telah lulus beribadah shaum dengan benar secara otomatis akan mampu meninggalkan sesuatu yang diharamkan, karena jangankan yang haram, yang halal pun ia dapat tinggalkan ketika shaum.
Gapailah Berkah Shaum Ramadhan!
Puncak ibadah ternyata terdapat pada ibadah shaum. Orang yang sholat tidak bisa sambil ngobrol, tetapi orang yang sedang shaum jangankan ngobrol, shalat saja bisa malah wajib, berbeda dengan orang yang ngobrol belum tentu ia shaum, hal ini dikarenakan karakteristik perintah shaum itu adalah kutiba, “mengikatkan sesuatu dengan yang lainnya”. Sehingga ngantuk, ngobrol, dan tidurnya orang yang shaum adalah ibadah.
Keberkahan Bulan Ramadhan selalu diungkapkan berdasarkan hadits apabila datang bulan Ramadhan maka dibukakan pintu surga, dan ditutup pintu neraka. Namun pertanyaannya apa untungnya bagi kita kalau kita masih di dunia? Selain itu, pada Bulan Ramadhan ini pula, setan-setan dibelenggu? Namun justru kejahatan pada bulan ini cenderung meningkat. Penggunaan kalimat pasif tanpa subjek pada hadits di atas, menunjukkan bukan Allah Subjeknya, tetapi amal kita yaitu shaum. Karena hadits tersebut menjelaskan surat An-Najm : 39 “Dan tidak ada bagi manusia ganjaran kecuali apa yang ia usahakan”. Juga berdasarkan hadits :
أتيت رسول الله ص فقلت: مرني بعمل يدخلني الجنة ! قال عليك بالصوم فانه لا عدل له
Umamah), Aku datang pada Rasulullah saw lalu bertanya perintahlah aku untuk melakukan suatu amal yang memasukanku ke surga ! Beliau berkata: Shaumlah kamu, karena shaum itu tak ada bandingnya. R.Ahmad dari Umamah
لا يصوم عبد يوما في سبيل الله إلا باعد الله بذالك اليوم النار عن وجهه سبعين خريفا
Tidaklah seorang hamba shaum satu hari di jalan Allah kecuali Allah akan menjauhkan neraka dengan shaum hari itu dari mukanya selama 70 tahun. R. al-jamaah – dari Abu Sa,id
Mampukah Shaum Ramadhan kita yang telah lalu dan tahun ini membuka pintu surga sekaligus menutup pintu neraka dan membelenggu setan yang akan memadharatkan kita? Untuk menjawab pertanyaan itu, alangkah baiknya kita mengevaluasi kualitas shaum kita. Kualitas shaum kita ditentukan berdasarkan kekhusuannya sebagaimana ibadah-ibadah yang lain. Berbeda dengan agama di luar Islam yang menjadikan kekhusuan dengan menghadirkan wujud Tuhan yang disembahnya, maka Islam mengajarkan kekhusuan tersebut dengan tidak menghadirkan wujudnya tetapi mengakui eksistensinya. Shaum ini melatih kita mengakui eksistensi Allah SWT walau pun tidak terlihat, karena tidak ada yang mengetahui shaum atau tidaknya seseorang kecuali Allah SWT dan dirinya sendiri.
Bagaimana cara kita mendapatkan kekhusuan? Tidak ada cara lain bagi kita kecuali dengan ilmu. Seorang siswa yang sedang ujian dan mengetahui ilmunya tidak akan melirik ke kiri atau pun ke kanan ketika mengerjakan soal, demikian pula orang yang mempunyai ilmu ia tidak akan bingung bagaimana melaksanakan shaum di tengah variatifnya pendapat, ia juga tidak akan bingung tentang apa saja yang dapat membatalkan shaum, karena kebingungan itu akan menghilangkan kekhusuan.
Catatlah!
Alangkah bahagianya kita ketika melihat raport dibagikan, meskipun tidak secara keseluruhan menggambarkan hasil pencapaian belajarnya, namun raport tersebut menjadi suatu pijakan yang berharga untuk pencapaian belajar di hari esok yang lebih baik. Ibadah di Bulan Ramadhan kita juga terkadang sulit menjadi pijakan untuk perbaikan ke depan, dikarenakan kita tidak mencatat pencapaiannya. Maka catatlah setiap amal yang akan kita lakukan di Ramadhan kali ini, juga catatlah apa yang terlaksana dan terlewat dari apa yang kita laksanakan, karena sekali lagi, karakteristik perintah ibadah shaum sangat unikKutiba ‘alaikumus shiyyam, Kutiba itu bentukmajhul dari kataba yang biasa kita artikan menulis atau mencatat, jadi, Catatlah!, insyaa Allah apa yang kita catat menjadi pijakan berharga dalam rangka usaha kita menjadikan Ramadhan kali ini Ramadhan yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar