PENGUNJUNG

16962

Kamis, 06 Januari 2022

Bertasbihlah Seperti Malaikat

 قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ}


Mereka (para malaikat) menjawab: Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Baqarah: 32)


Tasbih tidak hanya bermakna sekedar pensucian Allah dari sifat-sifat yang tidak layak bagiNya. Seperti, menyamakanNya dengan sesuatu, menyatakan bahwa Dia beranak, dan mempunyai sekutu. Sebagaimana yang tertera dalam tasbih di awal surah an-Nahl, al-Jumu’ah, As-Shaff serta surah al-A’la. Atau mengartikan tasbih dalam pengertian berzikir dengan menggunakan nama-namaNya yang indah dan sifat-sifatNya yang agung, seperti yang tertera dalam Asmaul husna, dengan cepat dan berulang. 


Lebih dari itu, tasbih menggambarkan tentang kekuasaan Allah terhadap semua ciptaanNya. Sebagamana yang diungkapkan melalui surah al-Hasyr dan at-Thaghabun. 


Selain itu, tasbih juga bermakna sebagai gambaran kebesaran Allah SWT, sebagaimana yang penulis pahami melalui tasbih pada surah al-Hadid. Adapun suah al-Isra’, memiliki dua makna yaitu sebagai ungkapan kesucian sekaligus kekuasaanNya. Penulis juga menemukan adanya relevansi antar tasbih diawal surah dengan isi kandungan surahnya. Dimana, tasbih yang terdapat di permulaan surah (fawatih as suwar) bukan hanya sebagai pengindah saja. Tetapi juga mewakili isi kandungan surah-surahnya. Dari semua surah-surah yang diawali ungkapan tasbih tersebut, lima surah (Q.S. al-Hadid, Q.S. al-Hasyr, Q.S. ash-Shaff, Q.S. al-Jumu’ah, dan Q.S. ath-Thaghabun) menyatakan bahwa segala sesuatu di langit dan dibumi bertasbih kepadaNya sejak dahulu, sekarang, dan masa yang akan datang. Dia-lah yang memiliki semua kekuasaan dan yang Maha bijaksana


Ayat ini menerangkan tentang sanjungan para malaikat kepada Allah dengan menyucikan dan membersihkan-Nya dari semua pengetahuan yang dikuasai oleh seseorang dari ilmu-Nya, bahwa hal itu tidak ada kecuali menurut apa yang dikehendaki-Nya. Dengan kata lain, tidaklah mereka mengetahui sesuatu pun kecuali apa yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada mereka.


Karena itulah para malaikat berkata dalam jawabannya: Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Baqarah: 32) Yakni Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Yang Mahabijaksana dalam ciptaan dan urusan-Mu serta dalam mengajarkan segala sesuatu yang Engkau kehendaki serta mencegah segala sesuatu yang Engkau kehendaki, hanya Engkaulah yang memiliki kebijaksanaan dan keadil-an yang sempurna dalam hal ini.


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Gayyas, dari Hajjaj, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna kalimat subhanallah; hal itu artinya pujian Allah kepada diri-Nya sendiri yang menyucikan-Nya dari semua keburukan.


Kemudian Umar pernah bertanya kepada Ali, sedangkan teman-teman sahabat Umar berada di hadapannya, "Kalau makna kalimah La ilaha illallah telah kami ketahui, apakah makna subhanallah? Ali k.w. menjawab, "Ia merupakan suatu kalimat yang disukai oleh Allah buat diri-Nya, dan Dia rela serta suka bila diucapkan."


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Fudail ibnu Nadr ibnu Addi yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Maimun ibnu Mihran tentang makna kalimat subhanallah. Maka Maimun menjawab, "Nama untuk mengagungkan Allah dan menjauhkan-Nya dari semua keburukan."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dzikrul Maut #5

  (Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) KO...