وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ ۙ
34. Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah l(Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (Al Hajj 34)
Ayat di atas menjelaskan bahwa penyembelihan kurban telah dikenal oleh umat-umat yang lalu ini dapat dibuktikan melalui Alquran dan sejarah. hanya saja sebagian dari umat-umat itu menyelewengkan ajaran kurban sehingga bertentangan dengan tuntunan Allah Subhanahu Wa Ta'ala baik pada cara, tujuan, maupun jenis binatang yang disembelih sebagai kurban.
Berbicara tentang kurban maka tidak lepas dari kisah kedua anak adam yaitu habil dan qabil sebagaimana direkam dalam al-qur’an al maidah 27 :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (27)
Kisah mengenai mereka berdua, menurut apa yang telah disebutkan oleh bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf dan Khalaf, bahwa Allah Swt. mensyariatkan kepada Adam a.s. untuk mengawinkan anak-anak lelakinya dengan anak-anak perempuannya karena keadaan darurat. Tetapi mereka mengatakan bahwa setiap kali mengandung, dilahirkan baginya dua orang anak yang terdiri atas laki-laki dan perempuan, dan ia (Adam) mengawinkan anak perempuannya dengan anak laki-laki yang lahir bukan dari satu perut dengannya. Dan konon saudara seperut Habil tidak cantik, sedangkan saudara seperut Qabil cantik lagi bercahaya. Maka Habil bermaksud merebutnya dari tangan saudaranya. Tetapi Adam menolak hal itu kecuali jika keduanya melakukan suatu kurban; barang siapa yang kurbannya diterima, maka saudara perempuan seperut Qabil akan dikawinkan dengannya. Ternyata kurban Habillah yang diterima, sedangkan kurban Qabil tidak diterima, sehingga terjadilah kisah keduanya yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam Kitab-Nya.
Dalam tafsir ibnu katsir Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas menceritakan sehubungan dengan firman-Nya: ketika keduanya mempersembahkan kurban. (Al-Maidah: 27); Mereka menyuguhkan kurbannya masing-masing, pemilik ternak menyuguhkan kurban seekor domba putih bertanduk lagi gemuk, sedangkan pemilik lahan pertanian menyuguhkan seikat bahan makanan pokoknya. Maka Allah menerima domba dan menyimpannya di dalam surga selama empat puluh tahun. Domba itulah yang kelak akan disembelih oleh Nabi Ibrahim a.s. Sanad asar ini jayyid.
Di negeri Mesir dahulu ada satu kepercayaan yang termasuk israf. Setiap tahun mereka mengadakan persembahan kepada dewa Nil. Dilakukan pemilihan, siapa gadis perawan yang paling cantik, mulai dari tingkat bawah sampai tingkat nasional. Semua orang merasa berbangga, karena anaknya, warganya ada yang terpilih calon permaisuri dewa Nil. Sebelum dipersembahkan segala keperluannya dipenuhi. Tidak kurang satu bulan, setelah itu baru dipersembahkan dan barulah terlupakan.
Persembahan itu hilang pada zaman Umar ibnul Khattab. Tetapi seperti tabi’at yang pertama, satu saat akan terulang kembali, orang sudah melebihi batas, suatu saat mereka akan melakukan seperti yang dilakukan orang-orang Mesir itu. Diadakan pemilihan, mulai dari tingkat RT sampai tingkat nasional dan internasional. Anehnya, mereka mau diperlakukan apa saja. Meskipun sudah keluar dari jalur agama tetap saja ada helahnya, “Meskipun seluruh pakaian kami dibuka (setengah bugil) itukan di kolam renang di tempatnya.” Memang benar di tempatnya, tetapi orang yang mengshoot adegan itu dan menonton bukan hanya di kolam renang, dimana saja orang bisa melihat pertunjukkan seperti itu.
Jika pada zaman Mesir kuno mereka dipersembahkan kita tidak tahu, apakah mereka pun akan di persembahkan kepada orang-orang yang seperti Dewa. Kalau dahulu kepada Dewa Nil kalau sekarang dipersembahkannya kepada siapa?
Sementara di kana'an Irak bayi-bayi dipersembahkan pada Dewa yang mereka sembah yaitu baal, suku Aztec di Meksiko menyerahkan jantung dan darah manusia kepada dewa matahari, di Eropa utara orang-orang Viking yang tadinya mendiami Skandinavia mempersembahkan para pemuka agama mereka pada dewa perang Odin. demikian seterusnya.
