PENGUNJUNG

Jumat, 14 Juli 2017

Nasib Ya Nasib


Teu aya jalma anu teu butuh ka hujan, aya oge jalma anu ngahanjakalkeun nalika turunna hujan teh pedah harita mah hujan teu saluyu jeung kagiatanana . Kitu oge Al-Qur'an, teu aya jalma anu teu butuh ku Al-Qur'an, aya oge jalma anu nolak nalika diaoskeun Al-Qur'an teh pedah we harita mah Al-Qur'an teu saluyu jeung napsuna .
- KH. Muhammad Romli

Dalam satu ayat, Allah mengemukakan tentang keadilan dan kebijaksanaan-Nya terhadap kondisi manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut :

إنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan mereka sendiri ".(Ar Ra’ad: 11)

Banyak pemahaman mengatakan ayat ini menerangkan tentang rumus nasib, dimana nasib diartikan sebagai sesuatu yg sudah ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang. Namun jika pemahaman ini yang dipakai maka konsekuensinya bersifat istiqbal [masa depan] sehingga diyakini bahwa keadaan  seseorang tidak akan berubah kondisi kehidupannya sampai ia sendiri yang merubahnya. Jika hal ini yang diyakini, maka secara otomatis menafikan adanya qada dan qadar Allah, sebagai contoh, dalam masalah harta seseorang bisa menjadi kaya hanya dengan usahanya dengan bekerja dan berusaha, namun ternyata qada dan qadar Allah melampaui itu, ada orang yang mendadak kaya dengan warisan, hibah, atau bahkan menemukan harta karun.

Maka untuk dapat memahami ayat di atas, kita perlu padanan ayat lain yang menafsirkannya seperti yang terdapat dalam surat al-anfal :53

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya : Yang demikian itu (siksaan Allah) adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri (dengan berbuat maksiat) dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Q.S. al-Anfal : 53)

Ayat ini justru menerangkan konsekuensinya bersifat lampau (madli], dimana keadaan seseorang berupa nikmat yang telah diberikan tidak akan hilang kecuali dengan sebab dari seseorang itu sendiri.

“Dan Firman Allah (sesungguhnya Allah tidak merubah sesuatu ............ dari suatu kaum); ayat ini ditujukan kepada ‘Amir bin Thufail dan Arbad bin Rabi’ah, yakni tidak merubah sesuatu dari kesehatan dan ni’mat yang telah diberikan kepada mereka, (sehingga mereka merubah apa yang ada pada mereka sendiri); yakni dari tingkah-tingkah yang baik kemudian mereka berma’siat kepada Tuhannya, dan mereka mendustakan ni’mat-ni’mat-Nya atas mereka, sehingga halal murka Allah kepada mereka”.(Tafsir Khazin juz 4 halaman 4).

Hal ini senada dengan an-nisa ayat 79 :

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.

Namun jika kita masih merasa tidak bersalah atas dosa yang kita lakukan karena hari ini, kondisi kita masih sehat, cukup dengan harta dan keluarga, senang dengan dunia maka ini merupakan kebijaksanaan dari Allah SWT sebagaimana dalam as-syura 30 :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

Tetapi jika pernah ada musibah yang menimpa kita, keluarga atau teman kita, maka pada hakikatnya merupakan kasih sayang Allah agar kita merasa takut dan kembali kepada-Nya.

وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا

Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.[al-israa 59]

وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَىٰ دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

21. Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).[as-sajdah 21]

وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ أَفَأَمِنُوا أَنْ تَأْتِيَهُمْ غَاشِيَةٌ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ أَوْ تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

105. Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. 106. Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). 107. Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?[al-isra 105-107]

Dosa itu perantara dicabutnya nikmat

Satu penelitian membuktikan dampak negatif berdua-duaan lain jenis yang bukan mukhrimnya (tidak halal), ternyata ada dampak negatif terhadap diri perilaku tersebut (selain memang jelas dalam islam tidak diperbolehkan).

Dampak negatif itu dilihat dari yang namanya hormon kortisol. saat kita berdua-duaan dengan lawan yang bukan mukhrim (selanjutnya disebut  lawan jenis) tersebut, hormon kortisol tersebut meningkat, dan efek yang ditimbulkan dari peningkatan hormon tersebut bisa bermacam-macam, diantaranya adalah stress, penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan mengakibatkan diabetes, dan penyakit lain. Hal ini diungkapkan oleh Para peneliti di Universitas Valencia yang menegaskan bahwa seorang yang berkhalwat dengan wanita yang menjadi daya tarik yang akan menyebabkan kenaikan sekresi hormon kortisol. [https://jzhipo.wordpress.com/tag/dosa/]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dzikrul Maut #5

  (Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) KO...