PENGUNJUNG

Rabu, 25 Mei 2022

Waspada!! Sifat Ujub Tak Pandang Bulu



العَجَبُ والتَّعَجُّبُ: حالةٌ تعرض للإنسان عند الجهل بسبب الشيء.
Ujub dan Taajub adalah keadaan yang dihadapkan bagi manusia ketika tidak mengetahui sebab sesuatu

Ujub menurut bahasa arab adalah pesona yang diambil manusia ketika menganggap besar sesuatu. Adapun secara istilah, maka dikatakan oleh Al-Jurjani:
العُجْب: هو عبارة عن تصور استحقاق الشخص رتبة لا يكون مستحقًّا لها
“‘ujub adalah seseorang merasa berhak untuk mendapatkan suatu kedudukan padahal dia tidak berhak mendapatkan kedudukan tersebut.”
Disebutkan dalam Siyar A’lamin Nubala (15/395):

قال أبو وهب المروزي: سألت ابن المبارك: ما الكبر؟ قال: «أنْ تزدري الناس». فسألته عن العجب؟ قال: «أنْ ترى أنَّ عندك شيئًا ليس عند غيرك، لا أعلم في المصلين شيئًا شرًا من العجب»
“Abu Wahab Al Marwazi bertanya kepada Ibnul Mubarak: ‘Apa itu sombong?’
Ibnul Mubarak menjawab: ‘Sombong adalah merendahkan orang lain.’ Al Marwazi berkata: ‘Lalu aku bertanya kepadanya tentang ujub.’ Ibnul Mubarak menjawab: ‘Ujub adalah engkau merasa bahwa engkau memiliki suatu kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Dan aku tidak mengetahui ada keburukan yang terjadi pada orang yang menegakkan salat, yang lebih bahaya dari ujub.”

العَجَبُ ما لا يُعرف سببه، ولهذا قيل: لا يصحّ على الله التَّعَجُّبُ، إذ هو علّام الغيوب لا تخفى عليه خافية.

Ujub tidak diketahui sebabnya oleh karena itu dikatakan tidak benar ada ujub bagi Allah karenan Ia Maha Mengetahui yang Ghaib dan tidak ada yang bisa sembunyi dari-Ny Sesuatu pun.

لعُجْب: هو استعظام النعمة، والركون إليها، مع نسيان إضافتها إلى المنع
“‘ujub yaitu menganggap hebat nikmat yang ada pada dirinya dan merasa tenang dengan nikmat tersebut sementara dia lupa untuk menyandarkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan dia karunia atau kenikmatan tersebut.”( Al-Ghazali).  Sifat Allah SWT sebagai Sang Maha Pemilik tercantum dalam Surat Al-Imran ayat 109 yang berbunyi sebagai berikut.

وَلِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۚ وَإِلَى ٱللَّهِ تُرْجَعُ ٱلْأُمُورُ
Artinya: "Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan."

لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَواطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئاً وَضاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِما رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (25) ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُوداً لَمْ تَرَوْها وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذلِكَ جَزاءُ الْكافِرِينَ (26) ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ مِنْ بَعْدِ ذلِكَ عَلى مَنْ يَشاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (27)

Sesungguhnya Allah telah menolong kalian (hai kaum mukmin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikit pun; dan bumi yang luas itu telah terasa sempit oleh kalian, kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurun­kan bala bantuan tentara yang kalian tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. Sesudah itu Allah menerima tobat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (At-Taubah 25-26)

Ujub itu bukan hanya pada amal baik, tetapi pada amal buruk pun dapat terjadi.

{قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا (104) أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا (105) ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا (106) }

Katakanlah, ' Apakah akan Kami beri tahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. (al kahfi 103-106)

Ujub mengundang kesombongan, sedangkan kepada Allah mengakibatkan lupa kepada dosa dan mengabaikannya. Adapun dalam ibadah  dan amal ia merasa sudah banyak dan besar dalam mengerjakannya hingga melupakan nikmat dengan taufiq dan menempatkannya yang datang atas karunia Allah.

{وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا}

Seandainya tidaklah karena Karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kalian bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya. (An-Nur: 21)
Seandainya Allah tidak memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya untuk bertobat, kembali kepada-Nya, dan membersihkan dirinya dari keburukan, kekotoran, dan semua akhlak yang rendah, yang masing-masing orang disesuaikan dengan keadaannya, tentulah tidak akan ada seorang pun yang bersih dan tidak (pula) beroleh kebaikan.

{وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ}

tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nur: 21)

ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ, وَ هَوًى مُتَّبَعٌ, وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
Artinya: “Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (H.R. Abdur Razaq, Hadist Hasan)

Perkara-perkara yang bisa menyebabkan Ujub dan perlakuannya :

1. Fisik seperti kecantikan, ketampanan, postur tubuh dsb. Perlakuannya adalah dengan menafakuri bahwa kita berasal dari tanah dan akan kembali kepada tanah, bahkan pada satu titik berbalik pada fisik yang paling tidak diinginkan seperti ketuaan.

2. Kekuatan, Perlakuannya adalah dengan menafakuri bahwa dengan mudah akan menjadi lemah dengan penyakit atau pun usia.

3. Aqal dan kecerdasan, ujub ini mengakibatkan manusia berhenti belajar dan tidak mau bertanya. Perlakuannya adalah dengan menafakuri bahwa ilmu yang kita dapatkan sangat kecil dibandingkan luasnya ilmu Allah.

4. Nasab hingga mengira bisa menyelamatkan dan akan mendapatkan ampunan, padahal Allah melihat hati ketakwaan dan amal.

5. Keterikatan dengan penguasa tanpa ilmu dan agama, Perlakuannya adalah dengan menyadari keterikatan pada kejelekan hanya akan membawa kejelekan seperti orang yang taqlid dan para penjilat penguasa.

6. Banyak anak, kerabat, pembantu dsb. Perlakuannya adalah dengan menafakuri bahwa mereka semua tidak dapat memberi manfaat dan madharat tanpa izin Allah seperti ketika perang Hunain atau larinya saudara, ibu bapa, istri dan anak ketika hari kiamat.

7. Harta, Perlakuannya adalah dengan menyadari bahaya dan tanggung jawab harta, juga fadhilah kefakiran

8. Pemikiran yang keliru seperti bid'ah dianggap sunnah. Perlakuannya adalah dengan mengkaji dalil yang benar dan menjauhi taqlid buta.

Ibnu mas’ud berkata : kecelakaan itu disebabkan dua perkara : putus asa dan ujub; hal ini dikarenakan kebahagian itu kecuali dengan usaha yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan, sedangkan orang yang putus asa tidak akan berusaha atau mencari, demikian pula orang yang ujub tidak berusaha karena merasa sudah bahagia.
Ujub menjerumuskan pada sikap takabur, dan takabur lah lahir berbagai kejelekan. Adapun dengan Allah,maka ujub mengakibatkan lupa terhadap dosa dan melalaikan nya untuk beristighfar dan bertobat. Dari sinilah kemudian Ibnu Taimiyah Rahimahullahu Ta’ala menyatakan bahwasanya:
الرياء من باب الإشراك بالخلق، والعُجْب من باب الإشراك بالنفس
Riya’ yaitu kita mensekutukan Allah dengan selain Allah. Adapun ‘ujub adalah mensekutukan Allah dengan diri kita. 
فالمرائي لا يحقق قوله (إِيَّاكَ نَعْبُدُ) والمعجب لا يُحقِّق قوله: (وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ)
Orang yang riya’, dia tidak mewujudkan firman Allah “hanya kepada Engkaulah kami beribadah (tidak butuh pujian dari yang lain).” Adapun orang yang ‘ujub, dia tidak mewujudkan firman Allah “hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dzikrul Maut #5

  (Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) KO...