PENGUNJUNG

Kamis, 16 Desember 2021

KELAHIRAN NABI ISA DALAM AL QURAN

 

Para penulis buku “Fiqih Lintas Agama” memiliki masalah terkait dengan kecermatan mereka dalam mengetengahkan Al Quran Surat Maryam ayat 33 sebagai pijakan teologis bahwa mengucapkan selamat Natal terhadap penganut Kristen adalah diperbolehkan bagi umat Islam. Ayat yang dimaksud adalah sebagi berikut:

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari Aku dilahirkan, pada hari Aku meninggal dan pada hari Aku dibangkitkan hidup kembali“.[1]

Ayat tersebut hanya diambil sebagai sebuah penggalan dengan melupakan hubungan ayat tersebut dengan ayat-ayat sebelumnya. Padahal melihat hubungan antar ayat dalam Al Quran guna menghasilkan sebuah penafsiran adalah pendekatan yang mutlak harus dilakukan. Melepaskan hubungan antar ayat, sebagaimana dilakukan oleh para penggagas “Fiqih Lintas Agama” tersebut, akan menghasilkan tafsiran yang kurang komprehensif atau bahkan sangat dimungkinkan akan menghasilkan tafsir menyesatkan. Terbukti penafsiran yang dilakukan oleh kalngan liberal tersebut menghasilkan pemahaman yang fragmentatif karena tidak mempertimbangkan sibaq (pra), lihaq (pasca), dan siyaq (suasana). Adapun keterkaitan antar ayat tersebut akan ditampilkan sebagi berikut:

(30). Berkata Isa: “Sesungguhnya Aku Ini hamba Allah, dia memberiku Al Kitab (Injil) dan dia menjadikan Aku seorang nabi, (31). Dan dia menjadikan Aku seorang yang diberkati di mana saja Aku berada, dan dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama Aku hidup; (32). Dan berbakti kepada ibuku, dan dia tidak menjadikan Aku seorang yang sombong lagi celaka. (33). Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari Aku dilahirkan, pada hari Aku meninggal dan pada hari Aku dibangkitkan hidup kembali”.[2]

Ayat ke-30 tersebut menjelaskan kedudukan Nabi Isa sebagai seorang hamba dan Nabi yang menerima kitab dari Allah. Dalam konsep Islam, nabi dan rasul, termasuk Nabi Isa, adalah manusia biasa yang menjadi hamba dan utusan Allah, bukannya sebagai Tuhan. Sementara itu umat Kristen menyakini bahwa Yesus adalah salah satu oknum dari ketuhanan trinitas atau dengan kata lain Yesus adalah Tuhan itu sendiri. Bagi pemeluk agama Kristen, Yesus adalah manusia dan dia juga seorang nabi, namun dia juga merupakan Firman Tuhan yang pada hakikatnya Yesus adalah satu dengan Tuhan.[3] Dari sini telah jelas perbedaan konsep antara kedua agama tersebut. Maka pertanyaan besar yang seharusnya mengemuka adalah : “Apakah umat Kristen akan bersedia menerima jika diberi ucapan selamat natal bagi Yesus yang dilahirkan hanya sebagi manusia biasa, bukannya Tuhan ?”. Demikian juga sebaliknya, “Apakah umat Islam akan bersedia memberikan ucapan selamat Natal dengan konsekuensi menganggap Yesus sebagai Tuhan ?

Menurut Ibnu Katsir, maksud ayat 33 Surat Maryam tersebut merupakan sebagian dari ketetapan Nabi Isa atas dirinya sebagai hamba Allah dan dia hanya merupakan makhluk, sebagimana makhluk Allah lainnya. Beliau mengalami hidup, mati, dan dibangkitkan kembali sebagaimana makhluk lainnya pula.[4] Prof. DR. (Buya) Hamka menyoroti bahwa maksud ayat tersebut pada dasarnya merupakan sebuah doa yang dipanjatkan oleh Nabi Isa agar diberikan keselamatan dan kesejahteraan mulai dalam kehidupan di dunia yang ditandai dengan sejak kelahirannya, ketika telah mati yaitu saat berada di alam kubur, dan pada hari kiamat pada masa kebangkitan.[5] Tengku Hasbi Ash Shiddieqy memaknai bahwa ayat ke 33 Surah Maryam tersebut maksudnya adalah penekanan pada pembelaan Nabi Isa yang ibunya, Maryam, telah dituduh sebagai wanita pezina oleh kalangan Yahudi. Masyarakat Yahudi tidak dapat menerima bahwa Isa adalah seorang utusan bagi mereka.[6] Senada dengan Buya Hamka, M. Quraish Shihab menafsirkan bahwa ayat tersebut merupakan doa Nabi Isa bahwa salam yakni keselamatan besar dan kesejahteraan sempurna tercurah atas diri beliau serta terhindarkan dari aib dan bencana serta kekurangan pada hari kelahiran, pada hari meninggal dunia, dan pada hari kebangkitan kelak di padang Mahsyar. Lebih lanjut Quraish Shihab menegaskan bahwa ayat tersebut sama sekali tidak terkait dengan ucapan “Selamat Natal”. Pengucapan “Selamat Natal” tersebut terkait dengan Ketuhanan Yesus Kristus, sebagimana diyakini kaum Kristen, jelas bertentangan dengan keimanan karena mengaburkan keyakinan azasi Islam.[7]

