PENGUNJUNG

Sabtu, 13 November 2021

BUKAN DALIL PLURARISME AGAMA

 


إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَادُواْ وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحاً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabi-in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Allah mengingatkan melalui ayat ini, bahwa barang siapa yang berbuat baik dari kalangan umat-umat terdahulu dan taat, baginya pahala yang baik.Demikianlah kaidah tetapnya sampai hari kiamat nanti, yakni setiap orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi, maka baginya kebahagiaan yang abadi.Tiada ketakutan bagi mereka dalam menghadapi masa mendatang.

Ada dua ayat lagi yang isinya mirip dengan ayat ini. Pertama, Surat al-Maidah (5) ayat 69:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَادُواْ وَالصَّابِؤُونَ وَالنَّصَارَى مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وعَمِلَ صَالِحاً فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ

 “Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Kedua, Surat al-Hajj (22) ayat 17:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئِينَ وَالنَّصَارَى وَالْمَجُوسَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا إِنَّ اللَّهَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

 “Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.

As-Saddi mengatakan bahwa firman-Nya yang mengatakan: Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabi-in, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta beramal saleh....(Al-Baqarah: 62) diturunkan berkenaan dengan teman-teman Salman Al-Farisi. Ketika ia sedang berbincang-bincang dengan Nabi Saw., lalu ia menyebutkan perihal teman-teman yang seagamanya di masa lalu, ia menceritakan kepada Nabi berita tentang mereka. Untuk itu ia mengatakan, "Mereka salat, puasa, dan beriman kepadamu serta bersaksi bahwa kelak engkau akan diutus sebagai seorang nabi." Setelah Salman selesai bicaranya yang mengandung pujian kepada mereka, maka Nabi Saw.bersabda kepadanya, "Hai Salman, mereka termasuk ahli neraka." Maka hal ini terasa amat berat bagi Salman.Lalu Allah menurunkan ayat ini.

Iman orang-orang Yahudi itu ialah barang siapa yang berpegang kepada kitab Taurat dan sunnah Nabi Musa a.s., maka imannya diterima hingga Nabi Isa a.s. datang. Apabila Nabi Isa telah datang, sedangkan orang yang tadinya berpegang kepada kitab Taurat dan sunnah Nabi Musa a.s. tidak meninggalkannya dan tidak mau mengikut kepada syariat Nabi Isa, maka ia termasuk orang yang binasa.

Iman orang-orang Nasrani ialah barang siapa yang berpegang kepada kitab Injil dari kalangan mereka dan syariat-syariat Nabi Isa, maka dia termasuk orang yang mukmin lagi diterima imannya hingga Nabi Muhammad Saw. datang. Barang siapa dari kalangan mereka yang tidak mau mengikut kepada Nabi Muhammad Saw. dan tidak mau meninggalkan sunnah Nabi Isa serta ajaran Injilnya sesudah Nabi Muhammad Saw. datang, maka dia termasuk orang yang binasa.

Riwayat ini tidak bertentangan dengan apa yang telah diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabi-in, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian..., hingga akhir ayat, (Al-Baqarah: 62). Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa sesudah itu diturunkan oleh Allah firman berikut:Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(Ali Imran: 85)

Sesungguhnya apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ini merupakan suatu pemberitahuan bahwa tidak akan diterima dari seseorang suatu cara dan tidak pula suatu amal pun, kecuali apa yang bersesuaian dengan syariat Nabi Muhammad Saw. sesudah beliau diutus membawa risalah yang diembannya. Adapun sebelum itu, setiap orang yang mengikuti rasul di zamannya, dia berada dalam jalan petunjuk dan jalan keselamatan.

Dengan demikian pluralitas keberimanan yang dimaksud di ayat 62 ini bukan di suatu waktu yang sama, tetapi di waktu yang berbeda dan berurutan; bukan dalam pengertiannya yang paralel, tapi monorel. Dalam pengertian monorel ini: asumsi dasar diutusnya nabi pembawa risalah yang baru (belakangan) adalah karena risalah yang lama (sebelumnya) telah dirusak oleh umatnya sendiri. Sehingga apabila tetap menganut agama atau mengikuti risalah yang lama, selain melanggar azas ketaatan kepada pengirim risalah (al-mursil), juga sama dengan menganut agama atau risalah yang sudah rusak dan kadaluwarsa. Dalam pengertian monorel ini juga, nabi-nabi pembawa risalah hanya dibagi tiga macam: Nabi Pertama (Adam as), Nabi Terakhir (Muhammad saw), dan Nabi Antara (yang bertugas menyambungkan risalah antara Nabi sebelumnya dan Nabi sesudahnya). Dalam konteks inilah sehingga tiap Nabi Antara yang datang selalu mempertegas bahwa kedatangannya adalah dalam rangka menyempurnakan (pembawa) risalah sebelumnya dan sekaligus mengabarkan akan datangnya (pembawa) risalah sesudahnya. “Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: ‘Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)’. Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: ‘Ini adalah sihir yang nyata’.” (61:6)

Dengan begitu kontinuitas risalah selalu terjaga, dan sekaligus terhindar dari kemungkinan timbulnya pluralisme kebenaran.“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan (syari`at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul, agar kalian tidak mengatakan: ‘Tidak datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan’.Sesungguhnya telah datang kepadamu (yaitu Muhammad sebagai) pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(5:19) Hebatnya, ayat ini (5:19) adalah kelanjutan dari ayat-ayat sebelumya yang berbicara khusus kepada Yahudi dan Nashrani.Itu sebabnya, bahkan setiap nabi dan rasul yang Allah akan utuspun diambil sumpahnya terlebih dahulu agar tetap bersedia menjamin kontinuitas risalah tersebut. “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: ‘Sungguh, apa saja yang Aku berikan (nanti) kepadamu berupa kitab dan hikmah, (tetapi) kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, (apakah) kalian akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya?’. Allah mempertegas: ‘Apakah kalian (bersedia) mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?’ Mereka menjawab: ‘Kami mengakui’. Allah berfirman: ‘Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku (pun) menjadi saksi  bersama kalian’.” (3:81)

Kalau kita memaknai ayat ini sebagai mensahihkan seluruh agama (samawi) yang ada sekarang, kita berhadapan dengan prinsip logika yang paling penting, yang disebut ashlut-thanāqud (prinsip kontradiksi) yang diaminkan oleh al-Qur’an (4:82).

Jaminan keselamatan terletak pada iman dan amal saleh yang benar. Apabila kita sungguh-sungguh beriman dan beramal saleh, niscaya Allah akan memberikan imbalan yang setimpal dan menghilangkan rasa khawatir dan sedih dari jiwa kita

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dzikrul Maut #5

  (Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) KO...