PENGUNJUNG

Sabtu, 27 Mei 2017

Kenapa Musibah Ini Menimpaku?



Kata musibah biasanya berkonotasi negatif, bahkan salah satu definisi mengatakan bahwa musibah adalah sesuatu yang tidak disukai menimpa manusia. Dalam berbagai bentuknya musibah yang menimpa seseorang tidak pernah salah, hal ini selaras dengan penamaan musibah itu sendiri yang berasal dari padanan kata ashoba dan showwaba yang berarti benar.

Sebuah renungan bagi kita bahwa musibah walau pun sama bentuknya tapi ia berperan berbeda.

pertama ia berperan sebagai ujian. ujian berkaitan dengan peningkatan kualitas seseorang dan pembuktian kemampuan. (Q.S 29; 2)

kedua, ia berperan sebagai peringatan, perbedaan peran yang mendasar dengan ujian adalah kondisi orang yang diuji dalam keadaan stabil keimanan dan amalnya sedangkan peringatan biasanya bagi orang yang sedang lalai dalam keimanan dan amalnya. (Q.S 26;5)

ketiga, ia berperan sebagai kasih sayang Allah, banyak diantara kita yang tidak menyadari bahwa ketika musibah menimpa, sebenarnya kita lebih mengingat Allah karena kita membutuhkan pertolongannya, nah kalau Allah sudah kita ingat maka Allah akan lebih ingat kepada kita walau pun perantaranya dengan menimpakan musibah, karena kadang kita lupa kalau sedang mendapatkan kenikmatan. (Q.S 2:216)

keempat, ia dapat berperan sebagai adzab, lho kan belum dihisab kenapa bisa diadzab? Allah mengatakan bahwa adzab ini adalah adzab yang adzna lebih dekat sebelum adzab yang besar di akhirat nanti, bentuk adzab ini walau pun adzab tapi Allah masih mengharapkan manusia kembali kepada-Nya. (Q.S 32  :21)

Lalu apa yang harus kita lakukan ketika musibah melanda? sederhana saja,  "kembali kepada Allah",karena Ia lah yang memiliki kita dan hanya kepada-Nya lah kita kembali. Penyikapan ini lah yang diajarkan kepada setiap muslim (Q.S. 2:156). kalimat ini sering disebut sebagai kalimat istirja' yang berarti mengembalikan segala urusan kita kepada Allah. kembali mengandung pengertian ada jarak antara yang menuju dan dituju, sehingga pada dasarnya orang yang beristirja' kepada Allah sedang memperpendek jarak yang menjauh karena kelalaian atau bahkan kemaksiatan.

Diriwayatkan dari ‘Ali bin Al Husain, dari kakeknya

, Rasulullah bersabda,Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah, lalu ia mengenangnya dan mengucapkan kalimat istirja’ ( innalillahi wa inna ilaihi rooji’un ) melainkan Allah akan memberinya pahala semisal hari ia tertimpa musibah” (Hadits riwayat oleh Ahmad dan Ibnu Majah. Kitab Al Bidayah wan Nihayah , 8:221 oleh Ibnu Katsir).

Diakui atau tidak, setelah musibah selalu ada pengganti yang semisal atau lebih baik, orang yang handphonenya hilang atau rusak biasanya selalu punya gantinya bahkan yang lebih baik, padahal kalau tidak hilang atau rusak belum tentu ia mengganti apalagi yang lebih baik. seperti itulah optimisme yang dibangun Rasulullah ketika musibah menimpa sebagaimana yang diajarkan dalam do'anya "Ya Allah ringankan lah aku dalam menerima musibah ini dan gantilah dengan yang lebih baik".

jadi, biasakanlah mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi raji'un dalam sekecil apa pun musibah yang menimpa, kalau tidak jangan-jangan kita menunggu orang lain mengucapkan itu kepada kita.

wallohu 'alam bis showwab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dzikrul Maut #5

  (Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) KO...