Pada masa Nabi Ibrahim Alaihissalam yang hidup pada abad ke-18 sebelum masehi muncul pikiran-pikiran di kalangan tokoh-tokoh masyarakat ketika itu yang menyatakan bahwa mengorbankan manusia Demi Tuhan untuk Tuhan adalah sesuatu yang mahal. Mereka ingin menggantinya dengan sesuatu yang lain selain manusia Allah Subhanahu Wa Ta'ala melalui Nabi Ibrahim Alaihissalam meluruskan pendapat mereka yang maha kuasa itu memerintahkan nabi Ibrahim Alaihissalam untuk menyembelih Putra beliau yang satu-satunya, ketika itu sebagai pertanda bahwa apapun Walaupun manusia dan anak kandung tercinta tidak dapat dinilai mahal dan tidak wajar untuk berkurban dan dikurbankan jika panggilan Allah dan ketetapannya telah datang. tetapi begitu Nabi Ibrahim Alaihissalam meletakkan pisau di leher ke putranya Ismail Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengganti Sang putra dengan seekor domba untuk membuktikan bahwa kasih sayang Allah kepada manusia sedemikian tinggi sehingga dia melarang sekaligus membatalkan tradisi masyarakat manusia yang mengorbankan manusia saat kurban tetap terlaksana, tujuannya pun adalah pendekatan kepada Allah Tetapi yang dikurbankan adalah binatang ternak yang sempurna yakni jantan sehat tanpa cacat sebagai pertanda bahwa pengorbanan hendaknya dilaksanakan secara sempurna sekaligus untuk membedakannya dengan tradisi masyarakat jahiliah yang memberi tanda sehingga cacat binatang-binatang yang mereka juga dapat mendekatkan mereka kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Walaupun sedemikian Sempurna binatang kurbannya, namun Allah telah membatasi bahwa baik daging dan darahnya tidak akan sampai kepada Allah sebagaimana ayat
قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿لَنْ يَنالَ اللَّهَ لُحُومُها﴾ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يُضَرِّجُونَ الْبَيْتَ بِدِمَاءِ الْبُدْنِ، فَأَرَادَ الْمُسْلِمُونَ أَنْ يَفْعَلُوا ذَلِكَ فَنَزَلَتِ الْآيَةُ.
Tidak akan sampai dagingnya Ibnu Abbas berkata adalah orang-orang jahiliyah melumuri Baitullah dengan darah dari binatang ternak maka orang-orang muslim bermaksud melakukan seperti itu maka turunlah ayat ini.
قوله : (كَذلِكَ سَخَّرَها لَكُمْ) من سُبْحَانَهُ عَلَيْنَا بِتَذْلِيلِهَا وَتَمْكِينِنَا مِنْ تَصْرِيفِهَا وَهِيَ أَعْظَمُ مِنَّا أَبَدَانَا وَأَقْوَى مِنَّا أَعْضَاءً، ذَلِكَ لِيَعْلَمَ الْعَبْدُ أَنَّ الْأُمُورَ لَيْسَتْ عَلَى مَا يظهر إِلَى الْعَبْدِ مِنَ التَّدْبِيرِ، وَإِنَّمَا هِيَ بِحَسَبِ مَا يُرِيدُهَا الْعَزِيزُ الْقَدِيرُ، فَيَغْلِبُ الصَّغِيرُ الْكَبِيرَ لِيَعْلَمَ الْخَلْقُ أَنَّ الْغَالِبَ هُوَ اللَّهُ الْوَاحِدُ القهار فوق عباده.
Firman Allah "Demikianlah Kami tundukkan bagi kalian", dari Allah lah yang menundukkannya dan menetapkannya penguasaannya padahal Unta itu lenih besar dan kuat anggota badannya, hal itu supaya diketahui oleh hamba bahwa bukanlah dari kemampuan mutlak seorang hamba menundukannya, tetapi karena ditundukkan oleh Allah Yang Maha Gagah dan Berkuasa, maka yang kecil dapat mengalahkan yang besar agar diketahui oleh makhluk bahwa yang mengalahkannya adalah Allah Yang Maha Esa berkuasa di atas Hamba-Nya.
قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلى مَا هَداكُمْ﴾ ذَكَرَ سُبْحَانَهُ ذِكْرَ اسْمِهِ عَلَيْهَا مِنَ الْآيَةِ قَبْلَهَا فَقَالَ عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: "فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْها" وَذَكَرَ هُنَا التَّكْبِيرَ.
Firman-Nya "Supaya Kalian Memaha Besarkan-Nya sebagaimana yang ditunjukkan pada kalian", Allah menerangkan penyebutan nama-Nya dari Ayat yang sebelumnya Maka Ia berfirman "Maka hendaklah berdzikir menyebut Nama Allah atas Sembelihan itu " Ia menerangkan di sana dzikirnya Adalah bertakbir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar