PENGUNJUNG

Minggu, 08 Agustus 2021

Posisi Shalat Berjama’ah

 

ketentuan dan aturan yang disyariatkan Rasulullah saw. sehubungan dengan tempat dan makmum dalam salat berjamaah, sebagai berikut: 

Shaff terbaik

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( خَيْرُ صُفُوفِ اَلرِّجَالِ أَوَّلُهَا, وَشَرُّهَا آخِرُهَا, وَخَيْرُ صُفُوفِ اَلنِّسَاءِ آخِرُهَا, وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا )  رَوَاهُ مُسْلِم ٌ


Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebaik-baik shof laki-laki adalah yang pertama dan sejelek-jeleknya ialah yang terakhir. Dan sebaik-baik shof perempuan adalah yang terakhir dan sejelek-jeleknya ialah yang pertama." Diriwayatkan oleh Muslim

وَعَنْ أَنَسٍ, عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( رُصُّوا صُفُوفَكُمْ, وَقَارِبُوا بَيْنَهَا, وَحَاذُوا بِالْأَعْنَاقِ. )  رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ

Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tertibkanlah barisan (shof)-mu, rapatkanlah jaraknya, dan luruskanlah dengan leher." Hadits riwayat Abu Dawud dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.

َوَعَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( صَلَاةُ اَلرَّجُلِ مَعَ اَلرَّجُلِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ وَحْدَهُ, وَصَلَاتُهُ مَعَ اَلرَّجُلَيْنِ أَزْكَى مِنْ صَلَاتِهِ مَعَ اَلرَّجُلِ, وَمَا كَانَ أَكْثَرَ فَهُوَ أَحَبُّ إِلَى اَللَّهِ تِعالى )  رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّان

Dari Ubay Ibnu Ka'ab Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sholat seorang bersama seorang lebih baik daripada sholatnya sendirian, sholat seorang bersama dua orang lebih baik daripada sholatnya bersama seorang, dan jika lebih banyak lebih disukai oleh Allah 'Azza wa Jalla." Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban

Makmum yang hanya satu orang berjamaah berdua dengan imam, maka tempat makmum sejajar dengan imam, di sebelah kanan imam, kecuali makmumnya perempuan, maka tempatnya di belakang.

َوَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: ( صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ لَيْلَةٍ, فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ, فَأَخَذَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِرَأْسِي مِنْ وَرَائِي, فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِينِهِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْه 

Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku pernah sholat bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada suatu malam. Aku berdiri di samping kirinya. Lalu beliau memegang kepalaku dari belakang dan memindahkanku ke sebelah kanannya 

Dalam riwayat lain ada keterangan Tambahan : فَقُمْتُ اِلَى جَنْبِهِ  Maka aku berdiri sebagai makmum disampingnya (Rasulullah)

Bila jumlah makmum laki-laki lebih dari satu orang, maka tempatnya bershaf di belakang imam, tempat makmum perempuan di belakang shaf laki-laki, walaupun hanya satu orang.


وَعَنْ أَنَسٍ قَالَ: ( صَلَّى رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقُمْتُ وَيَتِيمٌ خَلْفَهُ, وَأُمُّ سُلَيْمٍ خَلْفَنَا )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيّ

Anas Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sholat, lalu aku dan seorang anak yatim berdiri di belakangnya sedang Ummu Salamah berdiri di belakang kami. Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Bukhari.


Bila shaf sudah penuh, dan ada seorang laki-laki akan bermakmum, tidak boleh ia bermakmum di belakang shaf sendirian, ia mesti menyelinap ikut ber-shaf, atau minta salah seorang makmum yang sudah mendapat tempat pada shaf itu mundur menemani dia, kecuali makmumnya perempuan, tetap ia mesti di belakang shaf laki-laki walaupun sendirian.

Dalam beberapa riwayat diterangkan sebagai berikut :

عَنْ هِلاَلِ بْنِ يَسَافٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ رَاشِدٍ عَنْ وَابِصَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ  رَأَى رَجُلاً يُصَلِّي خَلْفَ الصَّفِّ وَحْدَهُ فَأَمَرَهُ أَنْ يُعِيدَ  الصَّلاةَ . ح.ص.ر. ابوداود .

,,Dari Hilal bin yasaf, dari Amr Bin Rasyid, dari Wabishah . Sesungguhnya Rasulallah s.a.w. melihat seseorang yang sembahyang dibelakang shaf sendirian, maka rasulallah menyuruh Ia supaya mengulangi sembahyangnya”.  -H.S.R.Abu Daud –


Tempat Imam Tidak boleh lebih tinggi dari makmum

نَهَى رَسُولُ للهِ ( أَنْ يَقُومَ اْلإِمَامُ فَوْقَ شَيْئٍ وَالنَّاسُ خَلْفَهُ (رواه الحاكم)

,,Nabi s.a.w.melarang imam berdiri atas sesuatu, dan ma’mum dibelakangnya. (AlHakim Dari Abi Mas’ud)

AlHafidz AlAsqolani, dalam AtTalkhis diam tidak menyatakan kedhaifan dan keshahihan hadis tersebut (1 : 210).

Imam Perempuan bagi Perempuan Berdiri di depan di tengah Makmum

إِنَّهَا تُؤَذِّنُ وَتُقِيْمُ وَتَقُوْمُ وَسَطَهُنَّ

sesungguhnya dia (Aisyah) adzan dan qomat, dan berdiri (sebagai imam) ditengah mereka.

AdDaruqutni meriwayatkan:   أَنَّ عَائِشَةَ اُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ أَمَّتْهُنَّ فِى صَلَاةِ الْفَرِيْضَةَ

sesungguhnya Aisyah, Ummul muminin, mengimami mereka (perempuan) dalam sembahyang fardhu.

Ibnu Hazmin dalam AlMuhalla 4 : 220 berkata, sehubungan dengan kata-kata fisShaffi (dalam garis):

 مَانَعْلَمُ لِمَعْنَهَا مِن التَّقَدُّمِ حُجَّةً اَصْلًا وَحُكْمُهَا عِنْدَنَا التَّقَدُّمُ أَمَامَ النِّسَاءِ.

Saya sama sekali tidak mengetahui (mendapakan) hujjah untuk melarang perempuan berdiri didepan, dan hukumnya pada pandangan saya, dia berdiri didepan mamum wanita.

وَاَمَّا إِذَا صَلَّيْنَ وَاِمَامَتُهُنَّ امْرَأَةُ فَصُفُوْفُهُنَّ كَصُفُوْفِ الرِّجَالِ أَفْضَلُهَا أَوَّلُهَا

Dan apabila mereka perempuan, sembahyang, dan imamnya perempuan, maka saf mereka seperti saf laki-laki (imamnya laki-laki), yaitu saf yang paling utama adalah Shaf yang pertama.( SubulusSalam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dzikrul Maut #5

  (Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) KO...