PENGUNJUNG
Rabu, 29 Desember 2021
KHALIFAH
Kamis, 16 Desember 2021
KELAHIRAN NABI ISA DALAM AL QURAN
Para penulis buku “Fiqih Lintas Agama” memiliki masalah terkait dengan kecermatan mereka dalam mengetengahkan Al Quran Surat Maryam ayat 33 sebagai pijakan teologis bahwa mengucapkan selamat Natal terhadap penganut Kristen adalah diperbolehkan bagi umat Islam. Ayat yang dimaksud adalah sebagi berikut:
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepadaku, pada hari Aku dilahirkan, pada hari Aku meninggal dan pada hari Aku
dibangkitkan hidup kembali“.[1]
Ayat tersebut hanya diambil sebagai sebuah penggalan dengan
melupakan hubungan ayat tersebut dengan ayat-ayat sebelumnya. Padahal melihat
hubungan antar ayat dalam Al Quran guna menghasilkan sebuah penafsiran adalah
pendekatan yang mutlak harus dilakukan. Melepaskan hubungan antar ayat,
sebagaimana dilakukan oleh para penggagas “Fiqih Lintas Agama” tersebut, akan
menghasilkan tafsiran yang kurang komprehensif atau bahkan sangat dimungkinkan
akan menghasilkan tafsir menyesatkan. Terbukti penafsiran yang dilakukan oleh
kalngan liberal tersebut menghasilkan pemahaman yang fragmentatif karena tidak
mempertimbangkan sibaq (pra), lihaq (pasca), dan siyaq (suasana).
Adapun keterkaitan antar ayat tersebut akan ditampilkan sebagi berikut:
(30). Berkata Isa: “Sesungguhnya Aku Ini hamba Allah, dia
memberiku Al Kitab (Injil) dan dia menjadikan Aku seorang nabi, (31).
Dan dia menjadikan Aku seorang yang diberkati di mana saja Aku berada, dan
dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama
Aku hidup; (32). Dan berbakti kepada ibuku, dan dia tidak
menjadikan Aku seorang yang sombong lagi celaka. (33). Dan
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari Aku dilahirkan, pada hari
Aku meninggal dan pada hari Aku dibangkitkan hidup kembali”.[2]
Ayat ke-30 tersebut menjelaskan
kedudukan Nabi Isa sebagai seorang hamba dan Nabi yang menerima kitab dari
Allah. Dalam konsep Islam, nabi dan rasul, termasuk Nabi Isa, adalah manusia
biasa yang menjadi hamba dan utusan Allah, bukannya sebagai Tuhan. Sementara
itu umat Kristen menyakini bahwa Yesus adalah salah satu oknum dari ketuhanan
trinitas atau dengan kata lain Yesus adalah Tuhan itu sendiri. Bagi pemeluk
agama Kristen, Yesus adalah manusia dan dia juga seorang nabi, namun dia juga
merupakan Firman Tuhan yang pada hakikatnya Yesus adalah satu dengan Tuhan.[3]
Dari sini telah jelas perbedaan konsep antara kedua agama tersebut. Maka
pertanyaan besar yang seharusnya mengemuka adalah : “Apakah umat Kristen akan
bersedia menerima jika diberi ucapan selamat natal bagi Yesus yang dilahirkan
hanya sebagi manusia biasa, bukannya Tuhan ?”. Demikian juga sebaliknya,
“Apakah umat Islam akan bersedia memberikan ucapan selamat Natal dengan
konsekuensi menganggap Yesus sebagai Tuhan ?
Menurut Ibnu Katsir, maksud ayat 33 Surat Maryam tersebut
merupakan sebagian dari ketetapan Nabi Isa atas dirinya sebagai hamba Allah dan
dia hanya merupakan makhluk, sebagimana makhluk Allah lainnya. Beliau mengalami
hidup, mati, dan dibangkitkan kembali sebagaimana makhluk lainnya pula.[4]
Prof. DR. (Buya) Hamka menyoroti bahwa maksud ayat tersebut pada dasarnya
merupakan sebuah doa yang dipanjatkan oleh Nabi Isa agar diberikan keselamatan
dan kesejahteraan mulai dalam kehidupan di dunia yang ditandai dengan sejak
kelahirannya, ketika telah mati yaitu saat berada di alam kubur, dan pada hari
kiamat pada masa kebangkitan.[5]
Tengku Hasbi Ash Shiddieqy memaknai bahwa ayat ke 33 Surah Maryam tersebut
maksudnya adalah penekanan pada pembelaan Nabi Isa yang ibunya, Maryam, telah
dituduh sebagai wanita pezina oleh kalangan Yahudi. Masyarakat Yahudi tidak
dapat menerima bahwa Isa adalah seorang utusan bagi mereka.[6]
Senada dengan Buya Hamka, M. Quraish Shihab menafsirkan bahwa ayat tersebut
merupakan doa Nabi Isa bahwa salam yakni keselamatan besar dan kesejahteraan
sempurna tercurah atas diri beliau serta terhindarkan dari aib dan bencana
serta kekurangan pada hari kelahiran, pada hari meninggal dunia, dan pada hari
kebangkitan kelak di padang Mahsyar. Lebih lanjut Quraish Shihab menegaskan
bahwa ayat tersebut sama sekali tidak terkait dengan ucapan “Selamat Natal”.
Pengucapan “Selamat Natal” tersebut terkait dengan Ketuhanan Yesus Kristus,
sebagimana diyakini kaum Kristen, jelas bertentangan dengan keimanan karena
mengaburkan keyakinan azasi Islam.[7]
Al Quran memberikan informasi bahwa
Isa alaihi as salam dilahirkan oleh ibundanya, Maryam, dibawah pohon
Kurma yang sedang masak buahnya. Informasi ini akan dapat digunakan untuk
merekonstruksi waktu kelahiran berdasarkan versi Islam. Adapun Ayat Al Quran
tersebut adalah sebagai berikut:
(23). Maka rasa sakit akan melahirkan
anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai,
alangkah baiknya Aku mati sebelum ini, dan Aku menjadi barang yang tidak
berarti, lagi dilupakan”. (24).
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati,
Sesungguhnya Tuhanmu Telah menjadikan anak sungai di bawahmu. (25). Dan goyanglah pangkal pohon kurma
itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak
kepadamu,
Dengan asumsi bahwa Nabi Isa lahir
di wilayah Betlehem, Palestina, maka kelahiran tersebut telah terjadi pada
musim kurma sedang masak. Pohon kurma termasuk pohon musiman dan kematangan
buah kurma biasanya memang tidak bisa serentak pada waktu yang sama. Walaupun
tidak masak bersamaan kurma di palestina, secara umum, telah mengalami puncak kematangan
pada musim panas. Keterangan yang lebih jelas adalah kurma tidak mungkin masak
pada musim dingin atau penghujan. Berdasarkan hal ini maka telah jelas, Al
Quran mengisyaratkan bahwa kelahiran Isa terjadi pada musim panas. Waktu tepat
untuk kematangan kurma itu sendiri adalah antara bulan Maret sampai Juni.
Jadi dalam interval kedua bulan itulah Nabi Isa telah dilahirkan oleh Maryam ke
dunia. Penggunaan interval waktu dalam kedua bulan tersebut telah
mempertimbangkan kematangan kurma yang tidak serempak. Namun masih berada dalam
satu musim panas.
Sementara umat Kristen telah
meyakini bahwa Yesus lahir pada tanggal 25 Desember dimana setiap tahunnya hari
tersebut diperingati sebagi hari Natal. Pada bulan Desember tersebut, matahari
berada pada titik balik musim dingin. Dengan kata lain Betlehem sedang
mengalami musim dingin. Sedangkan kurma tidak mungkin masak pada musim dingin
tersebut. Dengan demikian, semakin jelas sudah bahwa konsep kelahiran Nabi Isa
dalam Al Quran dan keyakinan umat Kristiani tentang hari Natal adalah dua hal
yang berbeda dan sukar dikompromikan.
Bagi umat Islam, mengucapkan selamat natal kepada penganut
agama Kristen sama artinya dengan mengingkari informasi yang diberikan oleh
kitab sucinya sendiri. Di lain sisi, pada saat yang sama umat Islam dilarang
untuk bermental hipokrit (munafik).
Secara mengejutkan, temuan penulis tentang kelahiran Yesus
dalam Perjanjian Baru sangat berbeda dengan keyakinan Kristen yang mempercayai
25 Desember sebagi hari Natal. Keterangan Perjanjian Baru tentang lahirnya
Yesus, senada dengan informasi yang diberikan oleh Al Quran, ditengarai terjadi
pada musim panas. Dengan demikian bukan terjadi pada bulan Desember dimana
terjadi musim dingin. Perjanjian Baru dalam Lukas 2 : 8-11 menceritakan suasan
kelahiran tersebut sebagi berikut:
(8). Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di
padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. (9). Tiba-tiba
berdirilah malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi
mereka dan mereka sangat ketakutan. (10). Lalu kata malaikat itu
kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu
kesukaan besar untuk seluruh bangsa. (11). Hari ini telah lahir
bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.[8]
Berdasarkan keterangan Lukas 2 : 8-11, Yesus lahir pada saat
para penggembala ternak berada di padang Yudea untuk menjaga kawanan ternak
yang mereka gembalakan pada suatu malam. Kejadian tersebut tidak mungkin
terjadi pada bulan Desember. Sebab wilayah Yudea, setiap bulan Desember
memasuki musim penghujan dan hawa malam harinya sangat dingin. Faktanya, paling
lambat tanggal 15 Oktober, ternak yang digembalakan di padang Yudea sudah harus
berada di kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menusuk
tulang.[9]
Perjanjian Lama dalam Ezra 10 : 9 dan 13 secara tersendiri telah menjelaskan
bahwa bila musim dingin tiba, hawa yang ditimbulkan sampai membuat tubuh
menggigil dan tidak memungkinkan orang, termasuk penggembala dan ternaknya,
berada di udara terbuka, apalagi pada waktu malam. Adapun kedua ayat Perjanjian
Lama tersebut adalah sebagai berikut:
Lalu berhimpunlah semua orang
laki-laki Yehuda dan Benyamin dari Yerusalem dalam tiga hari itu, yakni dalam
bulan kesembilan pada tanggal dua puluh bulan itu. Seluruh rakyat duduk di
halaman rumah Allah sambil menggigil karena perkara itu dan karena hujan.[10]
Tetapi orang-orang ini besar besar
jumlahnya dan sekarang musin hujan sehingga orang-orang tidak sanggup berdiri
di luar. Lagipula pekerjaan itu bukan perkara sehari dua hari, karena dalam hal
itu kami telah melakukan pelanggaran.17
Dengan demikian walaupun umat Kristiani meyakini bahwa
tanggal 25 Desember adalah hari dimana Yesus telah dilahirkan, namun keyakinan
ini justru secara diametral justru bertentangan dengan informasi kitab suci
mereka sendiri. Lantas, mengapa hari Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember
?. Edward Gibbon, seorang sejarawan, mengungkapkan bahwa perayaan tersebut diadopsi
dari perayaan kelahiran Sol yang diselenggarakan oleh penganut paganisme di
Romawi, sebagi berikut: “The Roman Christians, Ignorant of his (Christ’s)
birth, fixed the solemn festival to 25 December, the Brumalia or winter
solstice when the pagans annually the birth of Sol ”[11]
.(Orang Kristen Romawi yang tidak mengetahui kelahirannya (Kristus), menentukan
perayaan Natal pada 25 Desember, saat Brumalia atau titik balik matahari di
musim dingin, ketika kaum pagan setiap tahun merayakan kelahiran Sol).
Beberapa waktu lampau seorang astronom Australia, David
Reneke memprediksi kelahiran Yesus Kristus bukan jatuh pada tanggal 25
Desember, seperti yang dirayakan umat Kristiani sedunia seperti sekarang ini.
Sebagimana dilansir Telegraph, Reneke mengungkapkan jika ditilik dari
peristiwa ‘bintang terang natal’ di Betlehem 2000 tahun silam, seharusnya Natal
jatuh pada tanggal 17 Juni. Bintang terang natal itulah yang dikisahkan dalam
Perjanjian Baru menuntun tiga orang majus pada bayi Yesus untuk
mempersembahkan, mur emas, dan kemenyan. Penelitian yang dilakukan oleh
astronom mengasumsikan, bintang terang tersebut merupakan kombinasi planet
Venus dan Jupiter. Ketika itu, kedua planet berada pada posisi terdekat dan
menjadikannya lebih bersinar terang dari biasanya.[12]
[1] QS. Al Maryam : 33
[2] QS. Maryam : 30-33
[3] I.
Suharyo, Pr. Membaca Kitab Suci Mengenal Tulisan-tulisan Perjanjian Lama.
Cetakan VI. (Lembaga Biblika Indonesia Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1995).
Hal. 108-109
[4]
Muhammad Nasib Ar Rifa’i. Taisiru al Aliyyul Qadir li
Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir III. (Ma’tabah Ma’arif, Riyadh, 1989).
Terjemah Drs. Syihabuddin. Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
III. (Gema Insani Press, Jakarta, 2000). Hal. 192
[5] Prof. DR.
Hamka. Tafsir Al Azhar Juz XVI. (Pustaka Panjimas, Jakarta, 1988). Hal.
29
[6] Teungku
Muh. Hasbi Ash Shiddieqy. Tafsir Al Quranul Majid 3. (Pustaka Rizki Putra,
Semarang, 2000). Hal. 247
[7] M. Quraish Shihab. Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al Qur’an. Vol. 8. (Lentera Hati, Jakarta, 2002). Hal. 180-184
[8] Lukas 2: 8-11. Alkitab. (Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2002)
[9] Pendeta Herbert W. Armstrong. Plain Truth About Christmass. Terjemah oleh Masyhud SM. Merayakan Natal Melestarikan Ritual Penyembah Berhala. Modus Vol. II No. 6 Th. II/ 2005. Hal. 28
[10] Ezra 10 : 9. Alkitab. (Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2002)
[11] Ezra 10 : 13. Alkitab. (Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2002)
[12] Lihat situs http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=8147:astronom-yesus-lahir-bulan-juni&catid=103:iptek&Itemid=56. Diakses pada tanggal 17 Desember 2021 pukul 10.21 WIB.
Tafsir Ali Imran 93-95
Ali Imran, ayat 93-95
Imam Ahmad meriwayatkannya pula melalui Husain ibnu Muhammad, dari Abdul Hamid dengan lafaz yang sama.
Jalur lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad, disebutkan bahwa:
Imam Turmuzi meriwayatkannya —juga Imam Nasai— melalui hadis Abdullah ibnul Walid Al-Ajali dengan lafaz yang semisal. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
Ibnu Juraij dan Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Israil a.s. (yakni Nabi Ya'qub) pernah menderita penyakit 'irqun nasa di setiap malam harinya. Penyakit ini membuatnya tidak dapat tidur. Tetapi bila siang hari, penyakit ini pergi (dan datang lagi pada malam harinya). Lalu Nabi Ya'qub bernazar kepada Allah Swt., bahwa jika Allah benar-benar menyembuhkan dirinya dari penyakit itu. dia tidak akan minum susu dan tidak akan memakan daging ternak yang menyusui (maksudnya unta).
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Ad-Dahhak dan As-Saddi. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya. Ibnu Jarir mengatakan, lalu sikap Ya'qub itu diikuti oleh anak-anaknya dalam mengharamkan hal tersebut, demi mengikuti jejak dan bertaqlid kepada ayahnya.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa firman Allah Swt.: Sebelum Taurat diturunkan. (Ali Imran: 93), Yakni Nabi Ya'qub mengharamkan hal tersebut atas dirinya sebelum kitab Taurat diturunkan kepadanya.
Menurut kami, pembahasan ini mempunyai kaitan dengan tafsir ayat di atas ditinjau dari dua segi berikut, yaitu:
- Pertama, Israil a.s. mengharamkan atas dirinya sesuatu yang paling disukainya demi karena Allah Swt. Hal ini diperbolehkan menurut syariat mereka, dan hal ini mempunyai kaitan jauh sesudah itu dengan firman-Nya: Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai..(Ali Imran: 92)Hal ini disyariatkan di dalam agama kita (Islam), yaitu menginfakkan sebagian dari harta yang dicintai oleh seorang hamba dan sangat digandrunginya demi ketaatannya kepada Allah Swt. Seperti yang disebutkan oleh firman lainnya, yaitu: dan memberikan harta yang dicintainya. (Al-Baqarah: 177). Dan mereka memberikan makanan yang disukainya. (Al-Insan: 8)
- Kedua, dalam pembahasan terdahulu disebutkan sanggahan terhadap orang-orang Nasrani dan akidah mereka yang batil terhadap Al-Masih, juga disebutkan kepalsuan pendapat mereka. Kemudian dijelaskan perkara yang hak dan hal yang yakin tentang Isa dan ibunya, bagaimana Allah menciptakan Isa melalui kekuasaan dan kehendak-Nya. Lalu Allah mengutusnya kepada Bani Israil, menyeru mereka untuk menyembah Tuhannya Yang Mahasuci lagi Maha-tinggi. Selanjutnya sanggahan Allah ditujukan kepada orang-orang Yahudi, yang isinya menjelaskan bahwa nasakh yang mereka ingkari keberadaannya dan tidak diperbolehkan oleh mereka benar-benar terjadi. Karena sesungguhnya Allah Swt. telah me-nas-kan di dalam kitab Taurat mereka bahwa Nabi Nuh a.s. ketika keluar dari perahunya, Allah memperbolehkan baginya semua binatang yang ada di bumi, ia boleh makan dagingnya. Sesudah itu Israil mengharamkan atas dirinya daging unta dan air susunya, yang kemudian sikapnya itu diikuti oleh anak-anaknya. Ketika kitab Taurat diturunkan, hal itu tetap diharamkan; diharamkan pula hal-hal lainnya sebagai tambahan dari yang telah ada.
Dahulu di masa Nabi Ibrahim, mengambil gundik di samping istri diperbolehkan. Nabi Ibrahim melakukan hal ini terhadap Siti Hajar, ketika ia mengambilnya sebagai gundik di samping istrinya sendiri (yaitu Siti Sarah). Akan tetapi, hal seperti itu diharamkan bagi mereka dalam kitab Taurat.
Di masa Nabi Ya'qub, menggabungkan dua orang saudara perempuan dalam satu perkawinan diperbolehkan. Nabi Ya'qub a.s. sendiri melakukannya. Sesudah itu hal ini diharamkan dalam kitab Taurat.
Semuanya itu di-nas-kan di dalam kitab Taurat yang ada di tangan mereka, dan hal ini merupakan salah satu bentuk dari nasakh itu sendiri. Demikian pula halnya apa yang telah disyariatkan oleh Allah kepada Al-Masih a.s., yaitu menghalalkan sebagian dari apa yang pernah diharamkan oleh kitab Taurat. Mengapa mereka tidak mau mengikutinya, bahkan mendustakan dan menentangnya?
Demikian pula apa yang telah diutus oleh Allah kepada Nabi Muhammad, berupa agama yang benar dan jalan yang lurus, yaitu agama kakek moyangnya (yakni Nabi Ibrahim). Mengapa mereka tidak mau beriman? Karena itulah dalam ayat ini disebut oleh firman-Nya: Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil, melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. (Ali Imran: 93)
Yakni dahulu semua jenis makanan dihalalkan sebelum kitab Taurat diturunkan, kecuali apa yang diharamkan oleh Israil (Nabi Ya'qub) sendiri.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
Karena sesungguhnya kitab Taurat pasti dinyatakan sama dengan apa yang Kami katakan.
Maksudnya, barang siapa yang berdusta terhadap Allah dan mengakui bahwa Allah mensyariatkan bagi mereka hari Sabtu serta berpegang kepada Taurat selamanya, bahwa Allah tidak mengutus nabi lain yang menyeru kepada Allah Swt. dengan membawa bukti-bukti dan hujah-hujah sesudah apa yang Kami terangkan, yaitu terjadinya nasakh, dan apa yang telah Kami sebutkan itu benar-benar nyata.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
Yaitu katakanlah, Muhammad, bahwa Allah benar dalam apa yang difirmankan-Nya dan dalam semua apa yang disyariatkan-Nya di dalam Al-Qur'an.
Maksudnya, ikutilah agama Ibrahim yang telah disyariatkan oleh Allah di dalam Al-Qur'an melalui lisan Nabi Muhammad Saw. Karena sesungguhnya agama Nabi Muhammad itu adalah agama yang hak, yang tidak diragukan lagi dan tidak ada kebimbangan padanya. la merupakan jalan yang belum pernah didatangkan oleh seorang nabi pun dalam bentuk yang lebih sempurna, lebih jelas, lebih gamblang, dan lebih lengkap daripadanya. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
Dzikrul Maut #5
(Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) KO...
-
Penyebutan gerhana dalam bahasa hadits terdapat dua macam yaitu untuk matahari dan bulan. Gerhana matahari disebut dengan kusuf artinya b...
-
(Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat) Tidak Boleh Mengharap...
-
(Kitab At-Tadzkiroh Bi Ahwali Mauta wa Umuri Akhirat/ Peringatan Tentang keadaan orang Mati dan urusan-urusan Akhirat/Imam Al Qurthubi) ...