Al Quran memberikan informasi bahwa Isa alaihi as salam dilahirkan oleh ibundanya, Maryam, dibawah pohon Kurma yang sedang masak buahnya. Informasi ini akan dapat digunakan untuk merekonstruksi waktu kelahiran berdasarkan versi Islam. Adapun Ayat Al Quran tersebut adalah sebagai berikut:

(23). Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya Aku mati sebelum ini, dan Aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”. (24). Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu Telah menjadikan anak sungai di bawahmu. (25). Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,

Dengan asumsi bahwa Nabi Isa lahir di wilayah Betlehem, Palestina, maka kelahiran tersebut telah terjadi pada musim kurma sedang masak. Pohon kurma termasuk pohon musiman dan kematangan buah kurma biasanya memang tidak bisa serentak pada waktu yang sama. Walaupun tidak masak bersamaan kurma di palestina, secara umum, telah mengalami puncak kematangan pada musim panas. Keterangan yang lebih jelas adalah kurma tidak mungkin masak pada musim dingin atau penghujan. Berdasarkan hal ini maka telah jelas, Al Quran mengisyaratkan bahwa kelahiran Isa terjadi pada musim panas. Waktu tepat untuk kematangan kurma itu sendiri adalah antara bulan Maret sampai Juni. Jadi dalam interval kedua bulan itulah Nabi Isa telah dilahirkan oleh Maryam ke dunia. Penggunaan interval waktu dalam kedua bulan tersebut telah mempertimbangkan kematangan kurma yang tidak serempak. Namun masih berada dalam satu musim panas.

Sementara umat Kristen telah meyakini bahwa Yesus lahir pada tanggal 25 Desember dimana setiap tahunnya hari tersebut diperingati sebagi hari Natal. Pada bulan Desember tersebut, matahari berada pada titik balik musim dingin. Dengan kata lain Betlehem sedang mengalami musim dingin. Sedangkan kurma tidak mungkin masak pada musim dingin tersebut. Dengan demikian, semakin jelas sudah bahwa konsep kelahiran Nabi Isa dalam Al Quran dan keyakinan umat Kristiani tentang hari Natal adalah dua hal yang berbeda dan sukar dikompromikan.

Bagi umat Islam, mengucapkan selamat natal kepada penganut agama Kristen sama artinya dengan mengingkari informasi yang diberikan oleh kitab sucinya sendiri. Di lain sisi, pada saat yang sama umat Islam dilarang untuk bermental hipokrit (munafik).

Secara mengejutkan, temuan penulis tentang kelahiran Yesus dalam Perjanjian Baru sangat berbeda dengan keyakinan Kristen yang mempercayai 25 Desember sebagi hari Natal. Keterangan Perjanjian Baru tentang lahirnya Yesus, senada dengan informasi yang diberikan oleh Al Quran, ditengarai terjadi pada musim panas. Dengan demikian bukan terjadi pada bulan Desember dimana terjadi musim dingin. Perjanjian Baru dalam Lukas 2 : 8-11 menceritakan suasan kelahiran tersebut sebagi berikut:

(8). Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. (9). Tiba-tiba berdirilah malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. (10). Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. (11). Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.[8]

Berdasarkan keterangan Lukas 2 : 8-11, Yesus lahir pada saat para penggembala ternak berada di padang Yudea untuk menjaga kawanan ternak yang mereka gembalakan pada suatu malam. Kejadian tersebut tidak mungkin terjadi pada bulan Desember. Sebab wilayah Yudea, setiap bulan Desember memasuki musim penghujan dan hawa malam harinya sangat dingin. Faktanya, paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak yang digembalakan di padang Yudea sudah harus berada di kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menusuk tulang.[9] Perjanjian Lama dalam Ezra 10 : 9 dan 13 secara tersendiri telah menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, hawa yang ditimbulkan sampai membuat tubuh menggigil dan tidak memungkinkan orang, termasuk penggembala dan ternaknya, berada di udara terbuka, apalagi pada waktu malam. Adapun kedua ayat Perjanjian Lama tersebut adalah sebagai berikut:

Lalu berhimpunlah semua orang laki-laki Yehuda dan Benyamin dari Yerusalem dalam tiga hari itu, yakni dalam bulan kesembilan pada tanggal dua puluh bulan itu. Seluruh rakyat duduk di halaman rumah Allah sambil menggigil karena perkara itu dan karena hujan.[10]

Tetapi orang-orang ini besar besar jumlahnya dan sekarang musin hujan sehingga orang-orang tidak sanggup berdiri di luar. Lagipula pekerjaan itu bukan perkara sehari dua hari, karena dalam hal itu kami telah melakukan pelanggaran.17

Dengan demikian walaupun umat Kristiani meyakini bahwa tanggal 25 Desember adalah hari dimana Yesus telah dilahirkan, namun keyakinan ini justru secara diametral justru bertentangan dengan informasi kitab suci mereka sendiri. Lantas, mengapa hari Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember ?. Edward Gibbon, seorang sejarawan, mengungkapkan bahwa perayaan tersebut diadopsi dari perayaan kelahiran Sol yang diselenggarakan oleh penganut paganisme di Romawi, sebagi berikut: “The Roman Christians, Ignorant of his (Christ’s) birth, fixed the solemn festival to 25 December, the Brumalia or winter solstice when the pagans annually the birth of Sol[11] .(Orang Kristen Romawi yang tidak mengetahui kelahirannya (Kristus), menentukan perayaan Natal pada 25 Desember, saat Brumalia atau titik balik matahari di musim dingin, ketika kaum pagan setiap tahun merayakan kelahiran Sol).

Beberapa waktu lampau seorang astronom Australia, David Reneke memprediksi kelahiran Yesus Kristus bukan jatuh pada tanggal 25 Desember, seperti yang dirayakan umat Kristiani sedunia seperti sekarang ini. Sebagimana dilansir Telegraph, Reneke mengungkapkan jika ditilik dari peristiwa ‘bintang terang natal’ di Betlehem 2000 tahun silam, seharusnya Natal jatuh pada tanggal 17 Juni. Bintang terang natal itulah yang dikisahkan dalam Perjanjian Baru menuntun tiga orang majus pada bayi Yesus untuk mempersembahkan, mur emas, dan kemenyan. Penelitian yang dilakukan oleh astronom mengasumsikan, bintang terang tersebut merupakan kombinasi planet Venus dan Jupiter. Ketika itu, kedua planet berada pada posisi terdekat dan menjadikannya lebih bersinar terang dari biasanya.[12]

 

 

 

                                                                                                                                                                                              



[1] QS. Al Maryam : 33

[2] QS. Maryam : 30-33

[3] I. Suharyo, Pr. Membaca Kitab Suci Mengenal Tulisan-tulisan Perjanjian Lama. Cetakan VI. (Lembaga Biblika Indonesia Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1995). Hal. 108-109

 

[4] Muhammad Nasib Ar Rifa’i. Taisiru al Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir III. (Ma’tabah Ma’arif, Riyadh, 1989). Terjemah Drs. Syihabuddin. Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir III. (Gema Insani Press, Jakarta, 2000). Hal. 192

[5] Prof. DR. Hamka. Tafsir Al Azhar Juz XVI. (Pustaka Panjimas, Jakarta, 1988). Hal. 29

[6] Teungku Muh. Hasbi Ash Shiddieqy. Tafsir Al Quranul Majid 3. (Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2000). Hal. 247

[7] M. Quraish Shihab. Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al Qur’an. Vol. 8. (Lentera Hati, Jakarta, 2002). Hal. 180-184

[8] Lukas 2: 8-11. Alkitab. (Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2002)

[9] Pendeta Herbert W. Armstrong. Plain Truth About Christmass. Terjemah oleh Masyhud SM. Merayakan Natal Melestarikan Ritual Penyembah Berhala. Modus Vol. II No. 6 Th. II/ 2005. Hal. 28

[10] Ezra 10 : 9. Alkitab. (Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2002)

[11] Ezra 10 : 13. Alkitab. (Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2002)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dzikrul Maut #5

  (Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) KO...